Selasa, 19 Mei 2020

The New Normal



Siapa sangka dunia jadi begini? Siapa sangka sebuah peradaban modern, di mana kita bahkan tak tahu benda canggih apa lagi yang belum diciptakan, bisa porak-poranda seperti sekarang? Kita menghadapi musuh yang tak kasatmata. Barangkali perang dengan senjata lebih mudah dihadapi.


Tanggal 02 Maret 2020, Indonesia melalui Presiden Jokowi secara mengumumkan dua kasus positif virus corona pertama di Indonesia. Pengumuman ini langsung bikin heboh satu Indonesia. Masih bisa diperdebatkan kebenarannya karena kemudian di media sosial muncul foto dan video yang memperlihatkan panic buying di sejumlah supermarket. Ada yang menyanggah kejadian itu adalah dampak dari pengumuman resmi pemerintah karena toh sudah jadi kebiasaan masyarakat untuk berbelanja bulanan dalam porsi besar setiap akhir dan awal-awal bulan.

Timeline memalukan dari penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia bisa dilihat di bawah ini:


sumber tertera


Menyikapi status bencana nasional yang ditetapkan Presiden, kantor saya kemudian menetapkan jadwal baru untuk para karyawan. Saat itu para staf dibagi menjadi dua kelompok. Setiap harinya diatur bergantian masuk antara Kelompok A dan Kelompok B. Artinya separo bekerja di kantor, sementara separo lagi bekerja di rumah. Jam kantor pun diperpendek. Kebijakan kantor membolehkan karyawan langsung pulang begitu urusan di kantor sudah beres.

Infografik yang menyertakan kasus pertama di dunia bisa dilihat dari gambar di bawah ini:


sumber

Seperti yang kita tahu Indonesia tidak pernah menerapkan lockdown atau dalam UU disebut karantina wilayah. FYI, status karantina wilayah mengharuskan pemerintah menanggung kebutuhan pokok SELURUH masyarakat berikut makanan untuk hewan ternak. Alih-alih karantina wilayah, pemerintah membuat Peraturan Menteri Kesehatan tentang PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dengan sejumlah aturan. Mekanismenya para pemimpin daerah mengajukan surat untuk melakukan PSBB di wilayahnya, yang kemudian akan dikaji lalu disetujui Menteri Kesehatan.


sumber

Jakarta, sebagai episentrum penyebaran virus, menjadi wilayah pertama yang menerapkan PSBB. Tangerang menyusul kemudian.

Merespon status PSBB, kantor saya yang berada di wilayah Kota Tangerang me-WFH-kan sebagian besar karyawannya selama satu minggu penuh mulai 20 sampai 24 April 2020. Cuma ada 1 orang yang stand by di kantor setiap harinya. Saya sendiri kebagian yang karatan di rumah work from home.

Sampai hari ini PSBB di sejumlah wilayah masih berlangsung dan diperpanjang. Tapi kita tahu yang paling lemah di negara ini adalah implementasi peraturan. Belum lagi blunder pemerintah yang terjadi berulang-ulang. Pakar bahasa di Indonesia lebih baik lempar handuk saja, dan serahkan pekerjaan mendefinisikan kata kepada para pejabat. Mereka LEBIH ahli.


sumber

Sampai hari ini kita masih kebingungan sebetulnya boleh atau tidak balik ke kampung? Per tanggal 24 April 2020 angkutan mudik dilarang beroperasi, tapi coba lihat berita per 06 Mei 2020 di mana Menhub izinkan lagi angkutan mudik beroperasi. Ini tuh bukan RELAKSASI, inti dari izin beroperasi kembali ini adalah pEnJaBArAn.

HADEEEEEEEEEHHHHHHH!!!!

Seakan belum cukup ajaib dengan tumpang-tindih dan kacaunya koordinasi para pembantu presiden, kartu prakerja dirilis. Oh iya, tentu, rencana ini kan sudah lama diwacanakan ya, Pak? Nggak bisa dong gara-gara corona jadi diundur rilis. Justru ini adalah realisasi janji kampanye tahun lalu. CEO Ruang Guru yang sekaligus Staff Khusus 'milenial' Adamas Belva Syah Devara resmi mengundurkan diri dari jabatan stafsus per tanggal 21 April 2020. FYI, ruang guru adalah salah satu platform yang menjadi mitra pelatihan Kartu Prakerja, dan Belva disorot dengan anggapan rentan konflik kepentingan. Sebagai informasi lagi, penunjukkan mitra bersifat langsung, alih-alih lelang.

NGELAWAK AJA LU SEMUA!

Stafsus milenial lain yang mengundurkan diri karena tersandung konflik kepentingan adalah Andi Taufan Garuda Putra. Saya kutip dari laman Kompas.com, polemik itu muncul setelah dia menyurati para camat dan menitipkan perusahaannya dalam penanggulangan virus corona Covid-19. Empat blunder dari stafsus presiden baik yang berhubungan dengan corona maupun tidak, bisa lihat di berita ini.

Berita-berita lain yang sempat bikin heboh media sosial sejak pandemi antara lain pengesahan UU Minerba oleh DPR, konten prank sampah seorang Youtuber, surat keterangan bebas Covid-19 yang dijual online, drama kenaikan BPJS yang sebelumnya dibatalkan MA, influencer yang meremehkan corona, konser virtual corona yang digelar MPR-BNPB-BPIP yang dihujat habis-habisan, Bandara Soeta yang penuh penumpang, dan mal yang diserbu warga jelang lebaran.
Polemik itu muncul setelah dia menyurati para camat untuk menitipkan perusahaannya dalam penanggulangan virus corona Covid-19.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Pernyataan Lengkap Andi Taufan Mundur dari Jabatan Stafsus Presiden", https://nasional.kompas.com/read/2020/04/24/15195581/ini-pernyataan-lengkap-andi-taufan-mundur-dari-jabatan-stafsus-presiden.
Penulis : Ihsanuddin
Editor : Kristian Erdianto
Polemik itu muncul setelah dia menyurati para camat untuk menitipkan perusahaannya dalam penanggulangan virus corona Covid-19.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Pernyataan Lengkap Andi Taufan Mundur dari Jabatan Stafsus Presiden", https://nasional.kompas.com/read/2020/04/24/15195581/ini-pernyataan-lengkap-andi-taufan-mundur-dari-jabatan-stafsus-presiden.
Penulis : Ihsanuddin
Editor : Kristian Erdianto


sumber tertera


Adamas Belva Syah Devara resmi mengundurkan diri dari staf khusus 'milenial' Presiden Joko Widodo, Selasa sore, 21 April 2020.

Baca selengkapnya di artikel "Kartu Prakerja: Keganjilan Seleksi Platform Digital Bermodal Asing", https://tirto.id/eQbX
Gambar di atas adalah grafik kasus positif corona di Indonesia update 19 Mei 2020. Kurvanya masih naik-naik ke puncak gunung, bikin kita nggak tau apakah kita sudah masuk ke puncak pandemi sebelum nantinya landai, kemudian masuk ke gelombang ke dua. Lucunya, dengan kurva yang masih terus naik sudah ada wacana berdamai dengan corona. Publik mengartikannya sebagai sinyal menerapkan herd immunity.

Asumsi bahwa pemerintah memberi sinyal ke arah sana bukannya tanpa dasar di antaranya peraturan warga yang berusia di bawah 45 tahun diminta untuk masuk kantor lagi dan kajian awal pemulihan ekonomi yang akan dilakukan secara bertahap. Jokowi tentu membantah bahwa belum ada pelonggaran PSBB.

Saya masih takut diciduk pake UU ITE, masih takut ketarik pasal-pasal yang bisa dibikin melar ke sana kemari. Karena sebetulnya saya gondok luar biasa sama pemerintah yang plintat-plintut. Kosakata makian bersileweran di kepala setiap kali baca berita inkosistensi kebijakan di negeri ini. Kata sebuah cuitan, di negara lain pemerintahnya pusing mikirin rakyatnya, lah di Indonesia rakyat yang pusing mikirin pemerintahnya.

Bayangkan, sudah hampir 3 bulan sejak kasus positif pertama diumumkan belum ada hasil signifikan. Kurva masih terus naik. PSBB? Hah! Mana mungkin mengharap hasil maksimal dari kebijakan serba nanggung???

To be fair, saya pikir PSBB sudah ideal dilakukan di Indonesia. Pemerintah kita toh memang nggak punya duit buat nanggung kebutuhan pokok rakyatnya, atau sebetulnya ada cuma berat aja ngeluarinnya. Tarik-menarik antara mana yang harus diselamatkan lebih dulu, antara kesehatan atau ekonomi, memang isunya sudah bergulir sejak awal. Tapi, hei, kenapa masalah ekonomi dan kesehatan harus didikotomi? Dua hal tersebut tidak seharusnya jadi polemik apalagi sampai dipertentangkan. Toh kita mau memaksimalkan penanganan Covid-19 supaya ekonomi bisa segera jalan lagi.



Kembali ke soal PSBB, lagi-lagi negara kita lemah secara implementasi. TRANSPORTASI UMUM SEBETULNYA DIBATASI APA NGGAK WOIII???!!! 

"Kamu boleh bepergian, asal bawa surat A, bebas dari penyakit B, bla-bla-bla..."

Halah. Kalau dilarang ya dilarang aja yang tegas. Diperbolehkan dengan syarat A, B, C, D itu rentan memunculkan celah. Kayak kagak tau aje mental rakyatnya cem mana! Sini, Pak, saya kasih sedikit bocoran, orang-orang pada berani tumpah ruah di pasar, mal, bandara, dan di mana-mana itu karena tahu nggak bakal dikenai sanksi apa-apa!

Trus mana tes massal? Tracing? Isolasi? *insert meme walaupun PSBB seribu tahun kalau masih tolol apa gunanya*

Tuh kan saya mencak-mencak...

Lebaran kurang dari seminggu lagi. Kita sudah sama-sama menjalankan bulan Ramadhan yang lain dari yang biasa. Semuanya serba #diRumahAja. Dan Ramadhan kali ini sungguh menguras emosi. Jadi ini siapa yang becus nanganin pandemi ini? Bisa-bisanya minta berdamai sama corona ketika usaha yang dikerahkan belum maksimal! Segala kekacauan yang terjadi inilah yang kemudian memunculkan tagar #Indonesiaterserah.



Astaghfirullah. Pingin nangis, jadi ini gimana sebetulnya? Kita mau dibawa kemana? After all this hard times, we suffer for nothing? 

Gila, dari awal ternyata kita emang disuruh selamatin diri masing-masing. Hmm, itu pun sebetulnya fair kalau aja nggak ada potensi untuk ketularan dari orang-orang yang bandel.

Ya, betul, saya tahu, narasi 'kembali ke kehidupan normal' itu nyaris utopis. Vaksin masih jauh, entah sekarang perkembangannya sampai mana. Mau tak mau kita harus membiasakan diri hidup berdampingan dengan corona yang masih merebak. Kita harus disiplin cuci tangan, pakai masker dan tetap menerapkan social distancing. Inilah hidup normal versi terbaru. Setidaknya sampai vaksin tersedia massal, jangan ngimpi sesegera mungkin mau berenang di kolam umum, hangout ramai-ramai di kafe, nonton film di bioskop, potong rambut di salon atau jejingkrakan di konser musik. Kita tentu harus membuka akses untuk hal-hal vital dulu seperti sekolah dan kantor pelayanan pemerintah. Ugh, ini menyedihkan sebetulnya. Buat yang bekerja di kolam umum, kafe, bioskop, salon dan EO konser musik, hal-hal itulah yang sesungguhnya vital bagi kehidupan mereka.

Entahlah. Saya seperti kamu: frustasi.

#indonesiaterserah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar