Pejabat itu necis; bersafari, berjas,
berdasi, berkopiah dan berjam tangan mewah. Mukanya boleh aja penuh kerut tapi
kulitnya bersih, pun menyiratkan aura berkelas. Sekali lihat orang akan paham
dia pintar. Apalagi kalau sudah mendengar dia bicara... wah, santun dan wibawa
sekali. Suaranya dalam dengan penekanan di beberapa kata. Belum lagi penggunaan
istilah ekonomi yang canggih dan selipan beberapa kata asing. Segala kesan
sungguh mengesankan.
Dan... ehm, seringkali pejabat juga identik dengan perut buncit.
Paling tidak, dari yang saya tau,
demikianlah penggambaran pejabat di kepala orang Indonesia berdekade silam.
Atau mungkin, still on?
Kemungkinan beberapa orang Indonesia masih
mengidentifikasi pejabat dengan ciri-ciri di atas. Terbukti banyak yang menyerang
presiden sah RI sekarang berdasarkan fisik dan cara bicaranya.
Pak Jokowi, sejak kemunculannya sudah
menjadi sasaran tembak untuk berbagai hal, termasuk soal fisik dan pembawaannya
yang disebut sebuah antitesa penggambaran seorang pejabat di kepala masyarakat
Indonesia selama ini. Dia kurus, hitam, medok, ga pinter cas cis cus bahasa
asing, dan kerap kali tampak kucel berbungkus selembar kemeja putih polos yang
kegedean. Yang terakhir ini pendapat pribadi. Sumpah deh, kadang saya terkikik
sendiri melihat Jokowi mempertahankan kemeja putihnya dari masih Gubernur Jakarta sampai kini dia menjadi
presiden. Apalagi kalau dipakai saat beliau pidato di istana. Ada semacem aura
kontras. Mungkin saya pun masih terbawa "patokan" gaya pejabat ala jaman dulu. Melihat beliau demikian simpel (bahkan terkadang tampak lusuh) menggelitik
saya.
Banyak komen dari para haters bahwa mereka
malu punya presiden kerempeng nan dekil. Kalau dilihat-lihat tampang Presiden
Jokowi memang seperti tukang ojek yang biasa mangkal di depan gang. Mirip tukang
ketoprak di gerbang komplek. Ga beda dengan satpam pergudangan. Juga bisa kita
lihat persis tampang nelayan dan petani.
Istri Jokowi, Iriana, juga kayak mbak-mbak
penjual jamu. Mirip ibu-ibu tukang pecel. Juga sering kita lihat sedang
menggendong anaknya ke posyandu.
Jadi kamu sering liat tampang begini di pasar? *eh |
Kita agaknya kaget melihat sosok antitesa
ini. Apalagi saat mendengar keduanya, terutama Jokowi, bicara. Wah betul-betul
ga beda dengan masyarakat Indonesia kebanyakan.
Tapi kemudian jadi rada confusing karena di
saat orang-orang mem-bully gaya Jokowi yang ndeso, sebagian dari kita juga
mengutuk perilaku pejabat yang suka bermewah-mewah. Kita sengit melihat pejabat
kerempeng bin kucel yang kata kita malu-maluin bangsa Indonesia di mata
internasional, tapi kita juga menghujat pejabat high class karena menurut kita dia
tidak bertoleransi dengan masyarakat kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar