Kata Gitasav, not having kids is indeed natural anti aging. Tapi, kenapa saya yang belum punya anak ini tetap menuju proses penuaan? Hahaha. No, no, selow. Saya nggak ada niatan mau membahas apalagi membantah argumen Youtuber kontroversial itu kok. Ini tentang saya yang tidak bisa melawan hukum gravitasi.
Di umur 35 tahun suatu hari, setelah pembelian dua lipstik baru dan mencoba salah satunya, saya melihat bibir saya tampak bergaris-garis cukup jelas. Kenapa ya? Kelihatan kering loh kalau begini. Saya pernah terpikir untuk beli lipen modelan liptint yang memberi kesan 'basah', tapi melihat kondisi bibir yang menghitam, saya mensinyalir bahwa ini tak lepas dari efek pemakaian lipcream. Soalnya dulu-dulu, waktu gincu hampir seluruhnya berbentuk batangan, saya nggak punya masalah tentang warna bibir yang menggelap. Jadi, berdasarkan observasi pribadi yang sangat tidak ilmiah tersebut, saya pun memutuskan untuk membeli model lama alias yang berbentuk batang.
Tapi, kok ya bergaris-garis? Padahal saya selalu pake semacam lip balm sebelum lanjut ke perona bibir utama. Dan hasil googling siang itu bikin saya cukup kepikiran sampai hari ini. Hahahahahiks!
Jadi, bibir saya menipis seiring usia. Padahal, sepanjang yang bisa saya ingat, bibir saya termasuk tebal. Makanya saya nggak pernah berani pakai produk bibir yang memberi kesan berkilau. Cuma bakal keliatan makin dower, jujur aja. Saya adalah pecinta lipstik matte dari dulu. Untuk memberi tambahan penegasan, saya coba-coba cari foto saya waktu muda (wkwkwk) tapi ternyata album foto jaman dulu ketinggalan di rumah sodara. Saya pun cuma bisa mengingat-ingat bahwa ya, dulu saya punya bibir yang tebal.
Kesadaran soal menipisnya elastisitas kulit ini pun membawa saya pada kesadaran-kesadaran lain. Atau sebenarnya bisa dikatakan saya pun sudah menyadari juga, hanya belum terlalu kepikiran.
Bertahun-tahun belakangan, durasi menstruasi saya semakin singkat. Sekarang di hari ketiga pun darah menstruasi hampir-hampir sudah berhenti. Saya pun sudah tidak mengenal istilah 'banjir'. Rasanya volume darah haid semakin sedikit saja. Ketika mencoba googling, penjelasan yang saya dapat lagi-lagi terkait faktor usia. Konon situasi yang seperti saya alami normal dialami perempuan yang sedang menuju monopause. Saya yang belum menikah, apalagi punya anak ini hanya bisa cengengesan getir. Ya apalagi yang bisa saya lakukan, kan?
Dan saya bahkan punya gejala asam urat; sebuah penyakit yang umumnya diderita lansia. Sewaktu menemukan diri saya memiliki kadar asam urat di angka 11 sementara normalnya perempuan di angka 5, saya jadi tiba-tiba paham kenapa lutut kiri saya terasa nyeri. Awalnya saya kira gara-gara saya salah posisi squad, tapi ternyata... eng-ing-eng! Lagi-lagi cuma bisa nge-jokes sama temen kalau udah berasa nenek-nenek banget gara-gara punya gejala asam urat. Wkwkwk.
Padahal ya satu hari pada saat umur saya 29 tahun, saya pernah ikut semacam tes usia kulit yang diadakan suatu produk kecantikan, dan hasilnya umur kulit saya 3 tahun lebih muda dari usia asli. Fiuh!
Saya rasa saya bukan tipe perempuan yang bakal melawan tanda-tanda penuaan habis-habisan. Ya, saya sekarang pakai retinol yang konon berkhasiat untuk menyamarkan kerutan. Saya pun rutin olah raga karena saya suka sekali melihat perempuan yang tubuhnya 'kenceng'. Tapi, saya tahu, saya nggak punya ambisi untuk terlihat bak remaja di sepanjang usia.
Sewajarnya aja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar