Sabtu, 21 Juni 2025

Akhirnya Jadi Juga ke Negeri Orang... (SG - KL Part 1)


Setelah bolak-balik cek Traveloka, tanya-tanya ke HR soal cuti bersama, maju-mundur soal tanggal berangkat, akhirnya saya jadi juga ke luar negeri! Woohooo!!! Berangkat di malam Idul Adha tanggal 6 Juni 2025, saya terbang ke Singapura, lalu kembali ke Indonesia dari Kuala Lumpur, Malaysia di tanggal 10 Juni 2025. Dan inilah sepotong ceritanya.

 

Tahun 2019 akhir saya sudah pernah berancang-ancang menghias si paspor ijo dengan stempel imigrasi negara orang. Tiket pulang pergi sudah di tangan. Hotel sudah dipesan. Tapi kemudian Covid datang. Tepat di bulan saya berencana pergi: Maret 2020. Sampai akhirnya paspor pertama saya kadaluarsa, satu negara asing pun tak pernah terkunjungi.

Sampai kemudian di awal tahun ini saya memperpanjang usia paspor. Niatnya pergi pas libur Lebaran kemarin. Tapi karena satu dan lain hal, rencana itu gagal lagi. Di dalam hati bertekad, pokoknya tahun ini si paspor ijo lemah itu harus berguna! 

Negara tujuan saya, sebagaimana mungkin banyak orang Indonesia yang keluar negeri untuk pertama kali, adalah Singapura. Sepanjang yang saya ingat, negara imut-imut ini adalah salah satu negara impian saya untuk disambangi.

Meski tiket belum di tangan, saya mulai mencicil berbagai keperluan. Saya buka rekening di Jenius yang konon kartu debitnya bisa dipakai untuk naik MRT di Singapura. Lalu saya beli colokan adaptor dan bidet portabel. Nyaris aja gagal lagi ketika harga tiket mulai melambung di tanggal yang saya mau. Saya sudah mikir, "yaudahlah, kayaknya nggak bisa sekarang, tiketnya udah mahal gila!"

Dengan tipe pekerjaan yang nggak bisa ditinggal dan belum punya cuti, sebetulnya kesempatan saya untuk pergi memang cuma pas ada tanggal merah. Itulah alasan terbesar saya kenapa lama sekali mengambil keputusan. Iya ada tanggal merah, tapi saya kayaknya mesti tetep bolos satu hari supaya maksimal dan nggak capek banget. Jadi pergi nggak ini???

Karena keragu-raguan hanya melumpuhkan dirimu, maka ketika di malam sebelum hari H gajian di bulan Mei 2025 saya melihat harga tiket pesawat sudah turun, saya langsung kontak bestie untuk transfer saya duit dulu 1 juta. Wkwkwk. Masalahnya saya sudah kuras semua uang saya untuk dijadiin SGD di Jenius. Saya pun nggak tau caranya bayar Traveloka dari aplikasinya pakai SGD.

Tiket ke SG sudah booked, selanjutnya adalah penginapan dan bis dari Singapura ke Kuala Lumpur berikut hotelnya juga. Pesawat balik dari Kuala Lumpur saya pesan paling akhir.

Saya bolak-balik cek di Traveloka dan Agoda. Sempet book hotel rekomendasi temen di Agoda tapi ternyata mesti bayar pakai kartu kredit yang mana saya belum pernah punya. Sudah kirim pesan singkat ke hotelnya untuk pembayaran transfer tapi katanya nggak bisa. Yaudah deh, saya akhirnya pesen hotel di Traveloka yang cara bayarnya sudah sangat familiar. 

Malam sebelum berangkat, saya baru benar-benar packing, dan merasa ngeri sendiri begitu tau dimensi bagasi kabin yang dibolehkan. Waduh! Saya cuma punya tas karil dengan tinggi yang melewati batas aturan! Seketika nyesel kenapa nggak pake bilang ke keluarga kalau mau pergi, lantas minjem koper. Mana udah H-1, gimana coba??? Akhirnya, saya tidur dengan pemikiran "que sera, sera". Kalau memang kelebihan beban bagasi kabin yang cuma 7 kilo itu yaudahlah bayar aja. Mau gimana lagi??? Pokoknya mindset saya begitu aja: kabin lebih, yaudah bayar bagasi, kartu Jenius ternyata nggak bisa buat naik MRT, yaudah beli kartu kereta. Semua bisa asal ada uangnya. What a capitalism world we living!

Hari H, saya berangkat dari rumah jam 2 siang, dengan penerbangan jam 21.50 dari Terminal 2F. Beneran datang ke bandara sedini mungkin. Tapi daripada kelimpungan dan grasa-grusu, yekan? Ini toh pertama kalinya saya naik pesawat ke luar negeri.

Sekitar satu jam sebelum boarding, saya akhirnya ngabarin keluarga via grup WhatsApp. Tadinya sempet mau diem-diem aja nggak pake bilang. Tapi kok ya merasa ngeri juga kalau kenapa-kenapa selama perjalanan. Apa nggak kayak orang bego nantinya jadi kakak-kakak saya? Kok bisa si bontot sekalinya ngabarin malah kek gitu? Huft!

Lanjut Part 2  

 



 

 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar