Minggu, 16 Februari 2025

#KaburAjaDulu



Jagat maya sedang viral tagar KaburAjaDulu. Ini adalah bentuk rasa frustasi terhadap negeri sendiri hingga mencuatkan keinginan untuk kabur ke negeri orang. Orang-orang mencari penghidupan layak--hanya sekadar layak, tidak minta berlimpah--yang semakin sulit dijangkau di negeri sendiri.


Prabski dan Fufufafa baru seratus harian tapi sudah banyak bikin masalah. Dengan kakek-kakek tantruman dan bocil kosong, impian menuju Indonesia Cemas lebih masuk akal ketimbang Indonesia Emas. Emas, ndasmu! *Prabski mode on* Jangan-jangan ucapan Prabski bahwa Indonesia bakal bubar tahun 2030 bakal jadi kenyataan?!

Indonesia jadi semrawut kayak gini. Kasus kriminal muncul satu-persatu ke permukaan, tapi parcok belum ada pergerakannya. Gimana bisa ada laut dipagari? Tidakkah ini perbuatan melawan hukum?? Sial, bahkan membayangkan laut dipagari pun sulit diterima nalar.

Lalu ada fitnah parcok terhadap kasus pembunuhan anak SMA. Program Makan Siang Gratis yang berbuntut peraturan efisiensi di Kementerian dan Lembaga negara. Tenaga honorer kehilangan pekerjaan, meanwhile sebuah kementerian melantik stafsus pesulap yang tempo hari marah-marahin bocil yang komplen perihal makan siang (yang tentu saja tidak) gratis. Ahh, tentu saja perihal huru-hara gas melon yang sempat dilarang dijual ke pengecer. 

Komplotan penjahat inkompeten! Trus sudah mengelola negara secara amatir dan cuma mikirin kantong sendiri, si bahlul masih berani mempertanyakan nasionalisme orang-orang yang #KaburAjaDulu ??? Cuih!

Jumat lalu, saya akhirnya mewujudkan niat untuk jalan kaki dari kantor ke stasiun. Lumayan 3 kiloan. Dan sembari melihat-lihat gerobak makanan di pinggir jalan, siapa tau ada yang bikin saya minat, saya seketika merasa miris. Ada bapak-bapak makan nasi bungkus sambil ngedeprok di trotoar jalan. Mungkinkah itu makan pertamanya di hari itu?

Orang-orang hanya tau jualan ketoprak, bakso, pentol, nasi goreng dan pecel lele. Orang-orang hanya tau jualan jepitan anak perempuan dan gunting kuku. Orang-orang hanya punya modal untuk jualan kaos kaki murah. Orang-orang hanya tau menjajakan jasa ojek--mereka seketika berdiri mendekat ke pintu stasiun tiap kali kereta berhenti, berharap ada penumpang.

Perih dan pedih. Mencari penghidupan sudah sesulit ini. 

Muak sekali rasanya tiap kali si bapak itu pidato dan mengulang-ulang jargon bahwa kita adalah bangsa besar. Mendengar orang ini bicara bikin saya merasa sedang berada di tahun 60-an ketika kita belum lama merdeka. Dia pikir ini jaman kapan, biar apa pidato berapi-api seolah sedang membakar semangat rakyat untuk ikut perang??? Dan kemarin, di acara formal yang diliput televisi nasional, dia lagi-lagi nyinyir dan mengumpat "ndasmu!". 

Saya khawatir, sebetulnya para maling ini tau bahwa mereka punya limit. Rakyat cepat atau lambat akan bangkit melawan. Tapi peduli apa? Harta sudah terkumpul lebih dari cukup. Kalau harus turun tahta ya sudah, yang penting uang sudah melimpah. Toh di negara ini tidak punya aturan memiskinkan koruptor. Harta aman. Lihat saja gimana si mantan bapak mertua dan keluarganya tetap bisa melenggang bebas seakan mereka keluarga terhormat padahal bapak mertuanya adalah salah satu koruptor terbesar sepanjang sejarah. Oh, dalam dua dekade setelah lengser saja, keluarganya bisa merangkak lagi ke dunia politik. Masyarakat kita pelupa, konon katanya.

#IndonesiaGelap


*pic from @BudiBukanIntel





Tidak ada komentar:

Posting Komentar