Rabu, 29 Januari 2020

Bad Boys For Life: That Should Be Classic?



Sejak tahun lalu, melalui postingan acak di menu explore Instagram, saya sudah tau kalau film Bad Boys bakalan dibikinin film ketiganya. Will Smith dan Martin Lawrence bersatu lagi di salah satu film favorit saya, wohoooeee! Dan Kamis lalu akhirnya saya berkesampatan nonton. So, ini dia kesan saya setelah nonton filmnya.



Sinopsis Singkat

Setelah 17 tahun berlalu, Mike (Will Smith) dan Marcus (Martin Lawrence) punya rencana berbeda tentang masa depan mereka. Sementara Mike masih menjadi dirinya yang sama alias action junkie dan keukeuh dengan karirnya sebagai polisi divisi narkotika, Marcus sudah bulat dengan keputusan pensiun. Iya, wacana yang di dua film sebelumnya cuman jadi sebatas wacana, akhirnya terealisasi; Marcus mantap dengan pilihan untuk full goleran di rumah. Apalagi sekarang dia udah resmi jadi kakek dari buah cinta Meghan dan Reggie. Hihihi, iya akhirnya kisah cinta Meghan dan Reggie berlanjut sampe pelaminan. Ancaman Mike dan Marcus sewaktu mau ngejemput Meghan first date ternyata nggak berhasil.





Pada satu malam, seorang pengendara motor tiba-tiba menembak Mike. Marcus lantas bersumpah untuk sepenuhnya meninggalkan dunia keras kepolisian asal Mike bisa sadar dari koma. Enam bulan kemudian Mike sadar dan cukup pulih. Ia lantas meminta Kapten Howard (Joe Pantoliano) untuk menugasinya untuk mengusut kasus penembakannya tersebut. Kapten Howard menolak, dan berkata bahwa kasus penembakan Mike sudah ditangani Advanced Miami Metro Operations (AMMO) pimpinan Rita (Paola Nonez) yang ternyata adalah mantan pacar Mike. Mike hanya diperbolehkan jadi sebatas konsultan.

Bukan Mike namanya kalau bisa duduk manis, ngebiarin kasus yang hampir membunuhnya ditangani orang lain. Apalagi bagi Mike, AMMO kelewat berhati-hati dan prosedural. Jelas bukan gaya seorang Mike Lowrey. Ia akhirnya mencari informan sendiri dengan gaya lamanya. Kasus penembakan Mike sendiri mulai ditemukan polanya, karena kasus serupa juga terjadi pada sejumlah orang penting di bidang hukum dalam waktu berdekatan. Informasi yang ditemukan Mike kemudian mengerucut pada satu nama perempuan yang berhubungan dengan masa lalu Mike. Untuk menuntaskan kasus sekaligus menjawab keingintahuannya, Mike mengajak Marcus untuk beraksi sekali lagi ke Meksiko. Apakah akhirnya Marcus bersedia 'turun gunung' dan mempertaruhkan nyawanya sekali lagi demi sahabat sejatinya Mike Lowrey?


Aksi Komedi

Film genre aksi dengan selipan komedi macam Bad Boys selalu jadi favorit saya. Setidaknya, dulu. Abis gimana, sepanjang pengetahuan saya, film dengan banyak ledakan di sana-sini, ocehan bawel nan songong para pemainnya, udah nggak banyak diproduksi Hollywood. Sebagai penggemar berat film Trilogi Jason Bourne, saya mau cocoklogi kalau ini dampak dari plot film Bourne. Liat aja film James Bond ~~ berubah total sejak Casino Royale yang dirilis setelah kemunculan Bourne. Penonton seakan udah nggak puas lagi disuguhi film bang-bang boom-boom. Penonton sekarang maunya film aksi yang realistis, yang bisa kita bayangkan untuk mungkin saja kejadian di dunia nyata.

Bisa diterima nggak sih cocoklogi saya?

Bisa dong harusnya ya. Hehehe. Kalau Bourne nggak ngasih dampak, terus gimana penjelasannya Bad Boys sampe butuh waktu 17 tahun untuk melempar sekuel keduanya? Denger-denger sih, mengacu kesuksesan film Bad Boys For Life, seri keempatnya udah deal bakal dibuat. Apakah ini pertanda kebangkitan genre aksi komedi? Apakah Bad Boys bakal jadi franchise tak berkesudahan kayak Fast & Furious?


Will Smith & Martin Lawrence

Walaupun Will Smith ganteng mempesona dari dulu sampe sekarang, saya dari dulu malah lebih ngefans sama Martin Lawrence loh. Soalnya saya juga suka sama film Martin yang judulnya Blue Streak. Dulu nontonnya berulang-ulang di Trans TV (atau Global TV? Mbuh!).

Tapi sori banget, ini pendapat pribadi, kok saya ngerasa akting Martin di film ketiga ini rada kaku ya? Kurang smooth. Apalagi dialog panjangnya dengan Mike di bar sebelum insiden penembakan. Kalau saya liat di Wikipedia sih Martin emang nggak begitu aktif main film beberapa tahun terakhir ini. Pengaruh dari situ juga, kah? 




Nah, kalau Will Smith sih jelas masih sangat aktif di dunia film. Terakhir kali saya nonton akting Will di film Aladdin tahun lalu. 

BTW, sehubungan dengan usia Will dan Martin yang udah nggak muda lagi, jangan berharap mereka bakal selincah. Cukuplah kita disuguhi chemistry keduanya yang masih solid. Apalagi kalau udah saling bacot.


Klasik

Film genre komedi aksi kayak begini sebetulnya sederhana aja. Formulanya dari satu film dan film lainnya nggak beda jauh. Pokoknya ini tentang si baik yang berusaha menangkap si jahat. Tapi si baik di sini dipoles supaya nggak baik-baik amat. Mereka berpihak pada kebenaran, iya, tapi biasanya karakternya dibikin bandel dan pembangkang. Atau bisa juga awalnya si protagonis mengolok-olok institusi hukum itu sendiri. Maka dari itu kita disuguhi adegan-adegan songong sok jago mereka karena, selain ingin menegakkan keadilan, mereka juga pada dasarnya pecinta aksi. Coba liat karakter Vin Diesel di film XXX dan Colin Farrell di film S.W.A.T.

Sebelum ke bioskop Kamis lalu, saya nyempetin nonton dua film pendahulunya. Dan persepsi saya masih sama; sejadul atau seketebak (?) apapun plotnya, saya tetep suka. Semodern apapun dunia sekarang, alur dan genre klasik bukannya nggak bisa dinikmatin lagi.

Dan itu yang saya kira nggak dapet di film ketiga ini. Kayak... nanggung. Kayak... dilema. Antara klasik atau menyesuaikan jaman. Dan saya mikirnya, harusnya tetep ngambil pendekatan klasik aja. Walau ya, saya tau filmnya nggak mungkin plek-tuplek kayak dulu. Nggak bisa sekarang tuh lucu-lucuan pake jokes bernada rasis seperti yang enteng keluar dari mulut Mike dan Marcus dulu. Atau bikin adegan (walau tetep ada dikit) ngegencet saksi secara brutal. Kapten Howard juga kayak dibikin-bikin banget alasannya buat marah-marah. Entah deh ya, ada aja adegan atau karakter yang nggak smooth. Mungkin pengaruh sutradaranya beda juga kali ya. Atau ini emang saya aja yang sotoy? Hehehhe.

Tapi yah, buat fans lama kayak saya, tetep lah kehadiran Mike dan Marcus dengan segala adu mulut mereka, bikin nostalgia lagi. Ayo, nonton!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar