Mamamoo jelas sebuah jackpot
untuk RBW. Namun di lain pihak, Mamamoo berhutang banyak kepada RBW. Kalau
disimak dari video Hwasa dan Whee In bernyanyi saat mereka masih remaja, sangat
terlihat keduanya mengalami banyak peningkatan hingga suara mereka bisa
sespesial sekarang. RBW tentunya sangat berjasa dalam peningkatan kemampuan
bernyanyi tiap member Mamamoo.
Mestinya, jika mengikuti pakem
pembentukan idol yang sudah ada, RBW bisa membentuk empat grup sekaligus.
Serius, dengan kemampuan bernyanyi mereka semua, keempat-empatnya bisa menjadi
main vocalist di setiap grup. Lalu tinggal tambahkan satu member dancing queen,
satu member khusus visual, satu rapper, dan satu-dua member pelengkap. Dapet
deh empat girl group (GG) sekaligus. Hihihi.
Mamamoo Debut |
Seperti halnya dunia musik tidak
akan pernah sama tanpa kehadiran Adele dan Michael Jackson, dan dunia musik
Indonesia akan berbeda jika tidak pernah ada Dewa 19 (yang dulu) dan Tulus,
musik Kpop pun akan sangat kehilangan jika tidak pernah ada Mamamoo. Bagi gue
pribadi, gue ingin berterimakasih kepada RBW karena sudah melahirkan Mamamoo. Lagu
serta penampilan Mamamoo memberikan pengalaman musik tersendiri bagi gue. Mendengar
lagu-lagu Mamamoo memberi kesan, “loh, kok udah abis aja nih lagu?” Bukan
karena komposernya tidak memperhatikan dinamika dan klimaks sebuah lagu, tapi
justru karena performa mereka begitu worth it to watch, tau-tau empat menit berlalu
tanpa terasa.
Kalau gue coba deskripsikan,
menonton penampilan Mamamoo di Immortal Song seperti sedang dibombardir peluru
nada-nada indah dan kita akan berakhir kelelahan. Exhausted, karena sepanjang
penampilan tanpa sadar kita menahan napas. Kalau gue punya kesempatan menonton
Mamamoo secara live, gue kepingin menonton penampilan mereka yang seperti di panggung
Immortal Song. Secara umum penampilan Mamamoo di setiap panggung memang
atraktif dan komunikatif, mereka hampir nggak pernah kelihatan boring atau
males-malesan, tapi passion mereka dalam bernyanyi jauh terlihat berlipat-lipat
saat tampil di Immortal Song. Bahkan menonton penampilan mereka di lagu
Wonderful Confession via Youtube pun bikin gue girang, apalagi nonton
penampilan semacam itu secara live!
Jangan lupakan pula penampilan
Mamamoo di 37th Blue Dragon Awards. Saking spesialnya sampe diberi label
‘legend’. Apa pasal? Karena mereka memberi penampilan yang berbeda dari
penampilan idol sebelum-sebelumnya. Tau kan gimana idol kalau lagi manggung? Mau
di panggung mana aja pasti penampilannya konstan alias begitu terus. Padahal
penontonnya adalah sineas perfilman jaim, bukan fans si idol yang udah pasti
semangat ngasih fanchant. Sudah menjadi tradisi, satu ruangan bakal sunyi
senyap tiap kali idol tampil. Wajah-wajah aktor-aktris kawakan itu sedatar TV
plasma dan seakan mau bilang, “what the hell are they doing?” Konon, dalam
dunia hiburan Korea, posisi idol Kpop berada di strata bawah setelah pemain
film dan drama. Tapi, empat juragan lobak kita sukses mengubah tradisi sunyi
senyap itu. Di antara lirik lagu Decalcomanie, Solar, Whee In, Hwasa dan Moon
Byul bergantian menyisipkan famous line dari film-film terkenal. Hasilnya? Satu
ruangan tertawa riang, terutama di bagian Moon Byul yang mengajak aktor Jung Woo
Sung buat nge-date—mengambil famous line di film A Moment To Remember.
*
Seperti orang yang terkena sapuan
gelombang Hallyu, gue pun jadi berminat ke Korea Selatan. Nggak minat ke Jeju
atau Nami, tapi justru ingin sekedar merasakan vibe negeri gingseng itu. Apa
iya seperti yang diberitakan selama ini? Kayak apa sih orang Korea memandang
Kpop? Apa mereka betul-betul peduli grup mana yang baru debut dan grup mana
yang menang di acara musik lokal? Dengan showbiz seramai itu, apa benar orang
Korea betul-betul memperhatikan para artisnya? Trus kok kayaknya jalan hidup
remaja sana, kalau nggak ikutan audisi biar jadi idol, ya jadi fangirl. Begitu,
kah?
Konsep Femme Fatale di Lagu Decalcomanie |
Yes, I love these girls. Bahkan wohuo wohuo mereka pun nggak terdengar annoying di telinga gue. Bahkan suara geraman Hwasa pun terdengar keren di telinga gue. Kualitas mereka bikin gue menyingkirkan fakta kalau konsep mereka agak terlalu dewasa. Untuk Solar dan Moonbyul yang udah lewat 24 tahun mungkin udah oke, tapi untuk Whee In dan Hwasa? Tidak kah outfit mereka terlalu terbuka untuk ukuran cewek 20 tahun? Lalu konsep femme fatale di lagu Decalcomanie—tidak kah terlalu seksi? Gue biasanya nggak suka penampilan seduktif yang dilakukan artis perempuan yang belum cukup umur, tapi Mamamoo adalah pengecualian. Hahaha. Gue bersikap permisif karena Mamamoo membuktikan mereka punya talenta, alih-alih semata menjual keseksian.
Kelahiran 1995? |
Whee In 21 tahun saat Decalcomanie Era |
Di mana lagi kita bisa mendengar
lagu yang meributkan perbedaan tinggi badan 1 senti? Atau lagu gesrek nggak
penting tentang lelucon bapak-bapak? Karena sudah nggak bermasalah dengan
teknik vokal, mereka gape aja bernyanyi dengan gaya ngece, nyinyir dan
nge-bully satu sama lain. Lagu-lagu hilarious ini pun masih ditambah dengan
joget kocak dan ekspresi reseh bin nyebelin tiap member; komplit! Sesuai dengan
citra mereka sebagai ‘Beagle Dol’ yang kurang lebih artinya idol yang rame dan
hiperaktif.
Aze Gag Dance |
*
Mamamoo adalah penampil ke dua setelah PSY yang diharapkan mengisi acara di universitas-universitas lokal. Mereka
adalah GG pertama yang menang dua kali di acara Immortal Songs. Mereka menjual
tiket konser mereka hanya dalam waktu semenit. Mereka sudah mengumpulkan sekian
banyak awards atas lagu-lagu mereka.
Sempurna? Sayangnya tidak.
Mamamoo pun cukup sering terlibat kontroversi dan skandal. Barangkali agensi
mereka yang memang masih baru harus belajar lebih banyak lagi tentang
bagaimana me-maintan sebuah grup idol. Mamamoo pernah dituding mengambil budaya
negara tertentu dengan memakai bindi di video klip Aze Gag, mereka dituduh
plagiat berkaitan dengan logo lagu Taller Than You, dikritik atas tayangan
sexual assault di MV Decalcomanie hingga mesti diedit ulang, dan—yang masih
hangat—dugaan rasis atas video parodi lagu Uptown Funk yang menampilkan member
Mamamoo menghitamkan kulit mereka alias blackface. Kontroversi yang dilakukan
salah seorang membernya pun sempat jadi bahan bully netizens. Adalah Whee In
yang mengucapkan umpatan kasar dan mabuk saat melakukan chat langsung di V-app,
di mana aplikasi tersebut dapat diakses siapapun termasuk anak-anak di bawah
umur. Foto selfie aneh Whee In baru-baru ini pun dianggap sebagai penghinaan golongan non selebriti.
*
Waktu pertama kali interest sama Mamamoo, gue coba kepo via Instagram. Ada satu akun yang rajin upload klip-klip penampilan mereka di acara musik. Sebagai fakir kuota, gue pikir cara ini lebih hemat ketimbang nyetel Youtube (padahal sama ajah, sama-sama nguras kuota!!). Lalu setelah nontonin penampilan mereka, gue jadi tertarik mengulik meme-meme Mamamoo lebih jauh. Kayaknya lucu-lucu. Gue berharap bakal melihat yang kayak begini.
Atau yang kayak begini...
Apa sih ini?
*
Bayangkan sebuah dunia hiburan
padat karya nan penuh sesak. Satu ruangan penuh grup idola cantik-ganteng yang
siap memperebutkan atensi pasar. Mereka semua bersedia melakukan apapun demi
bisa dikenali, lantas diidolai. Seorang idola cewek mengaku kakinya sakit tiap
kali memakai sepatu hak tinggi. Tapi cewek ini tidak pernah meninggalkan
heels-nya. Kenapa? Karena katanya ia tidak mau merusak fantasi penggemarnya.
Tau kalimat apa yang sering
diucapkan idol Kpop saat sedang promosi lagu baru? Kalau musisi Indonesia suka
bilang, “jangan beli yang bajakan,”, maka Kpop idols suka bilang begini,
“berikan banyak perhatian dan cinta.”
Bagaimana cara memberikan satu
grup perhatian dan cinta? Tentu dengan membeli CD-nya—beli semua versi yang
diproduksi kalau perlu; ada empat versi untuk satu album, beli empat-empatnya,
ada sebelas versi, beli sebelas-sebelasnya. Kenapa harus begitu? Karena
penjualan CD akan dihitung untuk menentukan posisi sebuah lagu dalam tangga
lagu acara musik. Adalah sebuah kebanggaan sebuah fandom jika idola mereka
memuncaki chart dan membawa pulang awards.
Sudah? Belum. Masih ada pembelian
lagu secara digital dan streaming. Sekali lagi, adalah kebanggaan seorang fan
jika mendukung idol yang berprestasi. Sudah? Masih belum. Masih ada light stick
yang dimiliki setiap grup, merchandise asli, photo book, CD konser dan banyak
lagi pernik lainnya. Belum lagi budaya memberi hadiah mahal untuk para idola
dari fans. Pride—semua itu demi sebuah kebanggaan. Karena itu, dengan segala
loyalitas yang diberikan fans, para idola ini suka bilang, “terimakasih, (nama
fandom), kalian sudah bekerja keras.”
Betapa berharganya penggemar bagi
idol Kpop. Mereka melakukan banyak hal demi idolanya. Karena itu, seakan wajib
hukumnya bagi para idol ini untuk senantiasa memuaskan penggemar. Jika dilihat
dari satu sisi, para idol ini memang diwajibkan hidup dalam ekspetasi
penggemarnya. Tidak mau merusak fantasi
para penggemar. Hell, bahkan berita dating pun bisa membuat seorang idol
ditinggalkan penggemarnya! Atau ambil contoh yang lebih simpel; lihat bagaimana
idol ini berlagak saat tampil di acara variety show. Nggak boleh jaim, harus
heboh, harus menghibur—nggak peduli jika skrip yang diberikan cenderung
mempermalukan diri sendiri. Semua demi menghibur penggemar, semua demi
menuntaskan ekspetasi penonton. Cari duit emang susah yah, oennie, oppa!
Kadang-kadang gue mikir, kenapa
orang-orang ini masih mau aja sih jadi idol? Iya sih terkenal, iya sih banyak
uang, tapi hidup mereka penuh pengekangan, baik dari fans maupun agensi. Lalu,
mereka harus selalu kompetitif—saat audisi harus bersaing dengan sesama
peserta, saat menjadi trainee harus bersaing dengan sesama trainee supaya bisa
debut, saat sudah debut harus bersaing lagi dengan grup-grup lain. See? Bahkan
dalam satu grup pun mungkin masing-masing member bersaing satu sama lain dalam
meraih popularitas yang lebih tinggi. Well, siapa yang tahu kapan tiba saatnya
sebuah grup akan bubar dan masing-masing member harus berjalan sendiri-sendiri?
Masing-masing member mesti mengejar popularitasnya sendiri-sendiri. Tapi
setelah itu gue mikir lagi, orang-orang di Asia Timur itu memang terkenal
pekerja keras dan kompetitif. Tidak menjadi idol pun, mereka harus bekerja
keras dalam bidangnya masing-masing. Sudah tau kan berapa lama murid-murid
Korea Selatan berada di sekolah? Atau bagaimana para karyawan bekerja sampai
jauh malam demi eksistensi?
Kembali ke soal hubungan fans dan
idola, ada satu istilah yang pasti nggak asing bagi fans Kpop. Yes, it’s fanservice.
And, what the hell is that?
Kurang lebih artinya adalah cara seorang idola memanjakan penggemarnya. Caranya
bisa macam-macam; memakai flower crown yang diberikan penggemar saat acara fans
meeting, mendengarkan curhatan fans, menyapa penggemar melalui media sosial, dan
masih banyak lagi. Well, yah, masih okelah kalau begitu doang yah. Tapi, coba
katakan opini elo tentang ini?
Shipping, OTP (One True Pairing) dan skinship; istilah yang merujuk pada kedekatan dua orang idola. Dalam dunia Kpop, kita bakal banyak menemukan nama dua idola direndeng menjadi satu. Ini adalah kerjaan para fans yang ‘menjodoh-jodohkan’ dua orang idola dalam satu grup berdasarkan kedekatan mereka sendiri atau bisa jadi bersumber dari keinginan para fans. Ingat, sebagai idol elo nggak mau merusak fantasi penggemar elo.
Shipping, OTP (One True Pairing) dan skinship; istilah yang merujuk pada kedekatan dua orang idola. Dalam dunia Kpop, kita bakal banyak menemukan nama dua idola direndeng menjadi satu. Ini adalah kerjaan para fans yang ‘menjodoh-jodohkan’ dua orang idola dalam satu grup berdasarkan kedekatan mereka sendiri atau bisa jadi bersumber dari keinginan para fans. Ingat, sebagai idol elo nggak mau merusak fantasi penggemar elo.
Waktu pertama kali mengetahui
fakta ini, gue mengernyit. Why, I mean, why? Bukannya Korea Selatan masih
sangat tabu menyoal isu LGBT? Terus kenapa mereka malah menjodoh-jodohkan dua
orang yang jelas-jelas satu gender? Kenapa mereka malah seakan mendapat
kesenangan melihat dua orang laki-laki atau dua orang perempuan ‘bermesraan’?
Gue tidak sedang menentang isu apapun di sini, gue hanya bingung. Why? Di satu
sisi mereka mengecam, tapi di sisi lain mereka suka. Cara begini bahkan menjadi salah satu cara umum untuk menyenangkan penggemar. Why, I mean, why?
Berbeda dengan di Indonesia,
konon katanya di Korea Selatan sentuhan dan pelukan antar sesama lelaki adalah
hal biasa. Seorang cowok memeluk cowok lainnya dari belakang atau mengelus dagu
satu sama lain di Korea Selatan tidak berarti apapun kecuali mereka sepasang bromance. Memakai barang-barang sama alias couple stuff pun jamak
dilakukan dua orang sahabat dekat. Sebegitunyalah mereka menunjukkan kedekatan
satu sama lain.
*
Shipping paling terkenal di
Mamamoo jelas adalah Moonsun; diambil dari nama Moon Byul dan Yong Sun (nama
asli Solar). Mereka bahkan punya semacam segmen tersendiri di V-live yaitu Yong
Kong Byul Kong (YKBK). Acaranya merupakan interaksi antara member Mamamoo dan
fans secara live. Fans bisa bertanya apa saja kepada Mamamoo melalui aplikasi
ini selagi mereka live.
Moonsun is real, demikian dengung
para penggemar yang yakin banget dua cewek ini lebih dari sekedar best friend
alias bener-bener two lovers. Di Youtube banyak berserakan kompilasi klip interaksi
Moon Byul dan Solar yang berusaha membeberkan fakta betapa nyatanya hubungan
cinta di antara keduanya. Lalu, sekali lagi gue bertanya-tanya, mengapa ada
orang yang get pleasure melihat dua cewek saling memandang horny satu sama
lain? Atau pada dasarnya, mengapa ada orang yang get pleasure melihat siapapun menunjukkan kemesraan di muka publik? Sekali lagi, gue tidak sedang menentang isu apapun di sini, gue hanya bingung.
Mereka ngetrip ke luar negeri
bareng, siaran live bareng dengan salah seorangnya nggak bisa berhenti bersikap
gombal ke yang lain (“Cause you’re pretty.”), pernah ketangkap basah berduaan
di kamar grup lain, nggak bisa berhenti
saling menyentuh (bahkan di area yang agak pribadi), punya segambreng couple
stuff, dan saling menunjukkan gestur cemburu jika yang lainnya berdekatan
dengan cewek lain. Ada sebuah thread yang khusus ngerumpiin Moonsun dari hari
ke hari. Gestur paling halus sekalipun dari mereka pasti tertangkap mata dan
akan coba diterjemahkan apa artinya. Semua fans mendadak memiliki insting tajam
dan kemampuan deduktif ala detektif. Dari hari ke hari makin banyak yang
percaya bahwa Moonsun is real.
Apakah ini hanya sekedar
marketing tool atau memang nyata? Di antara orang-orang yang yakin, nggak sedikit pula yang yakin ini hanya
sebuah strategi pemasaran RBW. Shipping macam apa yang bikin nama ship sendiri
(YKBK)? Seakan minta banget ‘dijodohin’. Pada awal-awal V-live, Solar bahkan
kelihatan risih banget setiap kali Moon Byul terlalu lengket sama dia.
“Insanghae,” kata Solar, yang artinya kurang lebih, “aneh banget sih ini (trik
shipping ini)!”. Dan lagi keduanya pasti paham banget setiap gerak-gerik mereka
di muka publik akan terekam rapi. Fancam di mana-mana; siap merekam kontak
badan mereka yang paling tidak kentara sekali pun, di acara mana pun. Well,
kalau pun mereka nggah ngeh, salah seorang staf di agensi mereka pasti concern. Jadi, apakah ini hanya sebuah trik pemasaran agar publik selalu memberikan
perhatian kepada Mamamoo?
Kenyataannya, gue sendiri
merasakan atensi gue terebut oleh Moonsun, betapapun gue lebih merasa related
dengan Hwasa. Gue mendapati diri gue ikut penasaran akan status hubungan
mereka. Kalau lagi ngepoin Mamamoo di IG, perhatian gue pasti lebih tertuju
oleh postingan-postingan mengenai Moonsun, ketimbang mengenai Whee In atau
Hwasa. Dalam opini gue pribadi, dibandingkan interaksi cewek-cewek di grup lain,
Moonsun memang kelihatan beda. Yang lainnya masih dalam tahap kedekatan antar
sahabat, tapi Moonsun? Yang membuat shipping satu ini berbeda adalah karena
satu di antara mereka sepertinya—sekali lagi, sepertinya—memang seorang penyuka
sesama jenis. Well, bahkan nama agensi mereka adalah Rainbow Bridge World.
Hanya kebetulan, kah? Atau memang Mamamoo diniatkan untuk membawa pesan “Love
Win”?
Smoke Rainbow |
See? Terlepas dari benar tidaknya
status cinta di antara keduanya, gue ikut terseret gelombang penasaran, yang
pada akhirnya nggak bisa berhenti untuk selalu up date berita tentang mereka.
Setiap idol butuh banyak perhatian dan cinta. Remember!
*
Penasaran akan sosok selebriti
sampai ke hal-hal personalnya sudah lama sekali nggak gue rasakan. Mungkin
sejak jamannya Meteor Garden pas SMP dulu. Cinta banget pokoknya sama Tao Ming
She dan F4. Seperti fangirl remaja lainnya, dulu itu gue juga sempet
ngebayangin jadi pengantinnya Jerry Yan. Hahahaha. Barangkali fase menggemari
seorang idola bakal sama untuk setiap remaja. Ujung-ujungnya kita bakal
berkhayal bakal berjodoh dengan sosok idola di dunia nyata. Ini hanya akan
menjadi kenangan konyol yang patut ditertawakan di masa depan.
Setelah itu, seinget gue, gue
nggak pernah stuck sama seorang selebriti. Christina Aguilera akan selalu
menjadi penyanyi favorit gue sepanjang masa, tapi apakah gue tahu apapun
mengenai kehidupan pribadinya? No! Gue bahkan tidak mendengarkan semua lagu
Christina. Gue orang yang cenderung menggemari lagu, alih-alih penyanyinya.
Lagu enak, gue dengerin. Gue bahkan jarang banget punya kesabaran untuk
mendengarkan satu full album seorang penyanyi. Paling cuma lagu-lagu hits-nya
aja.
Dan jangan tanya soal urusan pribadi
selebriti; nggak tertarik. Gue bahkan lebih bersimpati dengan orang-orang
terkenal yang memutuskan untuk tidak konek dengan medsos apapun. Atau paling
nggak bukan tipe yang always up date. Mungkin karena pada dasarnya gue old
soul. Gue sering membayangkan betapa seru dan mendebarkannya jaman dulu; jaman
sebelum medsos hadir. Seorang musisi nggak perlu posting foto di studio rekaman
sebelum melempar album baru. Kalau kita datang ke sebuah konser, maka niat kita
memang ingin menonton konser, bukannya supaya bisa check in location atau
mendapat foto bagus untuk diposting di IG.
Dengan pola pikir semacam itu,
gue merasa sangat paham dan bisa menerima sepenuhnya dengan tingkah Justin
Bieber yang ogah selfie bareng fansnya.
No Selfie |
Gue juga merasa nyaman dengan
artis yang mengambil jeda antara satu karya dengan karya selanjutnya. Bagi
musisi barat, menelurkan album dua tahun sekali pun belum tentu bisa. Dan kalau
lagi nggak masa promosi, mereka bakal jarang banget tampil di muka umum.
Artis-artis seperti ini memang artis; orang-orang yang ingin dikenal dari art
yang mereka buat. “Oh, si A yang nyanyi lagu ABC ya?” atau “Oh, si D
yang kemarin ngadain konser di stadion E itu kan?”
Coba, apakah kita tahu banyak
soal Adele? Tentang Ed Sheeran? Norah Jones?
Tapi Kpop adalah dunia musik yang
berbeda. Kpop tidak didesain untuk digemari secara biasa. Kpop adalah dunia
never ending story. Ketika kita mencoba kalem sejenak, maka detik berikutnya
pasti ada berita heboh yang minta diperhatikan. Dunia musik yang satu ini
dibuat untuk dikuntit habis-habisan, konstan dan terus-menerus. Seorang atau
sebuah idol grup mungkin baru saja melakukan kolaborasi, meng-cover lagu grup lain atau tampil di sebuah
variety show. Maka sebagai fans kita merasa perlu menyaksikan semuanya, lalu
mengulik idol-idol lain yang terlibat dengan idol kesukaan kita. Begitu terus
sampai akhirnya pengetahuan kita akan grup idol sedemikian luasnya.
Kpop, menurut gue, didesain untuk
digilai habis-habisan, yang kadang berujung pada budaya pengkultusan alias
fetishism. Setiap saat bermunculan video fancam. Setiap waktu bermunculan video
keseharian idol yang dirilis resmi oleh agensi. Setiap saat bermunculan
foto-foto terbaru idol sedang menghadiri acara tertentu. Setiap hari
bermunculan catatan-catatan pendek dari idola untuk para penggemar di fancafe.
Setiap waktu bermunculan video-video kompilasi kocak tentang idol yang dibuat para Youtuber. Pada akhirnya, kita bukan cuma bakal menggemari lagu-lagunya, tapi kita sekaligus
dibuat terpesona oleh apapun mengenai idola kita. Ya cara bicara, cara
berjalan, cara berpakaian, cara tertawa, dan bahkan cara menggaruk badan! Dengan kulit
selicin porselen dan gaya busana modis, lalu ditambah sikap imut-imut, kita
bakal dibuat setuju kalau idol-idol ini memang sebegitu adorable-nya. Apapun
tentang mereka pasti mengagumkan. Setiap lekuk tubuh sang idola adalah mahakarya yang patut dipuja-puji. Astaga, mereka pake baju longgar dengan lengan kepanjangan pun keren... lah, kalau kita yang make???
Saking mengikatnya dunia Kpop—dan
kita tersadar betapa berbedanya budaya Indonesia dan Korea Selatan—maka banyak
pula berserakan artikel-artikel tentang memensiunkan diri sendiri dari
hingar-bingar Kpop. Karena Kpop memang membuat seseorang kecanduan. Begitu kenal Kpop, sahabat sejati adalah hape, laptop dan wifi. Bawaannya pingin ngepoin si idola terus di dalam kamar sendirian. Semua tentang idola adalah definisi kesempurnaan. Buntutnya, kehidupan sendiri terasa nggak lebih menarik ketimbang kehidupan sang idola.
Artikel tentang pensiun dari
Kpop. Mantan fangirl. You can find about this easily. Sebaliknya, apakah ada
orang-orang yang merasa perlu berhenti menggemari musik western? British Pop? Sepanjang
pengetahuan gue, nggak ada.
*
Kalau fans grup idol lain masih
berkutat di persoalan bisakah idola mereka bernyanyi, maka Mamamoo sudah tidak
bermain di area itu. Siapa yang berani meragukan kemampuan vokal keempat cewek
ini? Di antara grup-grup Kpop mainstream yang banyak bertebaran, Mamamoo seakan
memiliki liga sendiri. They have their own league. Grup senior pun belum tentu
bisa menyamai kemampuan vokal dan stage act Mamamoo.
Dengan skill mumpuni yang tidak
perlu diragukan lagi itulah gue heran mengapa perlu ada
Moonsun—jika benar shipping ini hanya sekadar marketing tool.
Gue membayangkan Hwasa, sebagai member yang kayaknya paling ogah berurusan
dengan tetek bengek nonsens, bakal misuh-misuh dengan perasaan sakit hati,
“Menurut elo berdua bagaimana orang bakal mengasosiasikan Mamamoo mulai dari
sekarang? Bagaimana orang-orang akan mengenali Mamamoo? Oh yang nyanyi ‘Yes I
Am’? Oh yang ketjeh banget penampilannya di Immortal Song? Nggak! NGGAK! Mulai
sekarang orang bakal taunya Mamamoo itu sekedar grup idol cewek yang dua
membernya punya hubungan spesial! Begitu doang! Nggak penting lagi kita bisa
nyanyi atau nggak! Orang-orang bakal cuma terfokus sama hubungan rahasia kalian
doang!”
Yes, why? Bukankah hanya
artis-artis yang kurang andal yang membutuhkan gimmick semacam itu? Ah, emang dasar gue terlalu old soul. Terlalu mementingkan kemurnian. Padahal Mamamoo
is still a part of Kpop. Betapapun mereka menunjukkan diri sebagai grup yang
berbeda, mereka tetaplah bagian dari komunitas Kpop. Artinya, mereka bakal
tetap mengikuti aturan main grup idola. Setidaknya agensi—sebagaimana
perusahaan bisnis—akan memastikan jualan mereka tetap menarik perhatian
sehingga terus menghasilkan uang. Dan trik-trik pemasaran memang sah-sah aja,
kan? Apalagi kenyataannya, di Korsel sana, Mamamoo belum benar-benar menjadi
grup cewek nomor satu. RBW dan Mamamoo masih harus bekerja lebih keras lagi.
(Dan Moomoo juga!)
Suka banget dengan postingannya.
BalasHapusAku juga sangat penasaran dengan hubungan moonsun. Walaupun selalu menyakinkan diri kalau mereka hanya sekedar sahabat yang terlalu lengkat , tapi terkadang goyah saat melihat kemesraan mereka yang berbeda dari sahabat pada umumnya.
Halo, terima kasih sudah mampir dan meninggalkan komentar. Jangan lupa mampir ke part 1 postingan tentang Mamamoo di link ini ya :)
Hapushttps://jurnalnovia.blogspot.com/2017/10/i-say-mama-mamamooo.html