Selasa, 11 April 2023

Hari-hari Wajib


Sudah berapa kali kamu ikut acara bukber di bulan Ramadhan tahun ini? Bukber kantor, bukber bekas kantor, bukber alumni kuliah, bukber alumni SMAsudah berapa kali? Atau malah kamu tipe yang selalu menghindar acara kumpul-kumpul begini?


Minggu lalu, ada dua agenda acara yang saya jabani meski di dalam hati tidak nyaman. Saya menyebutnya "hari-hari wajib". Mau tidak mau, suka tidak suka, nyaman tidak nyaman, pokoknya harus dilakukan. Namanya saja "wajib".

Saya semakin jago menjadi pribadi "hadapi saja, lakukan saja". Semua akan berlalu. Saya hanya perlu bertahan sambil tersenyum untuk beberapa jam.

Satu agenda adalah menyambangi rumah tetangga yang berkat info darinya saya mendarat di pekerjaan sekarang. You know what the problem is, saya bukan si social butterfly dan kehidupan bertetangga saya sejauh ini pernah saya tulis di blog ini. Tapi saya memaksakan diri karena saya pikir ini memang harus dilakukan. Saya menenteng sekotak brownies sebagai buah tangan dan naik motor sebelum jam buka puasa. Dan akhirnya berlalu juga 1 hari wajib itu. Perkara si tetangga agak cuek dengan kehadiran saya sore itu tidak menjadi soal. Saya hanya sedang menunaikan kewajiban.

Agenda lainnya adalah Selasa lalu saya datang ke acara buka bersama bekas kantor setelah 4 tahun absen. Woah! 

Perkara lokasi acara bukber yang jauh dari rumah dari tahun ke tahun adalah satu hal. Tidak engage dengan mereka adalah hal lain. Dan sebetulnya itulah alasan terkuatnya.

Tapi tahun ini saya memaksakan diri. Saya ingin muncul setelah sekian lama, soal transportasi pun sudah bisa dicapai dengan kereta. Dan saya pun ingin melihat orang-orang yang bersama saya selama tiga tahun di masa lalu.

Saya sempat maju mundur, dan akhirnya sungguhan maju. Saya membaca mantra untuk menyemangati diri sendiri, "Ayolah, hadapi saja, cukup bertahan beberapa jam."

Pada saat acara berlangsung pun saya lumayan mendorong diri untuk menclok sana-sini, mengajak beberapa orang mengobrol duluan. Not bad. Bahkan saya bisa bilang beberapa orang juga seperti saya yang memaksakan diri untuk melewati "hari wajib" ini. Saya bisa melihat sorot "ingin segera pulang" di beberapa pasang mata. Tidak mengapa. Setelah 5 tahun kehidupan setiap orang berubah dan seringkali, meski dulu lumayan akrab di kantor, sekarang berubah canggung luar biasa. Mau mengakrabkan diri lagi pun rasanya tidak termotivasi, toh kemungkinan kami baru akan bertemu kembali setahun lagi kok.

Woah!

Tidakkah saya hebat sebagai orang dewasa? Saya mampu bertahan dan menghadapi situasi tidak nyaman. Sekarang mari mengumpulkan energi untuk dipakai menghadapi "hari-hari wajib" lainnya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar