Jumat, 13 Maret 2015

Kubang Bukan Padang



Sumatera Barat adalah sebuah provinsi. Padang adalah salah satu kota di Sumbar yang kebetulan juga merupakan ibukota. Waktu temen saya nge-chat nanya apa saya jadi pulang ke Padang, saya jawab saya pulang kampung ke Kubang bukan pulang ke Padang. Mengiyakan kalau saya pulang kampung ke Padang sama aja kayak saya bilang temen saya itu pulang kampung ke Semarang padahal kampung dia di Banjar. Nggak tepat toh?


Saya juga mengoreksi waktu dia update status BBM kalau dia dapet oleh-oleh dari Padang. Saya bilang, Bukittinggi, exactly. Bukittinggi adalah salah kota yang lain lagi di Sumbar.

Tapi menjelaskan hal-hal begitu emang sulit buat orang Indonesia, terutama yang tinggal di Pulau Jawa. Kalau di Jawa, mungkin bakal lebih mudah dipahami kalau ada orang ngaku asli Garut misalnya. Kita bakal bilang, "oohh Garut..." Dan bukannya malah besok-besok kita nanya, "Eh kamu jadi pulang kampung ke Bandung?"

Karena pusat dari segala macam di Indonesia ya di Pulau Jawa. Kota-kota dikenal lebih spesifik ya yang ada di Pulau Jawa. Umumnya orang Indonesia tau Malang, Banyuwangi, Pacitan, Madura, Surabaya-kota-kota di Jawa Timur. Sementara di belahan Indonesia lain kita cuma sebatas tau ibukota provinsi. Kalau ke Sumbar ya ke Padang, ke Sumut berarti ke Medan, ke Sulsel udah pasti ke Makassar.

Baru-baru ini mama saya bilang ke ipar saya kalau begal motor yang lagi marak itu asalnya dari Lampung. Seakan-akan mama saya minta penjelasan gegara ipar saya itu dari Lampung... eits, ipar saya langsung menampik. Dia bilang dia bukan dari Lampung, tapi dari Ogan.

Yahhh kita emang suka lupa. Lampung juga cuma sebuah kota dari provinsi yang kebetulan namanya persis kayak nama ibukotanya. Seperti saya yang bukan dari Kota Padang meskipun dalam satu provinsi Sumbar, orang Lampung juga ga mesti berasal dari Kota Lampung.

Tapi kalau orang Pekanbaru ngerti. Mereka ga bilang "pulang ke Padang" tapi "pulang ke Sumbar". Pemahaman tetangga dekat. Plus penduduk Pekanbaru sendiri emang mayoritas suku Minang, jadi pasti ngerti Padang itu cuma salah satu kota aja.

Dan seperti bahasa Jawa yang beda-beda di tiap daerah, bahasa Minang juga lain-lain. Kita bakal mendengar bahasa yang berbeda-beda di tiap daerah. Tapi umumnya sih satu sama lain ngerti. Contohnya orangtua saya; dua orang ini menggunakan dialek yang berbeda meski masih dalam satu naungan bahasa yaitu bahasa Minang.

Misalnya mama saya yang asli Kubang akan bilang "dokek", "poi", "ompek", "barolek", sementara papa saya yang asal Bukittinggi akan bilang, "dakek", "pai", "ampek", "baralek", masing-masing untuk mengatakan dekat, pergi, empat, dan pesta. Itu baru soal pelafalan yang lebih banyak huruf "O" di Kubang dan huruf "A" untuk dialek orang Bukit. Pas kemarin saya silaturahmi ke daerah yang masih kawasan Bukittinggi, saya nyaris ga ngerti apa-apa yang diomongin orang sana. Kata mama itu bahasa Bukittinggi yang masih asli fresh from the oven, hehehe. Bahasanya udah beda lagi dari bahasa papa saya walaupun sama-sama orang Bukit. Dan karena Sumbar memegang garis keturunan ibu, jadi saya jelas lebih akrab sama dialek Kubang. Dengan catatan ga ngomong cepet-cepet dan ga pake istilah yang kampung banget. Hahaha.

Tapi emang sih, biar cepet dan efektif, wiss lah, teruntuk orang awam, iya, saya kemaren baru pulang ke Padang. Ba'a lai, urang katuju Padang sajo?! Biar se lahh...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar