Sudah biasa, daftar tontonannya apa, tapi yang ditonton apa. Contohnya ya drakor Welcome to Wedding Hell ini; nggak masuk daftar tontonan, tapi setelah namatin Monstrous yang seharusnya serem, saya memutuskan untuk ganti ke genre yang lebih ringan. Pas buka Netflix tampaklah poster drama ini. Ya bolehlah dicoba. Dramanya pendek dan berdurasi singkat pula: total 12 episode dengan durasi per episode di kisaran 30 - 45 menit. Kesukaan saya banget serial singkat begini!
Sinopsis Singkat
Setelah berpacaran selama dua tahun, Seo Jun-hyeong (Lee Jin-wook) dan Kim Na-eun (Lee Yeon-hee) memutuskan menikah. Dimulai dari momen lamaran yang disiapkan secara spesial oleh Jun-hyeong, keduanya pun memulai persiapan acara pernikahan. Pada mulanya, keduanya mengira pernikahan adalah kisah akhir bahagia bak dongeng. Namun kenyataan tidak seindah khayalan. Masalah muncul satu-persatu; mulai dari acara pertemuan keluarga, pertukaran kado pernikahan, pemilihan gedung resepsi sampai ke tempat tinggal setelah menikah. Bukan hanya melibatkan argumen keduanya sebagai mempelai, orang tua masing-masing pun turut ikut campur. Dengan segala konflik yang timbul, masihkah Jun-hyeong dan Na-eun menginginkan pernikahan?
Manusia-manusia Ideal
Jun-hyeong dan Na-eun adalah penggambaran manusia-manusia ideal. Jun-hyeong berumur 36 tahun, bekerja di perusahaan besar dan datang dari keluarga menengah ke atas yang bahagia. Sedangkan Nae-eun berumur 32 tahun, bekerja di perusahaan besar juga dan, meski tidak sekaya keluarga Jun-hyeong, juga datang dari keluarga berkecukupan nan bahagia. Pendek kata, keduanya tumbuh sebagai manusia-manusia bahagia yang kehidupannya relatif mulus.
Tambahan lagi, uang jelas bukan masalah bagi keduanya. Fokus cerita memang tentang keinginan dan pemikiran kedua belah pihak yang sering bersebrangan. Jun-hyeong menginginkan segala hal tercipta spesial di hari bahagianya tanpa ditahan-tahan perkara uang dan lainnya, sedangkan Na-eun menginginkan hal yang lebih realistis namun tidak bisa mengkomunikasikan keinginannya kepada Jun-hyeong secara jelas. Meski secara usia keduanya sama-sama sudah dewasa, namun kenyataannya baik Jun-hyeong dan Naeun masih sering bersikap naif dan kekanakkan.
Aniya Aniya (mengandung spoiler)
Drama romens ringan seperti Welcome to Wedding Hell sebetulnya bukan favorit saya. Kalau untuk film sekali tayang dengan durasi maksimal 2 jam masih bolehlah. Lain cerita kalau serial dengan banyak episode; melirik pun jarang. Saya sudah siap-siap untuk nge-drop drama ini di pertengahan kalau ternyata nggak asyik.
Satu hal yang bikin saya pingin lanjut adalah adegan komedi yang melibatkan teman-teman kerja Jun-hyeong di episode 3. Jadi ceritanya teman-teman Jun-hyeong yang sudah menikah memprovokasi pria itu untuk tidak menikah saja, atau setidaknya tetap mempertahankan kendali atas kehidupan finansial sendiri. Dan di sinilah kocaknya muncul. Saya ngakak banget tiap teman Jun-hyeong bilang, "aniya aniya"---semua hal indah tentang pernikahan di pikiran Jun-hyeong dibantah terus. Pas mempelai lagi baca janji pernikahan pun si kawan ini masih ber-aniya-aniya. Ngakak banget!
Pernikahan Bagi Laki-laki dan Perempuan
Pernah lihat semacam anekdot tentang nama kontak istri di ponsel suami? Yang mulanya dinamai 'baby' atau 'my lovely wife', lalu berakhir dinamai 'mabes' atau 'mak lampir'? Teman Jun-hyeong si bapak-bapak 'aniya' jelas masuk jajaran suami-suami seperti ini. Mereka adalah pria-pria yang mendapati wanita manis yang dulu mereka nikahi dengan sepenuh cinta berubah menjadi emak-emak berdaster perhitungan yang tak henti mengomel di rumah. Sebagai perempuan, saya bisa berargumen tentang ini yang tak lepas dari dampak sistem patriarki dan beban ganda perempuan, tapi lebih baik tidak usah hehehe.
Lucunya, saya pernah baca artikel entah di mana, yang menunjukkan kalau kehidupan pernikahan lebih memuaskan untuk laki-laki ketimbang untuk perempuan. Saya cenderung sependapat. Setidaknya itulah yang sering saya dengar dari perempuan yang sudah menikah; baik teman sendiri atau pun opini-opini di internet. Kebanyakan dari mereka akan bilang, "Nggak usah buru-buru, nikmatin aja hidup selagi single."
Beda sama kebanyakan lelaki yang justru memberi testimoni kalau menikah itu rasanya cuma dua: enak dan enak banget. Enak lah, ada yang ngurus dari urusan ujung rambut sampai ujung kepala. Makanan disiapin, baju dicuciin, kalau pegel ada yang mijitin. Rumah kinclong, anak-anak keurus. Gimana nggak enak?
Tuh kan, tiap kali nulis apapun, pasti nggak bakal lepas dari curhatan dan pemikiran-pemikiran pribadi. Miane.
Akting
Waktu Welcome to Wedding Hell baru tayang saya sempet baca kesan singkat seseorang di Twitter. Katanya, Jin-wook kelewat kaku buat genre romcom. Tengok aja waktu doi ngegombalin Na-eun untuk pertama kalinya.
Mbak, punya lem nggak? Buat merekatkan aku dan kamu. |
Jahhh.
Wkwkwk.
Kalau saya pribadi sih melihatnya sudah sesuai sama karakter Jun-hyeong yang memang nggak peka dan cenderung kaku. Sependek yang saya tahu doi memang lebih banyak main di genre thriller dan seram. Tapi lagi-lagi, saya merasa nggak ada masalah sama akting Jin-wook di sini.
Lain cerita untuk Yeon-hee. Kalau saya baca-baca ulasan di Asianwiki dan My Drama List, selain perkara karakter Na-eun yang nyebelin dan kekanakkan, akting Yeon-hee juga lumayan dipermasalahkan. Saya antara setuju dan tidak setuju. Setuju karena sewaktu adegan sedih Na-eun kayak kurang dapet, air mata sang aktris pun susah banget keluarnya padahal suaranya udah kayak sesunggukkan banget. Tapi selebihnya masih aman sih menurut saya. Cocoklah si mbaknya beperan sebagai cewek cantik tapi dari kalangan biasa. Ekspresinya pun yah nggak bold yang gimana-gimana, secara ceritanya pun konflik keseharian aja. Dan saya pribadi menilai Lee Yeon-hee tuh cantik yang adem. Cantiknya nggak sampai unreal dan mengintimidasi. Masih terbilang wajar sebagaimana manusia dari kalangan biasa.
Recommended?
Banyak yang ngaku nge-drop dramanya karena female lead-nya annoying. Manja. Pasif agresif. Seluruh plot cuma tentang menyenangkan dia. Hemm. Yah bener sih. Kalau mau melihat realita, ya kenyataannya banyak yang begini. Saya sendiri kenal pasangan macam Na-eun dan Jun-hyeong di dunia nyata; ceweknya manja tapi si cowok udah kelanjur bucin, so? Tapi untuk sebuah drama, tentu akan menyenangkan kalau karakter perempuan utamanya dibuat lebih bertanggung jawab. Secara doi sendiri udah kepala 3 juga yaakan. Sebagai penonton pun kita bisa menarik semacam pesan moral dari karakternya. Saya sendiri agak kasihan sama ibunya Jun-hyeong; sama-sama ada kesan childish-nya kayak Na-eun, tapi si ibu ini tuh udah berusaha untuk treat Na-eun well banget loh.
Tapi secara keseluruhan drama ini masih layak tonton kok. Malah menurut saya drama ini adalah contoh benar untuk kisah romens ringan; fokus kepada plot utama alias nggak melebar ke cabang-cabang cerita karakter lain. Itulah kenapa drama romens light begini memang nggak usah panjang-panjang episodenya. Jatohnya malah bertele dan penonton malah salah fokus ke pemeran pendukung. Di sini keberadaan karakter pendukung yaitu teman-teman Jun-hyeong dan Na-eun ya beneran diplot sebagai penyerta pemeran utama. Saya sendiri suka dengan penggambaran karakter Hui-seon (Hwang Seung-eon), teman Na-eun yang sudah bercerai. Alih-alih mencecoki Na-eun dengan hal-hal negatif tentang pernikahan sebagai upaya proyeksi atas kegagalannya sendiri, Hui-seon justru bersikap mendukung meski tetap dalam porsi realistis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar