Sabtu, 16 Juli 2016

Tentang Mengenal Dengan Sangat Baik



Sepertinya seumur hidup gue selalu menantikan seseorang yang benar-benar mampu memahami gue. Tapi ironisnya, gue jengah sendiri kalau ada orang yang merasa tau gue banget. Coz baby, I know you don't.


Pada dasarnya gue orang yang tertutup. Temen gue lumayan banyak tapi gue ga open ke mereka semua. Seperti pic di atas, gue hanya memberitahu apa-apa yang bisa gue tolerir untuk dibagi ke orang lain. Pendek kata, kebanyakan cuma tau gue sebatas kulit aja. Jadi jangankan soal cinta atau mimpi terbesar, apa-apa yang menjadi keseharian aja ga bisa dengan gampangnya gue bagi ke orang lain.

Menjadikan diri gue available untuk semua orang adalah hal absurd buat gue. Bukan mau sok (kepedean, siapa juga yang mau deket sama lo!) tapi itu udah jadi semacam karakter yang terbentuk dari gen bawaan dan kebiasaan. Bukan gue songong apalagi sok misterius tapi inilah apa adanya gue.

Kata orang bijak ceritakan hal-hal yang kamu sukai, maka orang yang memiliki minat yang sama akan menemukanmu. Bener banget, tapi sejujurnya itu sulit untuk gue lakukan. Kalau sekedar genre film atau jenis musik kesukaan sih bisa gue bagi ke siapapun. Hal-hal begitu masih umum.

Inilah paradoknya, gue pengen banget ada seseorang yang mengenal gue luar dalam dan memahami gue dengan sangat baik. Tapi di saat yang sama "rahasia" masih aja menjadi nama tengah gue. At least, gue menjaga sekali apa yang itu namanya privasi. Jadi gimana orang bisa memahami gue kalau gue sendiri tidak memberi kesempatan untuk orang lain lebih mengenal gue?

Kadang-kadang gue mikir begini, nggak sih, hidup gue nggak sebegitu remang-remangnya, hidup gue ga rahasia-rahasia amat, cuma mau cerita ke elu-elu pada kok ya kayaknya bukan urusan lu juga. LOL. And like we all know, only a few people actually care, the rest are just corious.

Keluarga adalah mereka yang gue yakin biarpun nggak berkata tapi sebetulnya mengenal gue dengan sangat baik. Bukan sekedar makanan apa yang gue nggak doyan tapi juga apa yang menjadi mimpi besar dan rencana gue ke depan. Pada sebuah kesempatan gue dibikin terpana sama pernyataan nyokap, yang membuat gue tersadar bahwa dia memahami gue lebih dari yang gue pikir. Karena itulah gue bilang, meskipun tidak terucap sebenarnya keluarga memperhatikan, menyimak dan karenanya mampu memahami lebih.

Dan sejauh ini ada seorang temen, sahabat, tempat gue bercerita tentang cinta. Topik ini adalah one of top secrets buat gue.

Nah, maka dari itu, dari sekian kecenderungan gue untuk menjaga jarak dari orang-orang, gue pastinya merasa amat jengah kalau ada yang merasa tau gue banget. Terutama kalau gue nggak merasa begitu. No, baby, you don't! How can? I don't share my personal life to everybody, just some.

Karena mungkin sebetulnya gue menunggu dia, ya dia. Dia yang gue harap adalah dia. Dia yang akan mengenal dan memahami gue lebih dari semua orang yang pernah ada di hidup gue. Seseorang yang akan tau mana omongan gue yang lebay dan mana yang bener-bener gue maksud. Seseorang yang akan tau bukan hanya tentang profil pribadi, tapi juga soal cinta, cita, mimpi sampai ke kekhawatiran terdalam gue. Seseorang yang membuat gue rela membuka diri bahkan tanpa ditanya. Dia. Dia.

Dia. Dia. Dia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar