Bukan masalah bulan November ternyata. Faktanya di bulan Desember pun saya tetap sakit hati. Barangkali ada pengaruh dari cuaca yang mendung terus di penghujung tahun. Walhasil suasana hati jadi ikutan kelabu.
Tanggal 1 Desember 2023, siang hari di kantor, seorang rekan melempar sebuah penghakiman kepada saya.
"Dasar ansos!"
Becanda? Saya yakin begitu. Tapi tidak sepenuhnya, karena saya yakin dia memang benar-benar berpikir begitu tentang saya. Ada keseriusan dalam kata-katanya.
Dan saya sakit hati. Seumur hidup saya sudah cukup sering mendengar penghakiman / labelisasi / keluhan tentang diri ini yang tidak pandai bergaul. Tapi, hanya karena saya sudah sering mendengarnya, bukan berarti saya sudah kebal dan tidak sakit hati lagi.
Sebetulnya, apa kerugian ekstrovert ketika satu-dua orang di sekeliling mereka membatasi diri dalam hal bergaul--dengan apapun alasannya? Di mana energi "biarkan saja selama tidak merugikan orang lain"? Kenapa harus diungkit-ungkit? Distempel macam-macam? Kenapa??
Kadang saya merasa bangga pada diri sendiri. Lihatlah apa yang sudah saya hasilkan dengan tangan sendiri. Lihatlah betapa saya menjadi orang yang dipercaya untuk leading sebuah tim. Kadang ada hari-hari di mana saya merasa begitu berharga. High value istilah jaman sekarang.
Tapi begitu hati tergores, tiba-tiba terpancing mempertanyakan mengapa hidup seperti ini? Rasanya double kills sekali: sudahlah wajah jelek, eh introvert pula. Oh, ditambah miskin pula. Aduh!
Sungguh ingin pindah keluar negeri yang orang-orangnya lebih individualis. Di negeri ini kesendirian adalah sebuah dosa; terlepas dari alasannya yang memang sebuah pilihan pribadi atau takdir. Di negeri ini semua orang harus punya semangat secara kolektif.
Dan karena belum punya daya untuk keluar negeri sesuai keinginan, saya lagi-lagi masih bertanya-tanya, sampai kapan harus begini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar