Sabtu, 17 Desember 2022

Review Drama Jepang: FIRST LOVE (2022)


Kembali ke "kodrat" buat nonton serial pendek-pendek, kali ini saya nonton dorama Jepang kepunyaan Netflix yang rilis 24 November 2022 lalu. First Love cuma punya 9 episode saja! Dorama ini terinspirasi dari dua lagu fenomenal superstar Jepang, Utada Hikaru, yaitu First Love dan Hatsukoi. Tentang apa drama romens ini?


Sinopsis Singkat

Harumichi Namiki (Takeru Satoh) terus mencari keberadaan cinta pertamanya, Yae Noguchi (Hikari Mitsushima). Keduanya pertama kali bertemu pada tahun 1990-an, tumbuh bersama di awal tahun 2000-an, lalu terpisah oleh sebuah takdir buruk. Meski sudah mencoba move on, Harumichi menemukan dirinya tidak mampu beranjak kemana-mana.

Yae yang dulunya bercita-cita menjadi pramugari, kini adalah seorang sopir taksi. Ia menjalani kehidupan yang keras semenjak memutuskan bercerai. Ketika kembali bertemu dengan Harumichi, ia sama sekali tidak ingat dengan lelaki itu. Namun, sejak pertemuan kembali itu bayangan Harumichi sering terlintas di benaknya.

 


 

Utada Hikaru

Satu fakta tentang saya adalah bahwa saya cenderung gampang menghapal lirik lagu. Pun hapalnya bisa sampai bertahun-tahun. Lagu First Love adalah salah satu contohnya. Saya masih hapal kata per kata semenjak denger lagunya pertama kali di tahun 2000-an. Dan sepertinya lagu ini memang booming banget di Jepang sana. Lewat dua dekade lebih masih relevan sebagai muse sebuah drama romens.


Kisah yang Tak Kunjung Usai

Kalau ditilik premisnya, dorama satu ini sebetulnya biasa aja. Kisah cinta pertama yang tak kunjung usai sudah diceritakan berulang-ulang. Sudah begitu pake plot amnesia yang yahhh... so cliche. Tapi, detil-detil--atau saya sebut serat-serat--dalam dorama ini yang membuatnya tetap ngena.  Saya sendiri mulanya mengira ini akan jadi seperti Ada Apa Dengan Cinta? 2 di mana dua sejoli asyik bernostalgia. Atau mungkin seperti drakor Winter Sonata yang dramatis.

 

Taisei Kido dan Rikako Yagi sebagai Harumichi dan Yae muda

 

Setelah ditonton malah lebih kayak sebuah cerita perjalanan getir hidup manusia. Kenangan masa remaja Yae dan Harumichi juga kayak bukan diniatkan penuh bunga dan gula selayaknya film bertema sejenis. Kayak masih dalam penggambaran wajar aja gitu. Kencan-kencan mereka juga ya normal-normal aja. 

 


 

Di masa sekarang keduanya seperti penampakan manusia-manusia dewasa yang kenyang menelan kekecewaan. Makanya saya bilang doramanya malah lebih kayak tentang struggle hidup manusia. Yae cuma kepingin bekerja dan menghabiskan waktu sebanyak mungkin dengan putranya yang beranjak ABG, Tsuzuru (Towa Araki). Sedangkan Harumichi terombang-ambing antara move on atau tetap mencari cinta pertamanya.

Ah, ngomong-ngomong soal Harumichi dewasa alias Takeru Satoh, ada yang bilang doi mainnya setengah-setengah di dorama ini. Saya sendiri nggak punya pembanding karena ini kali pertama melihat akting Takeru. Tapi saya bisa bilang saya justru dapet feel manusia yang tertahan di masa lalu dari penampilan Takeru di sini. Ngeliat ekspresinya tuh kayak orang yang hatinya beraaattt banget. Plus, asli sih, dari sisi penampilan, doi tuh tipe saya banget. Ganteng yang masih manusiawi gitu. Wkwkwk.

 

Galau amat sih, Bang?



Alur dan Ending

Alur First Love dibuat maju mundur tapi terstruktur dengan rapi. Serat-serat ceritanya dibuat tipis dan mengalir. Saya suka bagaimana penggambaran Yae dewasa yang tiba-tiba sering kepikiran Harumichi hanya dengan dialog kasual dengan seorang rekan kerjanya. Seolah perasaan lamanya merayap diam-diam ke dalam dirinya. Nggak ada penggambaran dramatis seolah lagi kasmaran. Tapi mungkin boleh juga kalau seandainya ada adegan Yae termenung sendirian sambil memikirkan Harumichi.

 

Seandainya ditakdirkan tidak pernah saling mengenal...

 

Sedangkan untuk ending, saya baru ngeh kalau dibuat seperti itu untuk menguatkan ide tentang takdir. Tapi gimana ya, saya sudah kadung suka sama dorama romens yang saya tonton sejauh ini. Sejolinya tuh menamai hubungan mereka atas keputusan bersama setelah ngobrol dari hati ke hati, alih-alih dengan kemunculan yang dramatis.  


Recommended?

Nonton First Love tuh mengingatkan saya sama film Vietnam, Dreamy Eyes. Ide ceritanya biasa dan cenderung pasaran, tapi nuansa melankolis dramanya tetep nyampe ke hati sampe saya nangis-nangis jelek. Untuk alasan itu, tentu, First Love sangat direkomendasikan!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar