Jumat, 20 Oktober 2017

I Say Mama, Mamamoo... (Part 2: Mamamoo in The Kpop World)




Mamamoo jelas sebuah jackpot untuk RBW. Namun di lain pihak, Mamamoo berhutang banyak kepada RBW. Kalau disimak dari video Hwasa dan Whee In bernyanyi saat mereka masih remaja, sangat terlihat keduanya mengalami banyak peningkatan hingga suara mereka bisa sespesial sekarang. RBW tentunya sangat berjasa dalam peningkatan kemampuan bernyanyi tiap member Mamamoo.

Mestinya, jika mengikuti pakem pembentukan idol yang sudah ada, RBW bisa membentuk empat grup sekaligus. Serius, dengan kemampuan bernyanyi mereka semua, keempat-empatnya bisa menjadi main vocalist di setiap grup. Lalu tinggal tambahkan satu member dancing queen, satu member khusus visual, satu rapper, dan satu-dua member pelengkap. Dapet deh empat girl group (GG) sekaligus. Hihihi.


Mamamoo Debut

Seperti halnya dunia musik tidak akan pernah sama tanpa kehadiran Adele dan Michael Jackson, dan dunia musik Indonesia akan berbeda jika tidak pernah ada Dewa 19 (yang dulu) dan Tulus, musik Kpop pun akan sangat kehilangan jika tidak pernah ada Mamamoo. Bagi gue pribadi, gue ingin berterimakasih kepada RBW karena sudah melahirkan Mamamoo. Lagu serta penampilan Mamamoo memberikan pengalaman musik tersendiri bagi gue. Mendengar lagu-lagu Mamamoo memberi kesan, “loh, kok udah abis aja nih lagu?” Bukan karena komposernya tidak memperhatikan dinamika dan klimaks sebuah lagu, tapi justru karena performa mereka begitu worth it to watch, tau-tau empat menit berlalu tanpa terasa.

Kalau gue coba deskripsikan, menonton penampilan Mamamoo di Immortal Song seperti sedang dibombardir peluru nada-nada indah dan kita akan berakhir kelelahan. Exhausted, karena sepanjang penampilan tanpa sadar kita menahan napas. Kalau gue punya kesempatan menonton Mamamoo secara live, gue kepingin menonton penampilan mereka yang seperti di panggung Immortal Song. Secara umum penampilan Mamamoo di setiap panggung memang atraktif dan komunikatif, mereka hampir nggak pernah kelihatan boring atau males-malesan, tapi passion mereka dalam bernyanyi jauh terlihat berlipat-lipat saat tampil di Immortal Song. Bahkan menonton penampilan mereka di lagu Wonderful Confession via Youtube pun bikin gue girang, apalagi nonton penampilan semacam itu secara live!




Jangan lupakan pula penampilan Mamamoo di 37th Blue Dragon Awards. Saking spesialnya sampe diberi label ‘legend’. Apa pasal? Karena mereka memberi penampilan yang berbeda dari penampilan idol sebelum-sebelumnya. Tau kan gimana idol kalau lagi manggung? Mau di panggung mana aja pasti penampilannya konstan alias begitu terus. Padahal penontonnya adalah sineas perfilman jaim, bukan fans si idol yang udah pasti semangat ngasih fanchant. Sudah menjadi tradisi, satu ruangan bakal sunyi senyap tiap kali idol tampil. Wajah-wajah aktor-aktris kawakan itu sedatar TV plasma dan seakan mau bilang, “what the hell are they doing?” Konon, dalam dunia hiburan Korea, posisi idol Kpop berada di strata bawah setelah pemain film dan drama. Tapi, empat juragan lobak kita sukses mengubah tradisi sunyi senyap itu. Di antara lirik lagu Decalcomanie, Solar, Whee In, Hwasa dan Moon Byul bergantian menyisipkan famous line dari film-film terkenal. Hasilnya? Satu ruangan tertawa riang, terutama di bagian Moon Byul yang mengajak aktor Jung Woo Sung buat nge-date—mengambil famous line di film A Moment To Remember.


*


Seperti orang yang terkena sapuan gelombang Hallyu, gue pun jadi berminat ke Korea Selatan. Nggak minat ke Jeju atau Nami, tapi justru ingin sekedar merasakan vibe negeri gingseng itu. Apa iya seperti yang diberitakan selama ini? Kayak apa sih orang Korea memandang Kpop? Apa mereka betul-betul peduli grup mana yang baru debut dan grup mana yang menang di acara musik lokal? Dengan showbiz seramai itu, apa benar orang Korea betul-betul memperhatikan para artisnya? Trus kok kayaknya jalan hidup remaja sana, kalau nggak ikutan audisi biar jadi idol, ya jadi fangirl. Begitu, kah?



Konsep Femme Fatale di Lagu Decalcomanie


Yes, I love these girls. Bahkan wohuo wohuo mereka pun nggak terdengar annoying di telinga gue. Bahkan suara geraman Hwasa pun terdengar keren di telinga gue. Kualitas mereka bikin gue menyingkirkan fakta kalau konsep mereka agak terlalu dewasa. Untuk Solar dan Moonbyul yang udah lewat 24 tahun mungkin udah oke, tapi untuk Whee In dan Hwasa? Tidak kah outfit mereka terlalu terbuka untuk ukuran cewek 20 tahun? Lalu konsep femme fatale di lagu Decalcomanie—tidak kah terlalu seksi? Gue biasanya nggak suka penampilan seduktif yang dilakukan artis perempuan yang belum cukup umur, tapi Mamamoo adalah pengecualian. Hahaha. Gue bersikap permisif karena Mamamoo membuktikan mereka punya talenta, alih-alih semata menjual keseksian.




Kelahiran 1995?



Whee In 21 tahun saat Decalcomanie Era


Di mana lagi kita bisa mendengar lagu yang meributkan perbedaan tinggi badan 1 senti? Atau lagu gesrek nggak penting tentang lelucon bapak-bapak? Karena sudah nggak bermasalah dengan teknik vokal, mereka gape aja bernyanyi dengan gaya ngece, nyinyir dan nge-bully satu sama lain. Lagu-lagu hilarious ini pun masih ditambah dengan joget kocak dan ekspresi reseh bin nyebelin tiap member; komplit! Sesuai dengan citra mereka sebagai ‘Beagle Dol’ yang kurang lebih artinya idol yang rame dan hiperaktif.


Aze Gag Dance


*


Mamamoo adalah penampil ke dua setelah PSY yang diharapkan mengisi acara di universitas-universitas lokal. Mereka adalah GG pertama yang menang dua kali di acara Immortal Songs. Mereka menjual tiket konser mereka hanya dalam waktu semenit. Mereka sudah mengumpulkan sekian banyak awards atas lagu-lagu mereka.

Sempurna? Sayangnya tidak. Mamamoo pun cukup sering terlibat kontroversi dan skandal. Barangkali agensi mereka yang memang masih baru harus belajar lebih banyak lagi tentang bagaimana me-maintan sebuah grup idol. Mamamoo pernah dituding mengambil budaya negara tertentu dengan memakai bindi di video klip Aze Gag, mereka dituduh plagiat berkaitan dengan logo lagu Taller Than You, dikritik atas tayangan sexual assault di MV Decalcomanie hingga mesti diedit ulang, dan—yang masih hangat—dugaan rasis atas video parodi lagu Uptown Funk yang menampilkan member Mamamoo menghitamkan kulit mereka alias blackface. Kontroversi yang dilakukan salah seorang membernya pun sempat jadi bahan bully netizens. Adalah Whee In yang mengucapkan umpatan kasar dan mabuk saat melakukan chat langsung di V-app, di mana aplikasi tersebut dapat diakses siapapun termasuk anak-anak di bawah umur. Foto selfie aneh Whee In baru-baru ini pun dianggap sebagai penghinaan golongan non selebriti.


*




Waktu pertama kali interest sama Mamamoo, gue coba kepo via Instagram. Ada satu akun yang rajin upload klip-klip penampilan mereka di acara musik. Sebagai fakir kuota, gue pikir cara ini lebih hemat ketimbang nyetel Youtube (padahal sama ajah, sama-sama nguras kuota!!). Lalu setelah nontonin penampilan mereka, gue jadi tertarik mengulik meme-meme Mamamoo lebih jauh. Kayaknya lucu-lucu. Gue berharap bakal melihat yang kayak begini.





Atau yang kayak begini...





But, hell, yang banyak gue dapatkan malah….











Apa sih ini?


*


Bayangkan sebuah dunia hiburan padat karya nan penuh sesak. Satu ruangan penuh grup idola cantik-ganteng yang siap memperebutkan atensi pasar. Mereka semua bersedia melakukan apapun demi bisa dikenali, lantas diidolai. Seorang idola cewek mengaku kakinya sakit tiap kali memakai sepatu hak tinggi. Tapi cewek ini tidak pernah meninggalkan heels-nya. Kenapa? Karena katanya ia tidak mau merusak fantasi penggemarnya.

Tau kalimat apa yang sering diucapkan idol Kpop saat sedang promosi lagu baru? Kalau musisi Indonesia suka bilang, “jangan beli yang bajakan,”, maka Kpop idols suka bilang begini, “berikan banyak perhatian dan cinta.”

Bagaimana cara memberikan satu grup perhatian dan cinta? Tentu dengan membeli CD-nya—beli semua versi yang diproduksi kalau perlu; ada empat versi untuk satu album, beli empat-empatnya, ada sebelas versi, beli sebelas-sebelasnya. Kenapa harus begitu? Karena penjualan CD akan dihitung untuk menentukan posisi sebuah lagu dalam tangga lagu acara musik. Adalah sebuah kebanggaan sebuah fandom jika idola mereka memuncaki chart dan membawa pulang awards.

Sudah? Belum. Masih ada pembelian lagu secara digital dan streaming. Sekali lagi, adalah kebanggaan seorang fan jika mendukung idol yang berprestasi. Sudah? Masih belum. Masih ada light stick yang dimiliki setiap grup, merchandise asli, photo book, CD konser dan banyak lagi pernik lainnya. Belum lagi budaya memberi hadiah mahal untuk para idola dari fans. Pride—semua itu demi sebuah kebanggaan. Karena itu, dengan segala loyalitas yang diberikan fans, para idola ini suka bilang, “terimakasih, (nama fandom), kalian sudah bekerja keras.”

Betapa berharganya penggemar bagi idol Kpop. Mereka melakukan banyak hal demi idolanya. Karena itu, seakan wajib hukumnya bagi para idol ini untuk senantiasa memuaskan penggemar. Jika dilihat dari satu sisi, para idol ini memang diwajibkan hidup dalam ekspetasi penggemarnya. Tidak mau merusak fantasi para penggemar. Hell, bahkan berita dating pun bisa membuat seorang idol ditinggalkan penggemarnya! Atau ambil contoh yang lebih simpel; lihat bagaimana idol ini berlagak saat tampil di acara variety show. Nggak boleh jaim, harus heboh, harus menghibur—nggak peduli jika skrip yang diberikan cenderung mempermalukan diri sendiri. Semua demi menghibur penggemar, semua demi menuntaskan ekspetasi penonton. Cari duit emang susah yah, oennie, oppa!

Kadang-kadang gue mikir, kenapa orang-orang ini masih mau aja sih jadi idol? Iya sih terkenal, iya sih banyak uang, tapi hidup mereka penuh pengekangan, baik dari fans maupun agensi. Lalu, mereka harus selalu kompetitif—saat audisi harus bersaing dengan sesama peserta, saat menjadi trainee harus bersaing dengan sesama trainee supaya bisa debut, saat sudah debut harus bersaing lagi dengan grup-grup lain. See? Bahkan dalam satu grup pun mungkin masing-masing member bersaing satu sama lain dalam meraih popularitas yang lebih tinggi. Well, siapa yang tahu kapan tiba saatnya sebuah grup akan bubar dan masing-masing member harus berjalan sendiri-sendiri? Masing-masing member mesti mengejar popularitasnya sendiri-sendiri. Tapi setelah itu gue mikir lagi, orang-orang di Asia Timur itu memang terkenal pekerja keras dan kompetitif. Tidak menjadi idol pun, mereka harus bekerja keras dalam bidangnya masing-masing. Sudah tau kan berapa lama murid-murid Korea Selatan berada di sekolah? Atau bagaimana para karyawan bekerja sampai jauh malam demi eksistensi?

Kembali ke soal hubungan fans dan idola, ada satu istilah yang pasti nggak asing bagi fans Kpop. Yes, it’s fanservice.

And, what the hell is that? Kurang lebih artinya adalah cara seorang idola memanjakan penggemarnya. Caranya bisa macam-macam; memakai flower crown yang diberikan penggemar saat acara fans meeting, mendengarkan curhatan fans, menyapa penggemar melalui media sosial, dan masih banyak lagi. Well, yah, masih okelah kalau begitu doang yah. Tapi, coba katakan opini elo tentang ini?

Shipping, OTP (One True Pairing) dan skinship; istilah yang merujuk pada kedekatan dua orang idola. Dalam dunia Kpop, kita bakal banyak menemukan nama dua idola direndeng menjadi satu. Ini adalah kerjaan para fans yang ‘menjodoh-jodohkan’ dua orang idola dalam satu grup berdasarkan kedekatan mereka sendiri atau bisa jadi bersumber dari keinginan para fans. Ingat, sebagai idol elo nggak mau merusak fantasi penggemar elo.

Waktu pertama kali mengetahui fakta ini, gue mengernyit. Why, I mean, why? Bukannya Korea Selatan masih sangat tabu menyoal isu LGBT? Terus kenapa mereka malah menjodoh-jodohkan dua orang yang jelas-jelas satu gender? Kenapa mereka malah seakan mendapat kesenangan melihat dua orang laki-laki atau dua orang perempuan ‘bermesraan’? Gue tidak sedang menentang isu apapun di sini, gue hanya bingung. Why? Di satu sisi mereka mengecam, tapi di sisi lain mereka suka. Cara begini bahkan menjadi salah satu cara umum untuk menyenangkan penggemar. Why, I mean, why?

Berbeda dengan di Indonesia, konon katanya di Korea Selatan sentuhan dan pelukan antar sesama lelaki adalah hal biasa. Seorang cowok memeluk cowok lainnya dari belakang atau mengelus dagu satu sama lain di Korea Selatan tidak berarti apapun kecuali mereka sepasang bromance. Memakai barang-barang sama alias couple stuff pun jamak dilakukan dua orang sahabat dekat. Sebegitunyalah mereka menunjukkan kedekatan satu sama lain.

*


Shipping paling terkenal di Mamamoo jelas adalah Moonsun; diambil dari nama Moon Byul dan Yong Sun (nama asli Solar). Mereka bahkan punya semacam segmen tersendiri di V-live yaitu Yong Kong Byul Kong (YKBK). Acaranya merupakan interaksi antara member Mamamoo dan fans secara live. Fans bisa bertanya apa saja kepada Mamamoo melalui aplikasi ini selagi mereka live.

Moonsun is real, demikian dengung para penggemar yang yakin banget dua cewek ini lebih dari sekedar best friend alias bener-bener two lovers. Di Youtube banyak berserakan kompilasi klip interaksi Moon Byul dan Solar yang berusaha membeberkan fakta betapa nyatanya hubungan cinta di antara keduanya. Lalu, sekali lagi gue bertanya-tanya, mengapa ada orang yang get pleasure melihat dua cewek saling memandang horny satu sama lain? Atau pada dasarnya, mengapa ada orang yang get pleasure melihat siapapun menunjukkan kemesraan di muka publik? Sekali lagi, gue tidak sedang menentang isu apapun di sini, gue hanya bingung.

Mereka ngetrip ke luar negeri bareng, siaran live bareng dengan salah seorangnya nggak bisa berhenti bersikap gombal ke yang lain (“Cause you’re pretty.”), pernah ketangkap basah berduaan di kamar grup lain,  nggak bisa berhenti saling menyentuh (bahkan di area yang agak pribadi), punya segambreng couple stuff, dan saling menunjukkan gestur cemburu jika yang lainnya berdekatan dengan cewek lain. Ada sebuah thread yang khusus ngerumpiin Moonsun dari hari ke hari. Gestur paling halus sekalipun dari mereka pasti tertangkap mata dan akan coba diterjemahkan apa artinya. Semua fans mendadak memiliki insting tajam dan kemampuan deduktif ala detektif. Dari hari ke hari makin banyak yang percaya bahwa Moonsun is real.

Apakah ini hanya sekedar marketing tool atau memang nyata? Di antara orang-orang yang yakin, nggak sedikit pula yang yakin ini hanya sebuah strategi pemasaran RBW. Shipping macam apa yang bikin nama ship sendiri (YKBK)? Seakan minta banget ‘dijodohin’. Pada awal-awal V-live, Solar bahkan kelihatan risih banget setiap kali Moon Byul terlalu lengket sama dia. “Insanghae,” kata Solar, yang artinya kurang lebih, “aneh banget sih ini (trik shipping ini)!”. Dan lagi keduanya pasti paham banget setiap gerak-gerik mereka di muka publik akan terekam rapi. Fancam di mana-mana; siap merekam kontak badan mereka yang paling tidak kentara sekali pun, di acara mana pun. Well, kalau pun mereka nggah ngeh, salah seorang staf di agensi mereka pasti concern. Jadi, apakah ini hanya sebuah trik pemasaran agar publik selalu memberikan perhatian kepada Mamamoo?

Kenyataannya, gue sendiri merasakan atensi gue terebut oleh Moonsun, betapapun gue lebih merasa related dengan Hwasa. Gue mendapati diri gue ikut penasaran akan status hubungan mereka. Kalau lagi ngepoin Mamamoo di IG, perhatian gue pasti lebih tertuju oleh postingan-postingan mengenai Moonsun, ketimbang mengenai Whee In atau Hwasa. Dalam opini gue pribadi, dibandingkan interaksi cewek-cewek di grup lain, Moonsun memang kelihatan beda. Yang lainnya masih dalam tahap kedekatan antar sahabat, tapi Moonsun? Yang membuat shipping satu ini berbeda adalah karena satu di antara mereka sepertinya—sekali lagi, sepertinya—memang seorang penyuka sesama jenis. Well, bahkan nama agensi mereka adalah Rainbow Bridge World. Hanya kebetulan, kah? Atau memang Mamamoo diniatkan untuk membawa pesan “Love Win”?



Smoke Rainbow


See? Terlepas dari benar tidaknya status cinta di antara keduanya, gue ikut terseret gelombang penasaran, yang pada akhirnya nggak bisa berhenti untuk selalu up date berita tentang mereka. Setiap idol butuh banyak perhatian dan cinta. Remember!


*


Penasaran akan sosok selebriti sampai ke hal-hal personalnya sudah lama sekali nggak gue rasakan. Mungkin sejak jamannya Meteor Garden pas SMP dulu. Cinta banget pokoknya sama Tao Ming She dan F4. Seperti fangirl remaja lainnya, dulu itu gue juga sempet ngebayangin jadi pengantinnya Jerry Yan. Hahahaha. Barangkali fase menggemari seorang idola bakal sama untuk setiap remaja. Ujung-ujungnya kita bakal berkhayal bakal berjodoh dengan sosok idola di dunia nyata. Ini hanya akan menjadi kenangan konyol yang patut ditertawakan di masa depan.

Setelah itu, seinget gue, gue nggak pernah stuck sama seorang selebriti. Christina Aguilera akan selalu menjadi penyanyi favorit gue sepanjang masa, tapi apakah gue tahu apapun mengenai kehidupan pribadinya? No! Gue bahkan tidak mendengarkan semua lagu Christina. Gue orang yang cenderung menggemari lagu, alih-alih penyanyinya. Lagu enak, gue dengerin. Gue bahkan jarang banget punya kesabaran untuk mendengarkan satu full album seorang penyanyi. Paling cuma lagu-lagu hits-nya aja.

Dan jangan tanya soal urusan pribadi selebriti; nggak tertarik. Gue bahkan lebih bersimpati dengan orang-orang terkenal yang memutuskan untuk tidak konek dengan medsos apapun. Atau paling nggak bukan tipe yang always up date. Mungkin karena pada dasarnya gue old soul. Gue sering membayangkan betapa seru dan mendebarkannya jaman dulu; jaman sebelum medsos hadir. Seorang musisi nggak perlu posting foto di studio rekaman sebelum melempar album baru. Kalau kita datang ke sebuah konser, maka niat kita memang ingin menonton konser, bukannya supaya bisa check in location atau mendapat foto bagus untuk diposting di IG.

Dengan pola pikir semacam itu, gue merasa sangat paham dan bisa menerima sepenuhnya dengan tingkah Justin Bieber yang ogah selfie bareng fansnya.


No Selfie


Gue juga merasa nyaman dengan artis yang mengambil jeda antara satu karya dengan karya selanjutnya. Bagi musisi barat, menelurkan album dua tahun sekali pun belum tentu bisa. Dan kalau lagi nggak masa promosi, mereka bakal jarang banget tampil di muka umum. Artis-artis seperti ini memang artis; orang-orang yang ingin dikenal dari art yang mereka buat. “Oh, si A yang nyanyi lagu ABC ya?” atau “Oh, si D yang kemarin ngadain konser di stadion E itu kan?”

Coba, apakah kita tahu banyak soal Adele? Tentang Ed Sheeran? Norah Jones?

Tapi Kpop adalah dunia musik yang berbeda. Kpop tidak didesain untuk digemari secara biasa. Kpop adalah dunia never ending story. Ketika kita mencoba kalem sejenak, maka detik berikutnya pasti ada berita heboh yang minta diperhatikan. Dunia musik yang satu ini dibuat untuk dikuntit habis-habisan, konstan dan terus-menerus. Seorang atau sebuah idol grup mungkin baru saja melakukan kolaborasi, meng-cover lagu grup lain atau tampil di sebuah variety show. Maka sebagai fans kita merasa perlu menyaksikan semuanya, lalu mengulik idol-idol lain yang terlibat dengan idol kesukaan kita. Begitu terus sampai akhirnya pengetahuan kita akan grup idol sedemikian luasnya.





Kpop, menurut gue, didesain untuk digilai habis-habisan, yang kadang berujung pada budaya pengkultusan alias fetishism. Setiap saat bermunculan video fancam. Setiap waktu bermunculan video keseharian idol yang dirilis resmi oleh agensi. Setiap saat bermunculan foto-foto terbaru idol sedang menghadiri acara tertentu. Setiap hari bermunculan catatan-catatan pendek dari idola untuk para penggemar di fancafe. Setiap waktu bermunculan video-video kompilasi kocak tentang idol yang dibuat para Youtuber. Pada akhirnya, kita bukan cuma bakal menggemari lagu-lagunya, tapi kita sekaligus dibuat terpesona oleh apapun mengenai idola kita. Ya cara bicara, cara berjalan, cara berpakaian, cara tertawa, dan bahkan cara menggaruk badan! Dengan kulit selicin porselen dan gaya busana modis, lalu ditambah sikap imut-imut, kita bakal dibuat setuju kalau idol-idol ini memang sebegitu adorable-nya. Apapun tentang mereka pasti mengagumkan. Setiap lekuk tubuh sang idola adalah mahakarya yang patut dipuja-puji. Astaga, mereka pake baju longgar dengan lengan kepanjangan pun keren... lah, kalau kita yang make???

Saking mengikatnya dunia Kpop—dan kita tersadar betapa berbedanya budaya Indonesia dan Korea Selatan—maka banyak pula berserakan artikel-artikel tentang memensiunkan diri sendiri dari hingar-bingar Kpop. Karena Kpop memang membuat seseorang kecanduan. Begitu kenal Kpop, sahabat sejati adalah hape, laptop dan wifi. Bawaannya pingin ngepoin si idola terus di dalam kamar sendirian. Semua tentang idola adalah definisi kesempurnaan. Buntutnya, kehidupan sendiri terasa nggak lebih menarik ketimbang kehidupan sang idola.

Artikel tentang pensiun dari Kpop. Mantan fangirl. You can find about this easily. Sebaliknya, apakah ada orang-orang yang merasa perlu berhenti menggemari musik western? British Pop? Sepanjang pengetahuan gue, nggak ada.

*


Kalau fans grup idol lain masih berkutat di persoalan bisakah idola mereka bernyanyi, maka Mamamoo sudah tidak bermain di area itu. Siapa yang berani meragukan kemampuan vokal keempat cewek ini? Di antara grup-grup Kpop mainstream yang banyak bertebaran, Mamamoo seakan memiliki liga sendiri. They have their own league. Grup senior pun belum tentu bisa menyamai kemampuan vokal dan stage act Mamamoo.

Dengan skill mumpuni yang tidak perlu diragukan lagi itulah gue heran mengapa perlu ada Moonsun—jika benar shipping ini hanya sekadar marketing tool. Gue membayangkan Hwasa, sebagai member yang kayaknya paling ogah berurusan dengan tetek bengek nonsens, bakal misuh-misuh dengan perasaan sakit hati, “Menurut elo berdua bagaimana orang bakal mengasosiasikan Mamamoo mulai dari sekarang? Bagaimana orang-orang akan mengenali Mamamoo? Oh yang nyanyi ‘Yes I Am’? Oh yang ketjeh banget penampilannya di Immortal Song? Nggak! NGGAK! Mulai sekarang orang bakal taunya Mamamoo itu sekedar grup idol cewek yang dua membernya punya hubungan spesial! Begitu doang! Nggak penting lagi kita bisa nyanyi atau nggak! Orang-orang bakal cuma terfokus sama hubungan rahasia kalian doang!”

Yes, why? Bukankah hanya artis-artis yang kurang andal yang membutuhkan gimmick semacam itu? Ah, emang dasar gue terlalu old soul. Terlalu mementingkan kemurnian. Padahal Mamamoo is still a part of Kpop. Betapapun mereka menunjukkan diri sebagai grup yang berbeda, mereka tetaplah bagian dari komunitas Kpop. Artinya, mereka bakal tetap mengikuti aturan main grup idola. Setidaknya agensi—sebagaimana perusahaan bisnis—akan memastikan jualan mereka tetap menarik perhatian sehingga terus menghasilkan uang. Dan trik-trik pemasaran memang sah-sah aja, kan? Apalagi kenyataannya, di Korsel sana, Mamamoo belum benar-benar menjadi grup cewek nomor satu. RBW dan Mamamoo masih harus bekerja lebih keras lagi. (Dan Moomoo juga!)




2 komentar:

  1. Suka banget dengan postingannya.
    Aku juga sangat penasaran dengan hubungan moonsun. Walaupun selalu menyakinkan diri kalau mereka hanya sekedar sahabat yang terlalu lengkat , tapi terkadang goyah saat melihat kemesraan mereka yang berbeda dari sahabat pada umumnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo, terima kasih sudah mampir dan meninggalkan komentar. Jangan lupa mampir ke part 1 postingan tentang Mamamoo di link ini ya :)
      https://jurnalnovia.blogspot.com/2017/10/i-say-mama-mamamooo.html

      Hapus