Woah, tiba juga di hari terakhir tantangan 30 hari menulis! Yaaa walau harus saya akui saya sering cheating hihihi. Kadang saya posting masih kosongan baru judul biar pas sesuai tanggal. Mohon maklum, kadang mata nggak bisa diajak kerjasama di detik-detik terakhir saya ngejar nulis 1 postingan.
Sebelum menulis postingan ini saya sempatkan search sebentar tentang ilmu astrologi berikut akurasi keilmiahannya. Bisa nggak sih astrologi, atau sempitnya horoskop, kita percaya dan lantas dijadikan rujukan?
Yes, I do want to be famous. So much. A lot. Really. I really really mean it!
Saya memikirkan beberapa hal serius untuk saya hapus selamanya dari muka bumi seandainya punya kekuatan untuk itu. Monarki, patriarki, keserakahan... seandainya hal-hal ini enyah dari bumi... Tapi mendadak saya dapat ilham! Kalau saya mampu, saya mau menghapus resting bitch face aja dari dunia!
Empat tahun lalu. Menjelang kepala tiga. Saya sedang berkeras mengusahakan sebuah mimpi. Saya terdorong ingin membuktikan diri kepada orang-orang bahwa saya mampu berbuat lebih. Saya bertekad akan meninggalkan mereka sebagaimana Buzz di film Toy Story: melompat dengan gaya.
Cedera paling parah yang pernah saya alami itu terjadi di tahun 2011. Mata saya jamuran sampe dokter spesialis yang saya datangi waktu itu dengan santainya bilang, "nggak jebol aja udah syukur."
Saya mau sedikit cheating kali ini. Saya nggak kepingin menulis surat untuk diri saya yang masih belasan tahun. Cukup sebuah pesan singkat dan kata-kata dorongan. Ini penting. Karena saya berpikir jika hal tersebut terjadi, hidup saya bakal sangat berbeda sekarang.
Gambar ini bukan outfit of the day saya sih. Itu cuma sepatu jualan toko yang saya coba-coba. Hihihi. Bisa loooohhhh saya pake heels setinggi itu....
Ternyata banyak poin di tantangan 30 hari menulis ini yang ngasih kesempatan buat kita mengapresiasi diri sendiri. Saya sih rasanya nggak pernah benci diri sendiri sampai ke level gawat. Tapi di saat yang sama, nggak kepingin kepedean juga dengan cara memuji-muji diri sendiri.
Setelah 3 tahun menjadi outsiders di lingkup kerja sendiri, akhirnya dua tahun ini saya sukses... tetep jadi outsiders. Wkwkwkwk.
Merasa berbeda dan spesial sebetulnya adalah mental yang sangat saya hindari. Malah saya sebel banget sama manusia-manusia yang merasa perlu menyaingi kespesialan martabak dua telor. Pun saya sendiri merasa saya tipe medioker. Sedang-sedang saja kalau kata lagu dangdut sih.
Bagaimana kalau saya ganti dari a moment menjadi moments? Lagi-lagi, semakin bertambah umur, makin sederhana pula hal-hal yang bikin saya berpuas diri. Okay? Here we go!
Untuk diri sendiri? Nggak tertarik, jujur. Lagipula gimana bisa mau ngobat? Lah saya aja baru bisa makan obat bentuk tablet langsung teguk pas udah gede. Wkwkwk.
Megang duit dua puluh juta aja belom pernah, tapi kenapa begitu tau satu juta dolar setara 14 milyar kerasa dikit ya? Wkwkwk. Tapi ayo deh kita berandai-andai seumpama punya duit 14 milyar!
Waw, pas banget sama momen 11.11 besok! Tapi berhubung lagi nggak ada duit lebih, semua barang idaman cuma bisa diangkut ke troli tanpa tahu kapan bisa check out. Hehehe...
Berlawanan dengan keinginan terpendam saya untuk hidup soliter di tengah hutan, saya juga suka banget sama pemandangan deretan gedung tinggi. Tinggal di tengah kota yang kalau melongok ke luar jendela langsung kelihatan gedung pencakar langit... ahh, betapa metropolitannya!
Kalau sebuah pekerjaan bisa dipilih sesuka hati saya kepingin jadi back dancer superstar dunia. Atau idol Kpop juga boleh ☺
Saya beragama Islam sejak lahir, dan insha Allah akan tetap Islam sampai mati. Ilmu agama saya sendiri amat minim. Jadi, alih-alih membicarakan ilmu agama, saya memilih untuk menulis tentang penganutnya di negeri ini.
Saya kutip dari Oxford Languages, pet peeve means something that a particular person finds especially annoying. Jika diartikan ke bahasa Indonesia, pet peeve kurang lebih berati hal-hal kecil yang bikin kita gondok.
Dulu, selepas SMA, saya punya buku catatan. Alih-alih diary, saya lebih suka menyebutkan buku jurnal. Secara rutin dan spesifik saya menulis menu makanan saya di hari itu lantas mengaitkannya dengan suasana hati. Good food, good mood?
Saya orang yang lumayan gampang ilfil sama sesuatu. Tapi kok ya bingung juga mendaftar sepuluh hal yang saya nggak suka. Begitu juga dengan daftar hal-hal yang saya suka. Ini pengalaman baru, terus terang. Jadi, ayo deh kita coba!
Jika pertanyaan ini diajukan, katakanlah setengah tahun yang lalu, jawaban saya bisa sangat berbeda. Tahun 2020 nyatanya menjadi tahun dari banyak langkah pertama dari beberapa hal yang dulunya baru sebatas angan. Yup, di tengah pandemi virus corona, saya mengambil beberapa keputusan besar. Dan karena keputusan-keputusan tersebut, hidup yang saya inginkan sepuluh tahun mendatang menjadi sangat berbeda.
