Kamis, 27 Agustus 2020

Aku Ingin Mendengar Apa yang Kau Pikirkan


Kita hidup di dunia yang sangat berisik. Semua orang bicara. Semua orang berebut bicara. Lalu siapa yang mendengar?


"Aku ingin mendengar apa yang kau pikirkan."

Saya membaca kalimat ini dari sebuah jawaban di Quora yang merespon pertanyaan kiat menjaga hubungan. And that hits me hard!

Tidakkah kalimat tersebut terdengar hangat? Terdengar sangat peduli? Terdengar sangat penuh kasih?

Ini problem menahun. Mula-mula menciukan hati, tapi lama-kelamaan saya berusaha tidak peduli. Karena sudah terlalu sering disela dan dipotong. Dari ceracauan ringan sampai keluhan yang membebani pikiran. Bukan hanya teman, bahkan saudara kandung dan orang tua. Tidak ada artinya bicara namun tidak tuntas. Sia-sia. Karena itu saya semakin memilih untuk tidak bicara sama sekali dari awal. Untuk apa? Untuk mengemis kepedulian orang lain?

Kita hidup di dunia yang sangat berisik. Entah siapa yang mau mendengar. Bahkan ketika kau berusaha mendengarkan orang lain, menyimak dan merespon dengan kata-kata sesuai, tidak berarti kau akan menerima timbal balik dan didengarkan dengan niat dan kepedulian yang sama ketika giliran dirimu yang bercerita.

Jadi, sekarang kau tahu, kan, mengapa ada bisnis cuddle buddy? Atau sewa teman hang out yang jamak dilakukan di Jepang? Jangan menghakimi. Dunia kita memang sudah sedingin itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar