Senin, 12 Oktober 2015

Get It?


Tadi pagi di Radio Jak FM, Ronal dan Tike ngebahas kata-kata kekinian yang bikin sebel ngedengernya. Tau sendiri kan sekarang banyak kata-kata gaul plus istilah-istilah populer yang berkembang-biak berkat media sosial. You name it; baper, anjiir, anjay, vroh, vangke, eksis, leh uga, lucuk, gilak, dan sebagainya, dan seterusnya.


Kalau Ronal, entah beneran atau sekedar kebutuhan program, paling keganggu sama kata-kata yang dikasih akhiran "k". Lucu jadi lucuk, gila jadi gilak, luar biasa jadi luar biasak. Trus ada pendengar yang bilang dia males denger kata "anjay", bentuk lain dari "anjiir".
Istilah jaman sekarang emang macem-macem. Gue sih nggak anti sama kata-kata itu cuma nggak semua juga sering gue ucapin sehari-hari.

Sedikit berbeda dari bahasan yang kekinian, gue juga punya rasa terganggu dari cara bicara manusia. Gue bete sama orang yang kalau ngomong, kalimatnya dirantai sama kata-kata, "ngerti nggak?". Ouch! Tiap dia ngomong sesuatu, satu-dua kalimat trus dia bilang, "ngerti nggak?".


Gue beberapa kali nemuin orang kayak gitu. Sekali waktu gue pernah ngomong soal rasa nggak nyaman sama cara ngomongnya itu. Tentunya orang yang gue kasih tau itu temen yang lumayan deket sama gue. Gue bilang sama dia, menurut gue, merantai kalimat dengan "ngerti nggak" itu seolah elo menganggap lawan bicara elo itu bodoh, jadi setiap beberapa kalimat elo harus selalu mastiin lawan bicara elo itu ngerti sama semua ocehan elo. Itu menurut gue.

Seinget gue sih temen gue itu ngebantah, dan dia nggak bermaksud bersikap seolah-olah lawan bicaranya bodoh. Yaa terserah sih, gue sekedar memberi perspektif baru. Dan tau nggak sih, kalimat yang sudah terucap dari bibir kita itu bukan jadi milik kita lagi. Ia didengar telinga-telinga lain dan otomatis memunculkan berbagai persepsi pada tiap pendengarnya. Kadang kita bingung, kayaknya kita ngomong biasa aja tapi kok ada yang tersinggung sama kata-kata kita. Tentunya banyak faktor yang menentukan, bisa aja yang denger emang sensi orangnya, tapi bisa juga emang lisan kita yang bagi kita biasa tapi bagi orang lain menusuk hati.

Well, kita emang harus berhati-hati dengan lisan. Ingat, lidah lebih tajam daripada pedang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar