Ga saling kenal tapi tiba-tiba saling ngejek. Ga pernah ketemu muka, tiba-tiba sahut-sahutan kosakata kasar. Hei, selamat datang di dunia digital, tempat kamu bisa dengan mudahnya mencari musuh!
Jadi gimana caranya memulai perkelahian di internet yang otomatis memberi kita seorang musuh? Gampang! Ikuti 2 langkah mudah berikut ini:
1. Comment
2. Wait
Gue dapet cara ini dari salah
satu komentator video di Youtube. Lupa video artis mana, tapi pokoknya di
antara video Rude-nya band Magic!, Am I Wrong?-nya Nico and Vinz, She Looks So Perfect-nya 5 Seconds of Summer, atau Chandelier-nya Sia. Di antara 4 video
itulah pokoknya. Soalnya 4 video itu yang lagi sering gue puter via Youtube
sekarang ini.
Gue jelas bukan mau
menganjurkan siapapun untuk memulai perkelahian online. Gue cuma mau menulis
satu fakta menarik dari kelakuan manusia di zaman digital ini.
Terutama 3 video pertama yang
gue sebut, semuanya memancing viewer dari seluruh dunia untuk memberi komentar.
Kalau cuma sebatas komen, "nice" atau "I love this song!"
atau "Thankyou for uploading!" sih asik-asik aja. Sekalinya ada yang
bales komen tersebut paling yang ng-upload videonya ke Youtube, mau ngucapin
makasih karena udah nonton. Tapi gimana kalau komennya bernada kasar bahkan
rasis? Aww!
Dari beberapa komen dari
official video Rude yang gue baca, banyak di antaranya yang menyoroti lirik dan
storyline di video klip itu. Lirik lagu Rude emang... apa yah? Romantis karena
si cowok minta restu ke ayah pacarnya dengan bilang can I have your daughter
for the rest of my life? Atau justru ceroboh melihat sang gadis demikian naif
mau kawin lari sama anak band begajulan?
Satu viewer bilang, emang
ayah mana yang mau ngijinin anak perempuannya kawin sama pecandu marijuana!
Tapi ada yang ngebela: hei, siapapun di mana pun harus menikah karena cinta,
dan lagi si cowok udah gentleman mau nemuin ayah pacarnya. Tapi ada lagi yang
komen dan menyangsikan sepasang kekasih di video tersebut bakal happily ever
after. Iya bahagia, tapi tunggu sampe elo pusing mikirin urusan domestik
seperti bayar tagihan listrik dan air! Belom lagi urusan bayar sekolah
anak-anak! Hahaha!
Kalau disimak, bagi gue bener
kalau lirik lagu Rude emang rada cheesy. Tapi toh lagunya menghibur dan itu
udah cukup sebagai alasan gue suka dengerin lagunya.
Oke, kalau video Rude mungkin,
sepanjang yang udah gue baca, ga terlalu memancing keributan parah. Tapi 2
video lainnya lumayan rusuh. Video band Australia 5 Seconds of Summer (5 SOS) misalnya,
komentator lumayan banyak yang mencibir musik punk yang mereka usung. Heh, yang
kayak begitu yang disebut punk??? Bahkan musiknya masih terlalu ringan untuk
disebut pop-punk!
Trus ada juga yang
ngebandingin 5 SOS dengan One Directions (1 D). Ada yang bilang 5 SOS lebih
keren daripada 1 D. Sontak ada yang nyahut, 5 SOS nggak akan ada tanpa 1 D.
FYI, 5 SOS emang jadi band pembuka tur Eropa 1D. Dari situlah 5 SOS mulai
dikenal orang.
Dan yang paling serius di
antara yang serius adalah komen yang menuding 5 SOS nggak lebih dari sebuah fake
band! O-oh! Mereka dituding nggak bener-bener memainkan alat musik!
Dengan lirik pembuka
(hey-hey-hey-hey), melodi yang easy listening dan tampang personilnya yang
boleh juga, 5 SOS jelas berpotensi digilai cewek-cewek ABG. Itu juga yang
dibilang salah satu komentator, bahwa mereka cuma sebuah band yang hidup karena
masih ada cewek-cewek ABG yang hobi ngejerit.
Apapun, lagunya ada di folder
musik HP gue. Liriknya emang rada aneh. Dan juga vulgar. You look so perfect standing
there, in my American Apparel underwear? Serius itu liriknya begitu? Belom lagi
kalau liat video klipnya. Kenapa tiba-tiba semua orang orgasme dan melucuti
pakaiannya waktu denger lagu 5 SOS??? Apa perlu menampilkan seorang nenek
mendadak gila dan membuka pakaiannya sambil joget-joget?
Yang terakhir videonya Nico
and Vinz yang berjudul Am I Wrong? Karena keseluruhan videonya hanya
menampilkan orang kulit hitam, maka serta-merta videonya disebut rasis. Sebuah isu
serius nan sensitif. Jelas banyak yang bales komen tersebut, bilang bahwa fakta
tidak adanya orang kulit putih di video tidak otomatis bisa menyebut videonya
rasis.
Emang paling gampang nyari
musuh, seperti kata-kata orang dulu. Apalagi di dunia maya yang relatif minim
resiko. Kita bisa membuat akun palsu lalu mem-bully orang sesuka kita tanpa
harus takut ketahuan identitas asli kita. Tinggalkan sebuah komen menghina di
sebuah lapak media, tunggu beberapa jam, dan lihat bagaimana komen elo dibalas
orang-orang dengan kalimat yang nggak kalah pedesnya. Elo nggak senang? Balas balik
dengan kalimat yang sama kotornya. Dan perkelahian online pun dimulai.
Di negara demokratis seperti
Indonesia, berpendapat adalah sebuah kebebasan yang dijamin. Tapi ini
berpendapat ya yang dijamin, bukan menghina. Setiap kepala menghasilkan pemikiran yang berbeda dan itu sangat natural. Nggak mungkin semua orang setuju dan berkenan dengan pendapat kita. Tapi, dunia akan menjadi
tempat yang lebih baik seandainya tiap-tiap kita memanfaatkan lisan dengan
lebih bijak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar