Selasa, 13 September 2022

Apa yang Membuatmu Menangis Hari Ini?



Harapan. Bahwa saya jungkir balik berikhtiar demi mewujudkan sebuah harapan. Demi hidup yang lebih baik, tidak, demi penghasilan bulanan yang lebih banyak. Juga karena situasi kantor yang semakin tak tertahankan. Saya dituduh mengadu domba orang. Sejujurnya saya tidak tahu lagi apa yang dibutuhkan untuk menjadi karyawan yang layak. Integritas? Tidak cukup.


Bahwa di pertengahan usia 30, saya masih bergelut mencari pekerjaan baru, ketika di usia yang sama manusia lainnya sudah dalam posisi stabil, atau bahkan menduduki jabatan tinggi. Saya mendadak down ketika menyadari otak saya tidak seprima dulu, katakanlah, 5 atau 7 tahun lalu. Saya tidak yakin apakah saya sudah mengusahakan yang terbaik di tes IQ untuk keperluan seleksi perusahaan baru ini.

 

Dan teman yang lebih banyak membicarakan dirinya sendiri. She tends to make everything about her.

 

Lalu tentang lelaki yang merupakan mahkluk visual. Saya akan mendengus keras-keras di depan lelaki manapun yang mengaku cantik itu nomor dua. My ass! Saya sudah meneliti baik-baik biodata yang saya berikan dan, harusnya, terlihat normal-normal saja. Jadi apa yang membuat mereka tidak datang lagi? Saya tidak bisa memikirkan hal lain kecuali foto yang saya lampirkan. Saya jelek dalam pandangan mereka.

Pun saya tidak cantik dalam pandangan sendiri. Saat saya melihat sisi samping wajah saya sendiri di tampilan kamera Zoom, saya sudah sadar betapa "kasar"-nya lekukan wajah saya. Samar-samar saya mengingat seorang lelaki teman kuliah pernah membuat lelucon tentang wajah saya yang buruk rupa, apalagi ketika ditambahkan tangkai kacamata. Huft!

Saya sering mengira bahwa super power saya adalah kemampuan menjadi tegar kembali setelah menangisi penderitaan hidup habis-habisan. Tapi, sesekali saya berpikir, tidak bisakah saya menjadi tegar kembali karena harapan saya menjadi kenyataan?

Sabtu lalu teman lainnya bercerita bahwa ia mendapat berkah untuk sesuatu yang sebetulnya hanya ia ucapkan dalam hati. Mengikuti jejaknya, seharusnya saya mulai banyak-banyak berhusnuzon kepada-Nya, dan bukannya berlarut-larut menjadi pribadi bitter seperti ini.



*pic from @MentalHealerid



Tidak ada komentar:

Posting Komentar