Kamis, 27 September 2018

Pendapat Pribadi Tentang Film Crazy Rich Asians

source

Semingguan lalu saya nonton film yang lagi ngehits, Crazy Rich Asians, bareng seorang temen di XXI Living World. Nggak terlalu banyak cari info, pokoknya pingin nonton aja. Banyak yang bilang filmnya bagus. Dan setelah nonton, menurut saya film ini...

Oke, mari bicarakan sinopsis singkatnya dulu. Singkat yaaaa... cukup yang singkat! Toh tema filmnya emang sederhana aja. Kurang lebih ini kisah Cinderella, seorang gadis miskin yang jatuh cinta sama pangeran tampan dan kaya raya. Well, tentunya Cinderella modern kita bukanlah gadis miskin naif baik hati tok'~~that's all. Nggak kok! Btw, kisahnya diangkat dari novel berjudul sama karangan Kevin Kwan.

Rachel Chu adalah seorang profesor ekonomi dengan kepribadian terbuka dan ekspresif khas American. Suatu hari pacarnya yang ganteng, Nick Young, mengajaknya ke Timur. Bukan Amerika di sisi timur, tapi benar-benar belahan bumi bagian timur sana alias Asia. Singapura, tepatnya. Negara kecil di Asia Tenggara itu adalah kampung halaman Nick. Sambil menghadiri pernikahan sahabat keduanya, Nick juga kepingin ngenalin Rachel ke keluarga besarnya, terutama ibu dan neneknya.

Rachel yang mengira... "oke, gue pake baju merah deh, kan merah warna keberuntungan orang Tiongkok," ~~ berpikir, "ya udah sih, gue juga berkebangsaan Tiongkok, makanan gue juga masih Chinese food, bakal separah apa sih keluarga Nick?" She has no idea at all. Dipikirnya ya keluarga Nick biasa-biasa aja.


source


Kesadarannya timbul waktu dapet pelayanan first class pas naik pesawat. Dan dijawab santai oleh Nick, "We're (him and his family) comfortable." Rachel langsung dengan tepat menyimpulkan bahwa itulah yang dikatakan super rich people tentang hidup mereka. Dan memang begitulah kenyataannya. Keluarga Young adalah keluarga tajir mampus dengan kerabat dan relasi yang nggak kalah mampus juga tajirnya. Kerjaan rutin crazy rich itu antara lain bikin pesta buat ngerayain merekahnya satu bunga langka dan beli hotel kalau lagi KZL.

Rachel jelas nggak disambut baik di keluarga Young, betapapun charming dan lovable-nya dia. Nggak selevel, jelas. Tapi satu hal yang bikin Eleanor, ibunda Nick, nggak bisa nerima Rachel adalah karena dia orang asing. Berasal dari Amerika, tepatnya. Tempat orang-orang selalu berpikir tentang menggapai impian. Sementara di keluarga Young, seperti dialami Eleanor sendiri, masuk ke keluarganya berarti satu kata: pengorbanan. Artinya... 'elo masuk keluarga kita, ya elo harus siap jadi nyonya rumah, berlaku kayak kita, nggak penting lagi impian elo sendiri, tujuan hidup elo mulai sekarang ya buat semakin memakmurkan keluarga ini.'

Nggak cukup sampai di situ, Rachel juga dihadang cewek-cewek kaya yang merasa lebih pantas untuk Nick. Mereka melabeli Rachel 'gold digger' dan meneror dengan ikan mati. Jadi, apakah Rachel bakal nyerah untuk bersanding dengan Nick dengan segala tetek-bengek 'pengusiran' itu? Apakah menjadi bagian dari keluarga Young sebanding dengan pride yang dibangunnya dengan usaha diri sendiri?


*


Wew, malah jadi panjang! Hehehe. Malah sebenernya cerita di atas masih ditambah kisah perbedaan orang kaya baru sama Old Money, dan anggota keluarga Nick lain dengan problemnya masing-masing. Salah satu yang menonjol adalah Astrid Leong yang digambarkan Nick sebagai cewek sederhana dan bersahaja. Definisi sederhana dari pewaris keluarga Young ini tentu bukan suka makan warteg pinggir jalan dan pertahanin baju yang sama selama 2 dekade selama masih muat. Bukaaaaaannnn! Intinya sih si Astrid ini gambaran "It Girl" gitulah. Cantik, pinter, anggun, kaya, humble. Dan Astrid yang sederhana ini punya masalah dengan suaminya, Michael, yang minder dan akhirnya selingkuh gara-gara selalu dipandang orang sebagai boy toy Astrid semata. Sebagai ucapan perpisahan, Astrid bilang begini~kalimat yang barangkali paling quotable sepanjang film~ke Michael, "Elo sendiri yang nyerah. Dari awal bukan tugas gue buat bikin elo merasa berfungsi sebagai lelaki." 



source


Hemm, hemm, malah jadi makin panjang. LOL. Jadi apa pendapat saya soal film Crazy Rich Asians? 

Saya nggak bakal banyak protes deh soal film ini, walaupun ya, saya mengharapkan film ini, seperti kata orang-orang, banyak adegan lucunya. Segar dan menggelitik gitulah. Kenyataannya sepanjang film saya lempeng-lempeng aja, paling meringis dikit.

Duh, serius deh, buat yang suka nonton drakor, film ini tuh ya biasa aja. Temanya udah banyak dipake sama drakor, terutama yang lawas. Cewek biasa kejatuhan cinta cowok kaya tapi cinta mereka terhalang sang evil mom. Anjay, berserakan cerita beginian mah! Ya emang sih, tema boleh sama, cara penceritaanlah yang menentukan. Saya juga orang yang memahami betul frasa "nothing is new under the sun" kok. Tapi ya itu, potongan-potongan ceritanya pun sungguh biasa. Apa? Buibu glamor yang maksa suaminya beli gedung cuma gara-gara KZL?? Saya pun kesel ngeliatnya, karena yaa udah... terus kenapa? Bukan berarti di kehidupan nyata saya pernah liat adegan begitu dengan mata kepala sendiri. Tapi yaa udah nggak merasa wow aja. Trus kenapa?

Dan jangan sampe gue mulai ngomongin endingnya! Duh, serasa nonton final episode Meteor Garden-nya Jerry Yan!


source

Apa saya tampak nggak mengapresiasi film ini, padahal kan katanya film ini mau memperkenalkan kebudayaan Asia ke seluruh dunia? Sudah begitu pemerannya semua Asia, nggak ngikut tradisi Hollywood yang suka maksa casting orang-orang mereka untuk karakter yang jelas-jelas Asia. Okelah kalau begitu. Walau kalau melihat filmnya lebih banyak memperlihatkan kekayaan bukan kebudayaan. #yakali #judulnyaaja #crazyrichasians

Akhirnya, saya sampai pada kesimpulan bahwa film ini dibuat untuk orang-orang nun jauh di Amerika sana, yang mungkin setiap denger kata "Asia" maka yang terbetik adalah orang-orang dari Asia Timur. Yang mungkin masih akan ternganga dengan kelakuan keluarga Young; bikin gala dinner cuma buat liat bunga mekar, selow markirin helikopter di atas tebing batu, sampai sewa pulau khusus buat parteeeeehhhh. Yang bakal mengernyitkan dahi dengan pemahaman bahwa pernikahan di Asia~umumnya~adalah sebuah ikatan dua keluarga, alih-alih dua orang.

Filmnya bukan buat saya yang orang Asia (dan sudah terpapar tagar #crazyrichsurabayan pula). Not cup of my tea. As simple as that.


source


Note: tapi pingin juga sih baca bukunya, mungkin saya akan lebih terpesona dengan rangkaian kata Kevin Kwan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar