socio-politica.com |
Ternyata hari ini kita punya presiden
berlatar belakang juragan mebel alias tukang kayu. Sebagai profesi untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari jelas bisnis semacam itu lebih dari cukup. Tapi
sebagai background apalagi sebagai batu loncatan menuju RI1???
Sejarah mencatat presiden-presiden kita
sebelumnya adalah cendekiawan, mantan militer dan ketua umum partai. Tapi hari
ini?
Menurut cerita Jokowi bahkan dulunya pernah
tinggal di bantaran kali. Pernah digusur pula sama pemerintah. Sekolahnya pun
institusi lokal aja.
No offense, tapi sekarang kamu bisa ngerti
kan gimana perasaan Prabowo sewaktu kalah pilpres dari Jokowi. Anjir banget
kalah dari juragan mebel kelas kampung. Hehehe.
Baru-baru ini Jokowi melawat ke Tiongkok
untuk menghadiri forum APEC dan mendatangi presiden Tiongkok untuk membicarakan
kerjasama. Sebelumnya muncul berita di Kompas.com bahwa menurut seorang
pengamat, Jokowi sebagai kepala negara wajib menggunakan Bahasa Indonesia di
konferensi internasional sebagaimana diamanatkan UU. Pastinya berita begini menjadi
sasaran empuk buat sebagian orang. Banyak yang menuding itu cuma akal-akalan si
pengamat yang berkomplot dengan pemerintah supaya masyarakat tidak
mengolok-olok Jokowi yang berbahasa Indonesia di pertemuan internasional itu.
Katanya itu cuma untuk menutupi kenyataan sebenarnya bahwa sang presiden memang
nggak fasih berbahasa Inggris.
Sebetulnya banyak kepala negara yang
menggunakan bahasa ibunya di forum internasional. Tapi bagi saya tujuan
komunikasi yang utama adalah komunikan mengerti apa yang disampaikan si pemberi
kabar. Menggunakan bahasa yang dimengerti kedua belah pihak bisa memperlancar
tujuan tersebut. Jadi kalau menggunakan misalnya, bahasa Inggris, karena kedua
pihak mengerti, kenapa tidak? Efektif, itu mestinya yang jadi poin utama.
Tapi... jeng-jeng-jeng, Jokowi tampil di
APEC menggunakan Bahasa Inggris. Menurut beliau APEC bukan acara kenegaraan
jadi nggak bisa berbahasa Indonesia.
Seperti yang Jokowi katakan, ini adalah
sebuah presentasi, bukan pidato. Ia menjelaskan seperti apa Indonesia; negara
kepulauan yang besar dan potensial. Ia jelaskan apa yang ia inginkan untuk
dibantu para CEO yang hadir di situ. This is your opportunity, kata Presiden.
Dan opini pun berkembang. Kita memang
sangat Melayu; senang berkomentar. Ada yang bilang bangga melihat Jokowi
demikian pede bicara tanpa contekan alias teks. Ada yang mengaku malu mendengar
Bahasa Inggris Jokowi yang ngepas (koreksi bernada humble bisa kamu temukan disini). Ada yang memuji karena tak ada RI1 yang pernah melakukannya; prentasi
tanpa teks mengajak investor untuk mengembangkan usaha di Indonesia. Ada juga
yang bilang Jokowi tak ubahnya sales yang sedang mengobral Indonesia.
Pendapat saya yang pertama... hehehe,
lagi-lagi saya tergelitik melihat bapak ini. Astaga Bahasa Inggrisnya standar
sekali. Dan beberapa kali beliau juga sempat terjeda lama mencari kata yang pas
(price... emm, the cost!). Ke dua, salut karena, well, urusan jadi beda dari
yang lain emang Jokowi jagonya. Ke tiga, salam 3 jari :p
Intinya sih apa yang dikatakan Pak Jokowi; janji
dan visi-misi harus terus kita pantau bagaimana realisasinya. Tapi 1 hal yang perlu
diingat, segalanya butuh waktu. Kita harus banyak bersabar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar