Minggu, 12 Januari 2025

Review Drama Korea: WHEN THE PHONE RINGS (2024)


 

When The Phone Rings adalah drama yang sudah viral sejak episode pertama dan selalu nangkring di posisi pucuk drama yang paling banyak ditonton di Netflix. Bahkan dulu saya sempat lihat drakor 12 episode ini bercokol di posisi kedua sebagai acara non english yang paling banyak ditonton di seluruh dunia. Konten viral terbaru dari drama ini adalah terkait blunder di episode final yang sangat wadidaw. Hmm.


Sinopsis Singkat

Baek Sa-eon (Yoo Yeon-seok) dan Hong Hee-joo (Chae Soo-bin) menikah 3 tahun lalu atas dasar kepentingan politik 2 keluarga. Sa-eon adalah seorang jubir istana kepresidenan termuda dengan segudang pengalaman cemerlang sebagai pembaca berita televisi dan negosiator. Ia berasal dari keluarga politik terkenal, dengan ayah yang sedang mencalonkan diri sebagai presiden. Sedangkan Hee-joo yang menderita mutism selective merupakan anak sambung dari seorang pemilik media besar. Hee-joo juga bekerja sebagai penerjemah bahasa isyarat untuk tayangan berita.

Keduanya menjalani pernikahan dengan dingin dan berjarak. Sejak awal Sa-eon memang sudah menegaskan bahwa Hee-joo hanyalah pengantin pengganti dan sandera yang dikirimkan keluarganya setelah tunangan aslinya yang merupakan kakak tiri Hee-joo, Hong In-ah (Han Jae-yi), kabur sehari sebelum acara pernikahan. Pada salah satu perjanjian pernikahan mereka disebutkan pula bahwa Hee-joo tidak akan diperkenalkan kepada publik sehingga tidak ada satu pun yang mengetahui sosok asli istri Sa-eon. 




Pada satu malam, Hee-joo menjadi korban penculik. Sang penculik menelpon Sa-eon dengan maksud meminta uang tebusan. Agar tidak terlacak, si penculik memakai ponsel yang sudah dirakit sedemikian rupa agar tidak mudah dilacak dan secara otomatis mengubah suara penelpon. Ponsel itu pun sudah diatur pula untuk hanya bisa menelepon Sa-eon.

Sa-eon yang sudah sering menerima telepon ancaman mengira si penculik hanya orang iseng belaka. Ia justru menyuruh si penculik untuk membunuh saja istrinya itu. Mendengar ketidakpedulian Sa-eon, Hee-joo yang merasa frustasi lantas melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dengan cara yang dramatis, Hee-joo bisa lolos dari penculikan.

Dari kejadian penculikan itu Hee-joo menyimpan ponsel si penculik. Mengira Sa-eon benar-benar ingin dirinya mati, Hee-joo pun bertekad untuk mengakhiri pernikahan mereka. Caranya adalah dengan mengancam Sa-eon menggunakan ponsel si penculik. Setiap malam jam 10, Hee-joo berpura-pura menjadi si penculik dan meminta Sa-eon untuk menceraikan Hee-joo jika tidak ingin skandal keluarganya terbongkar. Namun perkembangan hubungan Sa-eon dan Hee-joo justru berkembang ke arah yang tak terduga setelah telepon berdering setiap jam 10 malam.

 

Episode 1 - 4

When The Phone Rings tayang setiap Jumat dan Sabtu di MBC. Saya nonton pertama kali di hari minggunya gara-gara di base drama Twitter, drama ini bolak-balik dibahas dan hype. Saya nonton sebentar trailer-nya dan memutuskan untuk coba-coba nonton. Ternyata bagus! Worth to rewatch malah. Dua episode awalnya beneran semenarik itu meski ada beberapa bagian terkait akting pemain yang agak janggal buat saya. 

Saya suka adegan di kedutaan saat Hee-joo meluapkan kekesalannya ke Sa-eon pakai bahasa isyarat. Gila lu yaa, berkoar istrinya adalah kelemahan dirinya tapi semalem malah nyuruh mati di tangan penculik! Saya ikut deg-degan waktu Sa-eon menginterogasi dan memeriksa tubuh Hee-joo soal kecelakaan dan penculikan. Tepat seperti apa yang dijabarkan Hee-joo tentang kelemahan; sesuatu yang bikin kita kaget, rentan teriritasi, dan setengah mati kita lindungi. Chemistry is chemistrying. Nggak heran shipper couple ini ugal-ugalan banget, walau sedikit banyak harus saya katakan kelakuan mereka cukup lebay dan ganggu.


"Karena gue nggak bisa ngomong, lu pikir gue nggak bisa denger??? Brengsek lu!"


Episode 3 lebih bagus lagi dan mungkin adalah salah satu episode favorit saya. Saya suka semua tentang ending episode 3; gimana penggambaran pada Sa-eon datang dengan gagahnya tepat ketika Hee-joo merasa tidak ada yang berpihak padanya. Saya suka pendar kebiruan lampu motor patwal di jas Sa-eon saat pria itu berjalan lurus ke arah Hee-joo. Lalu tentang scoring musik yang masuk setelah Sa-eon menyebut Hee-joo adalah istrinya. Pokoknya dramatis banget!


Pak Jubir diantar patwal


 

Your tender lies gonna make me cry tonight~

Lalu, ketika saya dan semua penonton mengira ini bakal jadi semacam 'he fell first, he fell harder' trope alias dari awal sampai akhir cowoknya yang bakal bucin mampus, di episode 4 justru ditunjukkan kalau Hee-joo nggak kalah bucin ke Sa-eon. Di situ saya kayak... wah, memang penulis Wattpad memang bisa diandalkan buat urusan plot twist yang dramatis begini. By the way, asal cerita drakor ini memang berasal dari webnovel semacam Wattpad. Makanya kalau ada yang nyindir ini drakor cringe kayak Wattpad, fansnya justru ngebalikin, "lah, that's the point tho??! Kita-kita ini emang nonton karena cerita sangat Wattpad?! Ape lo, ape lo?"

 

Kalau berusaha sekarang untuk saling terbuka, apakah pasutri itu masih bisa bahagia?


Episode 5 dan seterusnya

Setelah ending episode 4 yang bikin berdebar saat Sa-eon mendeskripsikan Hee-joo dengan segitu indahnya, "Hee-joo bukan halaman tambahan, ia adalah bahasa baru", penonton dibikin gonjang-ganjing gara-gara drakor ini batal tayang buat seminggu gara-gara urusan politik di Korea. Minggu depannya pun penonton masih trust issue apakah bakal tayang mengingat urusan politik yang masih ribet dan sudah pasti mempengaruhi semua acara dan tayangan televisi di Korea sana.

Pas akhirnya nonton episode 5, saya jadi kayak kurang excited. Bisa jadi karena preview banyak keluar dan kebanyakan konsumsi konten orang-orang yang mengulik drama ini. Wkwkwk. Tapi kemudian episode 6 seru dan bagus lagi. Lagi-lagi saya suka bagian ending ketika Hee-joo menyalakan suar portabel buat ngasih tau posisinya yang tersesat di hutan. Kayak... wow, dramatis banget! Sudah begitu epilognya sangat tidak disangka.


Hee-joo yang nyawanya ada 9

Episode-episode selanjutnya bisa dibilang diisi adegan-adegan bucin dua sejoli yang tetep banyak rintangannya. Saya masih suka tapi mulai terganggu dengan hal-hal nggak masuk akal di drama ini. Misalnya pas adegan Hee-joo jatuh di jurang. Dengan sangat ajaib nih cewek cuma luka-luka memar dan bahkan infusannya pun bisa copot pasang. Sakti gila! Padahal di adegan sebelumnya disorot betapa jauhnya dasar jurang. Memang ada sekilas pernyataan Sa-eon kalau ada dahan pohon patah, yang mengindikasikan Hee-joo sempet nabrak pohon dulu dan makanya jatuhnya nggak langsung terbanting di dasar jurang. Tapi tetep aja kurang gitu loh. Sudah begitu cara nyelamatinnya digendong belakang sama Sa-eon pula!

Minimal patah tulang nggak sih? Dan jelas, orang yang baru jatuh dan kemungkinan tulangnya patah mesti ditandu hati-hati. Paling nggak ada adegan dokter atau polisi yang jelasin kenapa Hee-joo bisa lecet-lecet doang; mislanya nabrak pohon dulu beberapa kali hingga mengurangi efek benturan di dasar jurang. Padahal kalau di novelnya, Hee-joo itu jatuhnya nggak jauh tapi di celah gunung makanya sulit ditemukan tim SAR. Plus Hee-joo sempet gegar otak juga kalau di novel.

Adegan reveal orang di balik 406 juga nggak masuk untuk konteks karakter Sa-eon yang berhati-hati terhadap ancaman. Ini loh Hee-joo yang masih dapet pesan dan telepon ancaman, trus kok bisa dibiarin dia keluar rumah sakit sendirian malam-malam. Sudah begitu disuruh muter-muter sendirian di taman bermain sampe ke pucuk tower! Hmm... ini salah satu penyakit drakor yang nggak saya suka; estetika alias dapet shot bagus di atas logika. Pas adegan Hee-joo kayak purpose Sa-eon pakai lilin-lilin segala juga apa banget. Kapan nyiapin itu dekor woiii??


Mau ciuman aja jauh-jauh ke tower sih, bwangg!


Tapi lagi-lagi saya masih suka dan setia sebagai penonton on going. Saya suka dialog Hee-joo tentang betapa insecure-nya dia ketika kebahagiaan datang sebegitu mudahnya. Padahal seumur hidup dia selalu dimanfaatkan orang-orang sekitarnya dan dijadikan alat semata. "Tidak mungkin semudah ini aku bahagia?"

Menurut saya pribadi karakter Hee-joo itu salah satu karakter pemeran utama perempuan yang bagus. Dilihat dari penampilan seperti perempuan lembut, penurut dan cenderung lemah, padahal mentalnya kuat. Dan seperti bagaimana saya mengagumi Ae-shin, saya juga suka bagaimana Hee-joo dengan berani menunjukkan cintanya yang besar. Sewaktu Sa-eon hilang, doi dengan gagahnya muncul di rumah mertuanya yang jahat. Yeah, siapa yang butuh 'she/he fell first, she/he fell harder' trope when you can make them fell hardest together?! 

 

Soft but passionate and brave

 

Atas hal-hal not make sense di drama ini bikin saya jadi kayak kurang nge-feel sama emosi aktor-aktornya, padahal akting Yeon-seok dipuji di mana-mana. Jadi kayak... yaudah buruan, ini abis ini apa lagi ceritanya. Musik pengiringnya pun penempatannya nggak se-ngepas di episode-episode awal. Kenapa sih elahhh? 

Saya sendiri sampai install Wattpad demi materi asli drakor ini. Sejak episode-episode awal memang sudah ada yang inisiatif terjemahin lalu masukin ke Wattpad. Tadinya saya mau baca dengan hikmat, tapi ternyata novelnya sering bikin bingung gara-gara kurang keterangan untuk dialog siapa-siapanya. Walhasil saya banyak skip dan lompat-lompat. Pas bab-bab ending, saya sudah kepikiran ending di drakornya bakal beda. Ya kalee dibikin ada adegan tembak-tembakan di negara konflik?? Trus adegan ranjang yang brutal itu?? Saya inget banget baca komenan di Wattpad pas adegan Hee-joo nyusulin Sa-eon ke negara konflik sambil ngakak kenceng. Komenannya kurang lebih, "Hormat ege, ini ketua kita!" Ketua cegil 😭😭😭


Ending

Surprise! Surprise! Setelah dramanya dibikin cerita tambahan menjelang ending, tiba-tiba penulis skenarionya banting setir; balik ke cerita novel. Beneran ada adegan kejar-kejaran di negara konflik! SANGAT APAAA??!! NGGAK SEMUA HAL DI NOVEL MESTI DITUMPLEKIN KE DRAKORNYA YA, WAHAI JAKKA-NIM! The writer obviously don't know how to rewrite the story.

Di novelnya yang sangat Wattpad itu malah jauh lebih make sense. Kenapa Sa-eon jauh-jauh kabur dan malsuin kematiannya, atau gimana Hee-joo berbulan-bulan dulu jadi guru bahasa Isyarat di Argan sebelumnya akhirnya ketemu Sa-eon--itu malah jelas sebab akibatnya. Lah, di drakornya mah apa banget??? Plus, di novelnya itu karakter Sa-eon konsisten toxic dan red flag. Wkwkwk. Beda sama di drakor yang makin jauh makin soft, walau untuk yang satu ini cukup berjalan smooth.

Seakan nggak cukup perkara adegan Argan yang ruin the whole story, ada pula sisipan konflik genosida yang nyerempet ke nama-nama Palestina dan Israel Zionis. Gilaaa!! Propaganda titipan kah??? Sangat mungkin begitu! Bener-bener ini drama selalu trending dari awal sampai akhir, sayangnya trending di episode pamungkasnya untuk sesuatu yang najis banget. Kok malah blunder sialan!!! Padahal tanpa adegan propaganda ini pun saya dan banyak penonton lain punya banyak bahan buat marah-marah tentang endingnya yang jelek banget.


Recommended?

Per hari ini rating drama When The Phone Rings di IMDb adalah 5,4/10. Perkara propaganda di ujung episode final bikin orang-orang saling mengajak untuk kasih bintang 1 supaya ratingnya terus turun. Setidaknya dari apa yang saya lihat di Twitter, mayoritas setuju untuk aksi boikot, walau dari di Koreanya sana sendiri kelihatan anteng-anteng, nggak terlalu permasalahin. Bukan sesuatu yang mengejutkan mengingat gimana bestie-nya Korea dan Amrik. Pihak dramanya pun kelihatan nggak ada tanda-tanda untuk klarifikasi atau minta maaf, apalagi sampai meluluskan permintaan penonton internasional untuk menghapus adegan propaganda tersebut.

Kalau dari saya sendiri melihat drama ini beneran amazing sampai episode keempatnya, sebelum kemudian bertebaran hal-hal janggal di sana-sini. Awal-awal saya merasa akting Soo-bin kureeng karena berulang kali menampilkan ekspresi begini🥺🥺🥺. Pas diculik pun kayak kurang keliatan ketakutan nggak sih? Tapi saya pikir-pikir, mungkin karakternya memang begitu; rada kompleks dan nggak stabil karena doi mengalami banyak trauma sedari kecil. Pun di ending saya merasa karakter dua pemainnya sudah beneran berbeda. Terutama Sa-eon. Mana nih jubir yang songong banget kalau ngomong? Segitu berubahnya kah Sa-eon ketika tau perasaannya berbalas?

Saya juga suka sama original soundtrack-nya, terutama yang May I Love You. Gila ya, lagu cinta Korea bisa kerasa sedalem itu padahal belum tau lirik terjemahannya. Lebih gila lagi lagu-lagu tentang pengungkapan cinta yang dalam itu datang dari negara yang terkenal misoginis! Ahh, ngomong-ngomong misoginis, sejak episode-episode awal, video Yeon-seok yang ngomentarin cara berpakaian co-partner filmnya viral lagi.

Pada akhirnya, saya nggak bisa merekomendasikan drama ini; baik untuk ending-nya yang sangat kacau, maupun sisipan propagandanya yang totally ruining the whole story. Sayang sekali. Hanya aja, nggak bisa dipungkiri, sama seperti waktu saya nonton on going My Liberation Notes yang viral itu juga, masa-masa hype drama ini seru banget. Huft, lagi-lagi, sayang sekali...


Kata-kata andalan penonton WTPR: nggak apa-apa romensnya khayalan, yang penting syutingnya beneran





Tidak ada komentar:

Posting Komentar