Selasa, 27 November 2018

Chicago dan Searching: Ternyata Bisa Dibikin Begini!



Akhir pekan kemaren saya baru aja nonton dua film yang... wow! Bener-bener membuka wawasan baru! Wah, ternyata ada banyak cara untuk menuangkan sebuah ide. Dua film itu adalah Chicago (2002) dan Searching (2018).


Saya emang lagi rajin nontonin film-film yang judulnya setidaknya nyangkut di otak. Jadilah saya mengunduh beberapa judul film di laptop sendiri begitu dapet akses wifi. Tapi, kita skip aja ya soal gimana saya dapet file download-annya. 

Film Chicago dan Searching sebetulnya mengangkat tema yang biasa aja. Ada banyak plot seperti itu di pasaran. Tapi, seni memang kadang bukan soal ide baru (nothing is new under the sun!), tapi tentang inovasi. Dan nonton dua film di atas bikin saya kagum tentang cara lain mengemas sebuah film.

Chicago bercerita tentang Roxie Hurt yang kepingin jadi artis panggung, tapi malah berujung jadi narapidana karena tuduhan pembunuhan. Mr. Flynn, pengacaranya, kemudian membuat drama di media untuk memainkan emosi publik, yang diharapkan akan jatuh simpati kepada Roxie. Ujung-ujungnya, opini publik akan mempengaruhi putusan hakim terhadap Roxie. 


Salah Satu Adegan Paling Menarik


Kalau kata lagu Indonesia, dunia ini adalah panggung sandiwara. Kata film Chicago, semua kejadian di Kota Chicago adalah komoditi hiburan. Ini semua tentang dunia hiburan. Showbiz! Sepanjang film kita akan disuguhkan nyanyian dan tarian yang menegaskan bahwa ya, dunia ini tak lebih dari sebuah panggung. Dan biarpun kejadian di dunia nyata digabung tumpang-tindih dengan nyanyian, kita nggak perlu khawatir bakalan bingung. Semua clear di film ini. Dan jangan protes kalau ada kesan berlebihan di film ini, terutama soal ekspresi para pemainnya. Karena seolah-olah drama panggung dipindahin ke layar lebar. Pokoknya film ini menghibur dan inovatif!


Ada Apa Dengan Margot Kim?


Lalu ada film Searching yang dapat pujian di mana-mana. Film ini pun mengusung plot yang biasa aja sebenarnya. Ini tentang seorang ayah yang sedang menyelidiki kasus putrinya yang hilang misterius. Lalu, apakah ini cuma an another film penculikan? Sama sekali nggak! Dari tampilannya pun udah beda. Sepanjang film kita seolah-olah sedang memandang layar komputer, berselancar ke dunia maya, mengulik-ulik jejak digital Margot Kim untuk menelusuri keberadaannya. Keren! Sebuah cara lain mengemas film thriller!

Bisa kebetulan banget berturut-turut nonton film yang berformat beda. Mind blowing! 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar