Selamat datang di bulan Desember! The Final Show! Ada apa di akhir tahun ini? Rupanya banyak. Seperti gado-gado—siapa sangka begitu banyak rasa di bulan kedua belas tahun ini?
Tulisan yang saya buat akhir-akhir ini di sini adalah bukti bahwa saya sudah sefrustasi itu dengan pekerjaan saya sekarang. Belakangan saya malah merasa boreout, alih-alih burnout. Pun ada hal-hal memuakkan yang saya pikir adalah biang masalah mengapa bekerja di perusahaan ini terasa begitu berat.
Saya sudah merintis jalan kabur sejak akhir September lalu. Hanya saja belum terlalu menggebu; masih menahan harga. Cukup dilema ingin menapak ke jenjang lebih tinggi karena ada satu tugas yang saya belum pede mengakuinya sebagai salah satu skill.
Tapi, awal Desember ini adalah titik balik. Sampai saya menulis tweet bahwa ternyata melewati satu malam monoton adalah sebuah privilege. Malam itu saya baru saja menerima informasi yang membuat wajah saya memanas sampai merah. Sebuah informasi yang membuat hari-hari saya setelahnya menjadi begitu kalut. Saya takut kalau sampai tidak bisa mencari nafkah sendiri. Saya ngeri membayangkan mental saya jatuh karena—seperti yang selalu saya tulis berulang-ulang di sini—saya membangun harga diri dari seberapa tinggi saya berfungsi sebagai manusia dewasa yang kompeten dan bisa diandalkan.
Saya begitu merasa kecewa. Tidak ada alasan jelas tentang mengapa saya bisa diputuskan seperti ini. Tidak ada orang yang bersedia terbuka kepada saya. Sampai kini pun saya hanya bisa menduga-duga dan berasumsi tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Episode selanjutnya adalah saya secara membabi-buta menebar resume. Tentu, tidak ada alasan untuk berleha-leha sekarang. Saya aktifkan semua jalur yang bisa ditempuh. Mengirimi pesan pribadi kepada orang-orang untuk meminta informasi pekerjaan pun saya lakukan. Saya bahkan menghubungi nomor personalia sebuah perusahaan yang sudah menolak saya. Persetan dengan rasa malu! Saya toh menghubungi orang-orang ini dengan cara yang sopan. Lagipula, urusan perut sangatlah penting!
Adegan berikutnya ternyata tak kalah mencengangkan! Di minggu yang sama saya mendapat undangan wawancara, diwawancara via Google Meet, dan mendapat offering letter! Di minggu yang sama ketika kabar buruk itu datang!
Saya ingin menyetel playlist ala-ala Girl Boss atau Bad Bitch Energy karena bisa membalikkan situasi dalam waktu sesingkat itu. Well, saya sudah sempat mengirim wasap ke seorang teman yang isinya begini: they did it first but when I fight back, suddenly I am the bad one? Oh, saya juga mengaku puas dengan situasi the table turns ini di depan kakak saya.
Tapi saya sebetulnya sudah menyadari, hal ini bukanlah apa-apa, hanya pertanda bahwa Ia begitu Pemurah. Hanya membuktikan bahwa Ia selalu mengatur di waktu yang tepat. Oh, bukankah itu yang selalu berputar di kepala saya—bahwa betapa menyenangkannya keluar setelah grab that bonus? It's a perfect time! Can't ask more!
Saya cuma berusaha dan berdoa, dengan cara pas-pasan alias seadanya. Semua ini terjadi karena Ia turun tangan. Karena Ia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Mana mungkin di situasi sulit seperti sekarang, dengan diri ini yang begitu banyak kekurangan dan tidak punya banyak hal untuk ditawarkan, bisa melenggang mulus kalau bukan karena ridho-Nya? Ini sama sekali jauh dari situasi balas dendam atau perlawanan. Ini bukan karena tangan saya.
Dan bukankah begitu juga dengan hal-hal di masa lalu? Betapa Ia mengabulkan bisikan hati kecil saya, betapa Ia memberikan hal-hal yang saya pinta di waktu yang tepat dengan porsi yang cukup, betapa Ia mengatur agar saya cukup dan sekiranya mampu untuk bertahan.
Dari dulu seperti itu. Hanya saja saya sering kufur nikmat.
Duhai Pemilik Langit, Bumi dan Seisinya, aku bersaksi hanya atas izin-Mu lah maka semua ini menjadi nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar