Selasa, 12 Agustus 2025

Patah Hati Gara-gara Rokok



Olah raga itu seharusnya menjadi gaya hidup. Terutama ketika kamu tinggal atau beraktifitas di kota penuh polusi seperti Jakarta. Harus pinter-pinter menjaga tubuh dengan pola hidup sehat supaya nggak gampang tepar. Sialnya, niat memelihara kesehatan di kota ini pun sulitnya bukan main. Disclaimer: tulisan ini kemungkinan bermuatan konten nyinyir. 

 

Sekitar akhir Juli lalu, saya ikut temen buat lari di GBK sepulang kerja di hari Jumat. Saya pakai kaos, walau bawahannya cuma celana kain biasa buat ngantor. Niat hati memang cuma mau ngikut temen, jalan-jalan kecil dan nyoba pengalaman baru. Kalau ternyata worth, bolehlah dijadikan agenda rutin. Tapi ternyata zonk.

Lalu, Jumat kemarin sepulang kerja juga, saya ngikut main badminton bareng temen kantor setelah minggu lalu batal gara-gara nggak dapet lapangan. Kali ini pun saya berniat untuk jadi agenda rutin kalau memang worth. Setelah cukup rutin latihan beban dan cardio di rumah, saya kepingin juga berolahraga yang sifatnya permainan. Sialnya, yang ini pun zonk.

It ain't it.

Dua-duanya bikin saya nge-down begitu saya nyium bau asap rokok. Udah nggak bisa banget sekarang saya kena asap rokok. Bawaannya langsung bete. Terlebih saya di lokasi olah raga! The math isn't mathing. Jadi, ini gimana maksudnya gitu loh? Lari-lari di area penuh asap rokok? Alih-alih sehat, malah keracunan asap! Trus di lapangan badminton... apa semua lapangan badminton begini? Lapangan kemarin itu memang semi terbuka karena lokasinya ada di atas pasar. Apa lapangan yang full indoor juga para "atlet"-nya bebas-bebas aja ngudud?

It ain't it. 

Memang, sudah pasti orang-orang ke GBK niatnya bermacam-macam; nggak buat lari atau senam doang. Pas saya dateng malah lagi ada konser G-Dragon. Saya sendiri, karena sudah nge-down, lebih excited buat nyari makan. Syukur alhamdulillah bakso Malang yang sampe ngantri-ngantri itu enak. Kalau nggak, makin bete lah Hayati dibuatnya.

Waktu saya lihat di satu spot samping lapangan softball ada kerumunan orang-orang yang lagi senam, dalam hati langsung ngebatin: "gila sih, kebutuhan ngasih makan story sosmed memang sepenting itu buat warga ibukota di jaman sekarang.". Simpel aja, kalau memang niatnya mau beneran olah raga biar bugar, GBK di Jumat malam itu really really ain't it. Lebih masuk akal ke sana buat nongkrong daripada olah raga. Apapun selain olah raga, lebih masuk akal untuk dilakukan di GBK.

Masyarakat kita sudah seabai ini. Abai dengan hak orang lain untuk menghirup udara tanpa asap rokok. Mindset orang sini bukannya merokok di smoking room, melainkan boleh merokok di mana pun selagi nggak ada tanda larangan merokok. Jujur, kondisi masyarakat yang apatis atas hak dasar manusia ini bikin saya patah hati banget. Para perokok ini bahkan cuek ngudud di dekat anak-anak atau sambil motoran dengan bara abu rokoknya melayang mengenai pengendara lain.

Saya inget waktu ke Singapura, jarang banget saya pakai masker di luar ruangan. Sementara di negara sendiri, di lapangan untuk olah raga pun nggak bebas dari benda yang sudah terbukti sangat merusak kesehatan. Tempat yang benar-benar bebas asap rokok kayaknya cuma stasiun-gerbong KRL, mal dan rumah sendiri. Dan Eco Park Tebet... tapi tempatnya jauh. Hiks. Padahal semua orang nggak bisa terus-terusan terkungkung di antara tembok-tembok. Kita juga perlu menghirup udara bersih di luar.

Beneran, this country has failed me, has failed us. Negara ini gagal mendidik masyarakatnya, bahkan dalam aspek mendasar seperti kesehatan. 

Hidup cuma sekali, eh, malah jadi WNI ckckck...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar