Minggu, 11 Desember 2022

Review Serial Spanyol: MONEY HEIST (2017 - 2021)



Rekor baru untuk saya yang selama ini hobi nonton serial berepisode sedikit. Kali ini saya nonton serial Spanyol fenomenal, Money Heist, atau dalam bahasa aslinya berjudul La Casa de Papel. Nggak tanggung-tanggung, ada 48 episode yang dibagi ke dalam 5 bagian. Kurang lebih semuanya saya rampungkan dalam kurun waktu 4 minggu. Dan inilah ulasan dan kesan-kesannya.


Sinopsis Singkat

Seorang pria misterius yang memperkenalkan dirinya dengan nama Profesor (Alvaro Morte) merekrut delapan orang dengan latar belakang dan keahlian berbeda-beda untuk melancarkan rencana ambisius; memasuki gedung percetakan uang dan melarikan diri dengan membawa ratusan milyar euro. Dalam rencana yang disusun bertahun-tahun tersebut, Profesor dengan teliti dan jeli telah mengantisipasi setiap kemungkinan yang bisa saja terjadi, baik dari sisi sandera, polisi, maupun dari anggota geng sendiri.

 

Sang otak perampokan

 

Beberapa tahun kemudian, dalam masa melarikan diri keluar Eropa, geng perampok berkumpul lagi dalam misi membebaskan seorang anggota geng yang berhasil diciduk polisi. Sesuai dengan keahlian tim, misi penyelamatan ini didahului dengan misi perampokan. Kali ini geng perampok mengincar Bank Spanyol yang didalamnya menyimpan 90 ton emas.

 

Karakter

Demi keberhasilan rencana perampokan, Profesor menetapkan sejumlah peraturan bagi para anggota rekrutannya. Peraturan pertama yang paling mendasar adalah dilarang memiliki hubungan pribadi antar anggota, dan bahkan sekedar menanyakan nama asli pun tidak diperbolehkan. Untuk itu masing-masing anggota memilih nama kota sebagai identitas diri. 

 


Ki-ka: Denver, Rio, Naironi, Tokio, Berlin, Moscow, Helsinki, Oslo


Anggota pertama yang direkrut oleh Profesor sekaligus narator dalam cerita adalah Tokyo/Tokio (Ursula Corbero), seorang pelarian yang dicari-cari polisi karena kasus perampokan. Tokio adalah perempuan impulsif meledak-ledak dan bereaksi sesuai apa yang dirasakannya. Meski dilarang, ia menjalin cinta dengan Rio (Miguel Herran), hacker yang usianya lebih muda 12 tahun.

Anggota lainnya adalah Berlin (Pedro Alonso), seorang narsistik yang bertugas memimpin operasi perampokan di lapangan. Cara Berlin memimpin sering mendapat pertentangan dari Nairobi (Alba Flores), yang menganggapnya seksis. Nairobi sendiri mantan pengedar narkoba dengan keahlian memalsukan barang. Sebagai individu, Nairobi bermental layaknya seorang manajer.

Untuk tugas teknis yaitu menggali terowongan sebagai jalan untuk kabur diserahkan kepada mantan penambang ilegal yang bolak-balik masuk penjara, Moscow (Paco Tous), yang membawa serta anak lelakinya, Denver (Jaime Lorente). Sedangkan sebagai penjaga ada duo sepupu, Helsinki (Darko Peric) dan Oslo (Roberto Garcia Ruiz).


Para sandera

Dari sisi sandera yang diperbantukan dalam misi perampokan dan paling banyak disorot adalah Alison Parker (Maria Pedraza), seorang anak diplomat Inggris yang menjadi sandera kunci. Kemudian ada Monica Gaztambide (Esther Acebo), sekretaris sekaligus selingkuhan direktur gedung percetakan uang, Arturo Roman (Enrique Arce). Di bagian ketiga, Monica yang jatuh cinta pada Denver kemudian ikut bergabung dengan geng perampok dengan kode Stockholm. Nama Stockholm sendiri selain merujuk pada sebuah kota di Swedia, juga bisa berarti sebuah sindrom di mana sandera merasa jatuh cinta kepada penculiknya.


Kepolisian

Dari pihak kepolisian ada Raquel Murillo (Itziar Ituno), inspektur yang memimpin operasi penanganan perampokan. Ia adalah seorang penyintas KDRT yang kemudian menjalin hubungan dengan Profesor hingga akhirnya bergabung dalam geng perampok dengan nama Lisbon. Di samping Raquel ada sahabatnya yang setia dan diam-diam memendam rasa, Angel (Fernando Soto). Lalu ada Suarez (Mario de la Rosa), pimpinan tim elit kepolisian, serta Kolonel Luis Prieto (Juan Fernandez), anggota badan intelejen negara.

 

Karakter di bagian 3 - 5

 

Di bagian ketiga ada karakter pemimpin baru dengan keahlian sebagai engineer, Palermo (Rodrigo de la Serna). Merampok Bank Spanyol sebenarnya adalah ide Palermo bersama Berlin yang dicintainya. Lalu ada Bogota (Hovik Keuchkerian), si spesialisasi penyelam, dan Marseiles (Luka Peros), penghubung kelompok yang beroperasi di luar Bank Spanyol. Selain itu ada Manila (Belen Custa), seorang transgender yang berpura-pura menjadi salah satu sandera. Manila juga adalah seorang anak baptis Moscow sekaligus sahabat masa kecil Denver.

 

Alicia Sierra
  

Dari semua karakter, favorit saya adalah Inspektur Alicia Sierra (Najwa Nimri), bumil nekat yang diberi julukan Queen Bitch oleh Kolonel Tamayo (Fernando Cayo). Sierra adalah seorang negosiator berpengalaman yang hobi melontarkan komentar jahil kepada Profesor. Sayangnya, entah akibat proses persalinan, karakter Sierra jadi berubah di mata saya. Momen paling kelihatan kalau Sierra kehilangan kecerdikannya adalah ketika mampir ke rumah Tamayo demi mengancam pria itu agar membersihkan namanya. Bisa-bisanya doi jadi ceroboh gitu. Walhasil, Sierra malah jadi mesti "merger" dengan Profesor CS.   


 

 

Pesan yang Dibawa

Waktu Bioskop Trans TV sering menayangkan film-film Hollywood keren bertahun-tahun lalu, saya sempat nonton Ocean Eleven dan beberapa sekuelnya. Temanya kurang lebih sama dengan Money Heist, yaitu tentang taktik merampok dengan incaran uang atau barang yang nilainya tidak main-main. Dulu saya suka banget film ini--Goorge Clooney cintaku! Sekarang? Saya belum coba nonton ulang, jadi entah apa tema heist campur komedi semacam ini masih menarik buat saya. Tapi setidaknya, seingat saya, saya nggak pernah terganggu sama pesan yang dibawa film ini. Ya sekadar tipu muslihat yang menghibur penonton aja.

Inilah yang membedakan dengan Money Heist. Profesor punya ide merampok segila ini untuk membalaskan dendam ayahnya yang mati ditembak saat merampok bank. Ide originalnya sendiri datang dari kakeknya yang juga seorang perampok. Lalu motivasinya merampok Bank Spanyol tidak lain sebagai "penghormatan" untuk Berlin. Sebagaimana judul salah satu episode, merampok bagaikan sebuah tradisi bagi keluarga Profesor.

Sampai di sini, I was like, okay, fine. Tapi ketika bawa-bawa narasi perlawanan terhadap sistem, well, I don't think so. Membawa pesan ke seluruh dunia bahwa tidak ada yang mustahil? Well, well, I really don't think so.

Perlawanan terhadap sistem yang gimana sih? Lah mereka aja merampok buat hidup hura-hura bergelimang harta setelahnya kok. Memang sih di bagian ketiga mereka bak Robin Hood yang bagi-bagi duit di jalanan, tapi tetep aja agak lucu kalau bawa-bawa sentimen perlawanan terhadap sistem. Walhasil sepanjang bagian ketiga sampai kelima, saya geregetan kapan para perampok bisa dilumpuhkan para polisi. Agak lucu karena saya sendiri benci wercok secara umum dan sangat percaya institusi mereka korup. Paling kena sial sih para sandera yang ketiban trauma drama penculikan.

Entah apa kebencian saya sama wercok belum kaffah atau gimana. Wkwkwk. Mungkin saya terlalu mengamini frasa bahwa membandingkan dua hal yang salah, tidak menjadikan salah satunya jadi benar. Hipokrit aja gitu, bawa-bawa narasi perlawanan sistem padahal nantinya mereka doang yang senang-senang jadi milyader. Lebih aneh lagi publik yang mendukung mereka atas nama perlawanan sistem. Saya jadi keingetan kontroversi kampanye One Love yang terus didorong oleh beberapa negara Eropa di perhelatan Piala Dunia di Qatar tahun ini. Tau, kan, masalahnya apa? Lama-lama jadi percaya kalau Eropa adalah benua paling munafik dan banyak SJW alias Social Justice Warrior-nya. Wkwkwk.   

Karena itulah, meski sebagai tontonan genre kriminal yang banyak aksi dar-der-dor-nya Money Heist sangat mampu memicu adrenalin, saya tetap tidak bisa betul-betul menyukai serial ini. Ketika ada satu hal yang bertentangan dengan prinsip dan nilai-nilai yang kita anut, rasanya sulit mencintai sebuah tontonan.

Pemikiran paling fair buat saya datang dari Sagasta (Jose Manuel Seda), ketua tentara dengan tim selayaknya Suicide Squad. Dialognya dengan Palermo sangat clear; mereka semua bajingan, ya perampok, ya polisi, ya tentara. Lebih-lebih lagi, politisi. Karena itu, jangan membual seolah sedang berjuang untuk masyarakat luas. Ah, saya malah lebih bisa memahami tekad Arturo Roman di bagian satu dan dua, yang bernaluri menyelamatkan diri dengan berbagai cara, terlepas dari egonya yang kepingin terlihat sebagai pahlawan.


"Kau ingin aku percaya jika kau di sini memperjuangkan dunia yang lebih baik?"


Adegan Berkesan

Aslinya Money Heist bergenre heist crime drama. Tapi porsi drama ala-ala telenovela juga lumayan menyita durasi. Malah kayaknya banyak rencana yang berubah gara-gara perkara asmara. Sudah begitu adegan-adegan 18+-nya tuh hampir selalu dibuat passionate. Kalau kelamaan, biasanya saya cepetin aja. Wkwkwk. Dan lagi-lagi, gagasan tentang menghabiskan waktu seumur hidup di pulau terindah di dunia sekalipun tanpa kekhawatiran kehabisan uang sangat membosankan. Persis seperti yang dirasakan Tokio setelah menghabiskan waktu dua tahun penuh hanya untuk berenang dan bercinta dengan Rio. Si Maserati ini bilang surga adalah tempat yang kita kunjungi sesekali setelah penat menghadapi macet.

 

Trouble maker

 

Meski dari segi pesan yang dibawa saya nggak setuju, tapi saya sangat mengapresiasi kualitas akting dari setiap pemeran. Tentu yang paling mengesankan adalah tokoh profesor. Gayanya ala-ala kutu buku yang kikuk dan culun. Adegan favorit saya adalah saat Profesor lari-lari lalu tumbang saat mengetahui Raquel dieksekusi polisi. Itu keren banget aktingnya. 

Adegan lainnya, dan mungkin satu-satunya yang bikin saya bersimpati kepada geng perampok, adalah pada saat Helsinki diseret ke lobi ketika tentara berhasil mengepung bank. Kasian euy, diseret begitu. Oh, adegan waktu Nairobi dipantek di pintu juga mengesankan; dalam konteks sadis. Ngeri!

 

Recommended?

Kalau saya tengok artikel-artikel atau video ulasan tentang Money Heist, rata-rata pada mendukung supaya geng perampok berhasil lolos dari polisi. Entah karena memang sebagai penonton kita tentunya digiring untuk memihak tokoh protagonis, atau memang sekalian mengamini narasi perlawanan terhadap sistem. Saya sendiri mungkin kelewat serius tentang tetek bengek pesan moral, dan bukannya sekadar menikmati sebagai sebuah hiburan semata. Wkwkwk. 

Memang, seperti yang sudah saya sebutkan di atas, Money Heist tidak diragukan lagi adalah sebuah tontonan seru yang memacu adrenalin. Ini adalah tontonan terpanjang saya entah sejak kapan. Karena ya itu tadi, sebagai series, La Casa de Papel sangat seru! 

By the way, saya kayaknya tertarik buat melipir ke versi Koreanya...

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar