Kayaknya saya cocok nih nonton
drama-drama JTBC. Setelah Sketch, saya juga nonton drama Miss Hammurabi yang
tayang di JTBC setiap Senin-Selasa dari tanggal 21 Mei sampai dengan 16 Juli
2018 dengan jumlah episode sebanyak 16. Drama bertema hukum ini ditulis sendiri
oleh Moon Yoo Seok yang berprofesi sebagai hakim. Miss Hammurabi diangkat dari
novel berjudul sama yang ditulis oleh Moon Yoo Seok pula. Konon drama ini
sangat populer di Korea karena mengangkat hal-hal yang sesungguhnya terjadi di
dunia peradilan negara tersebut. Cerita yang ditulis oleh profesional yang
benar-benar pernah menjalani profesi yang dikisahkan memang beda ya. Sangat
meyakinkan dan “asli”.
Sinopsis Singkat
Im Ba Reun (diperankan oleh Kim
Myung Soo/L Infinite) bekerja sebagai hakim pembantu di pengadilan kasus
pidana. Setelah beberapa waktu Ba Reun dipindahkan ke pengadilan kasus perdata.
Pada hari pertama di departemen baru ia bertemu dengan seorang gadis yang
pernah ditaksirnya semasa SMA yaitu Park Cha Oh Reum (diperankan oleh Go Ara).
Tapi Oh Reum yang dulu diingat Ba Reun sangat bertolak belakang dengan sosok Oh
Reum yang sekarang. Oh Reum semasa SMA adalah gadis pendiam dan cenderung
penakut, sementara Oh Reum yang sekarang adalah sosok percaya diri yang tak
segan membela kebenaran. Dalam perjalanan mereka ke pengadilan negeri
menggunakan kereta, Oh Reum menghentikan peristiwa pelecehan seksual yang
dilakukan seorang professor. Video saat Oh Reum menghajar si professor itu tak
dinyana menjadi viral di masyarakat, tak terkecuali di lingkungan pengadilan.
Rupanya Ba Reun dan Oh Reum
bekerja di departemen yang sama yaitu Departemen 44. Mereka menjadi hakim
pembantu untuk hakim majelis yang terkenal nyeleneh namun bijaksana bernama Han
Se Sang (diperankan oleh Sung Dong Il). Dalam menyelesaikan kasus, ketiganya
dibantu oleh seorang panitera perempuan yang sangat dinamis dan kompeten namun
misterius bernama Lee Do Yeon (diperankan oleh Lee Elijah). Selain itu ada
beberapa panitera lain dan seorang sekuriti perempuan yang turut membantu di
pengadilan. Departemen 44 juga sering diramaikan oleh Jung Bo Wang (diperankan
oleh Ryu Deok Hwan), teman SMA Ba Reun yang kini menjadi hakim pembantu pula.
Bo Wang adalah seseorang yang pandai bergaul dan pandai mengambil hati para
hakim senior. Ia juga merupakan sosok yang tahu segala hal yang terjadi di
pengadilan.
Dunia peradilan tak seindah, dan
bahkan tak seadil yang dibayangkan. Oh Reum memutuskan menjadi hakim karena
ingin mengubah wajah pengadilan yang tajam ke bawah, tumpul ke atas. Namun bagi
Ba Reun, rekan kerjanya itu tak realistis. Dengan sinis Ba Reun berkata ia
menjadi hakim semata untuk mencari nafkah. Tujuannya menjadi hakim karena ingin
memperoleh pekerjaan yang tidak bisa dipecat secara pihak.
Kasus perdana yang ditangani trio
hakim Departemen 44 bukan kasus besar dan mencekam seperti umumnya kasus
pidana. Kasus yang mereka tangani umumnya tentang perselisihan antar saudara,
sengketa tanah, kontrak kerja, pelecehan seksual dan mal praktik. Oh Reum
sering mendapati dirinya terbawa oleh setiap kasus. Seperti kata Ba Reun, Oh
Reum cenderung menjadikan setiap kasus sebagai masalah pribadi. Ba Reun bilang
dengan sikap seperti itu Oh Reum tak akan bertahan lama menjadi hakim.
Sebenarnya, Oh Reum bahkan pernah menjadi korban pelecehan seksual. Karena
itulah Oh Reum menjadi sangat sensitif jika berurusan dengan kasus pelecehan
seksual serta kasus yang melibatkan wanita.
Selain menghadapi kasus yang
sering kali sulit diputuskan secara adil dan menyenangkan semua pihak, Oh Reum juga
menemukan ketidakadilan di lingkungan pengadilan itu sendiri. Ia melihat sesama
hakim yang digencet hakim majelisnya agar segera naik jabatan, hakim yang
terkenal bijaksana namun rupanya tersangkut kasus penyuapan, hakim senior yang
senang cari muka, hakim senior yang suka mencuri ide hakim junior, dan hakim ketua yang sangat mementingkan
martabat pengadilan.
Setelah menangani banyak kasus
dan sering memprotes pengadilan serta mengambil tindakan-tindakan berani yang
cenderung kontroversial, Oh Reum menjadi salah satu hakim yang terkenal. Ia
merepresentasikan seorang feminis sejati yang membela hak-hak perempuan. Saat
menangani kasus pembunuhan seorang suami yang sering menganiaya istrinya,
publik mencerca Oh Reum dan mengatakan bahwa putusan sudah jelas: Oh Reum pasti
membela si istri.
Realistis Sejak Episode Pertama
Sejak episode pertama, drama Miss
Hammurabi sudah mengetengahkan hal-hal yang asli, sesepele bahwa faktanya hakim
di Korea sudah tidak lagi menggunakan palu saat memvonis sebuah kasus. Sepele,
namun makin membuat drama ini tampak tidak mengada-ada. Apalagi kasus yang
diambil adalah perdata (meski beberapa kali diceritakan Departemen 44 mendapat
limpahan kasus pidana). Tahu sendiri kan kalau kasus pidana paling mudah di-blow up untuk mendapat efek dramatis dan bombastis. Hmm, saya selalu suka
hal-hal yang bersahaja, terutama, maaf, di drama Korea yang seringkali suka
terlalu menonjolkan diri sendiri, golongan atau negaranya.
Kim Myung Soo pas banget
membawakan karakter Ba Reun yang sinis, namun sebenarnya sangat realistis dan
menjunjung prinsip. Saya paling suka monolog dari karakter Ba Reun di
episode-episode awal. Ia bicara dengan nada sepi tentang bagaimana manusia
hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia sendiri tumbuh dari keluarga jomplang,
di mana ibunya sibuk ke sana kemari mencari nafkah sampai terkadang harus
merendahkan diri sendiri demi memperoleh bantuan dari keluarganya untuk
pendidikan Ba Reun, sementara ayahnya adalah mantan jurnalis yang sejak dipecat
sering mabuk-mabukan. Bagi Ba Reun, ayahnya hanyalah orang yang suka sok
berintegritas dan berlagak ingin menjadikan bumi menjadi tempat yang lebih
nyaman untuk ditinggali. Kenyataannya, ayahnya hanya orang yang sibuk bermimpi
sementara orang lain bekerja keras menggerakkan roda kehidupannya sendiri. Ada
satu kalimat nyelekit yang disampaikan Ba Reun ke ayahnya yang kira-kira isinya
begini, “Dunia ini dibangun oleh orang-orang yang bekerja keras selagi
orang-orang seperti ayahnya hanya sibuk berandai-andai.”
Kalau dari beberapa review yang
saya baca bilang kalau Miss Hammurabi bikin boring di episode-episode awalnya,
saya justru bilang episode-episode perdananya adalah yang juara. Kocak waktu
ketiga hakim pusing duluan sewaktu penggugat dan tergugat malah berantem di
ruang pengadilan. Sewaktu Oh Reum mengajak Ba Reun dan Bo Wang ke pasar juga
jadi adegan yang lucu banget. Dari sini Oh Reum mau memberitahu bahwa pelecehan
seksual terjadi karena superioritas pelakunya, makanya korban bisa saja
laki-laki, nggak mesti perempuan. Dan meski cuma kata-kata godaan dan lirikan
mesum pun, jika si korban tidak merasa nyaman, sudah bisa dikategorikan sebagai
pelecehan seksual. Sayangnya, seperti yang terjadi di Indonesia pun, pelecehan
seksual masih sering dianggap sepele.
source |
Karakter favorit saya salah
satunya adalah si socialable Jung Bo Wang. Kocak, apalagi kalau lagi adu mulut
sama Ba Reun. Interaksi dan kisah cintanya dengan Lee Do Yeon pun menghibur.
Ada satu kalimat dari Do Yeon yang nyess buat saya karena kurang lebih related
dengan kehidupan saya. Waktu itu ceritanya si Do Yeon nanya ke Bo Wang tentang
apa yang membuat Bo Wang tertarik padanya. Dan waktu Bo Wang bilang karena Do
Yeon cantik dan mempesona, si Do Yeon agak sebel tapi kemudian bilang,
“setidaknya itu ungkapan yang tulus”. Wah!
Duh!
Duh!
Tentang Dunia yang Ideal
source |
Miss Hammurabi punya tiga pilar
besar, yaitu hasrat (diwakili sosok Park Cha Oh Reum), prinsip (diwakili sosok Im Ba Reun) dan kebijaksanaan (diwakili sosok Han Se Sang). Ketiganya memilki
tujuan yang sama, yaitu mendapat putusan yang adil. Namun ketiganya sering
berbenturan karena perbedaan cara pandang ini.
Kalau di drama My Ahjussi, IU
bilang bahwa dramanya berbicara tentang realita yang terjadi, dan bukan hendak
mengawang-awang penonton dengan ide “begini loh seharusnya hidup itu”, maka di
Miss Hammurabi berbicara tentang “begini loh idealnya dunia peradilan itu”. Di
satu sisi, drama ini ingin mengobarkan semangat bahwa kalau nggak ada yang
mulai bicara yang benar, mau kapan lagi? Mau situasi pengadilan tetap berat di
pihak yang punya kuasa terus? Tapi di sisi lain, melihat realitanya, drama ini—terutama
di episode-episode pamungkas—memberi ide tentang bentuk ideal suatu dunia
peradilan yang memang utopis.
Awal-awal saya merasa drama ini
keren banget. Saya nggak peduli minim love line dari leads-nya. Tapi makin jauh
saya justru merasa kurang sreg dengan ceritanya. Villain-nya dibikin hitam
banget; pokoknya nggak ada cela untuk menunjukkan bahwa dia juga manusia.
Sementara itu karakter Ba Reun sebetulnya sudah agak bias juga kan memandang
suatu masalah, karena perasaan sukanya terhadap Oh Reum? Pandangan Ba Reun
menjadi kabur, dan bagi dia apapun yang dilakukan Oh Reum sudah pasti benar.
Dan asli kalau ada sosok Oh Reum
di dunia nyata, dia itu termasuk orang yang nyusahin nggak sih? Dalam beberapa
kesempatan Oh Reum memang diomelin Han Se Sang karena lebih suka pakai perasaan
daripada nalar, tapi belakangan semua orang dukung dia. Pokoknya pandangan dia
yang paling benar. Ya, mungkin memang benar, dan itu kan salah satu pesan yang
ingin disampaikan drama ini bahwa kalau bukan sekarang kita menegakkan keadilan
dan menyingkirkan kekeliruan dengan alasan “sudah terbiasa”, lalu kapan lagi? Tapi efek
dari tindakan penegakkan keadilan nan berapi-api ala Oh Reum merembet
kemana-mana, dan nggak jarang malah nyusahin orang yang berusaha ditolongnya. Apakah setiap penyimpangan harus di-blow up terus?
Seperti pendapat Knetz tentang
drama ini yang pernah saya baca, karakter Ba Reun adalah yang paling nyata. Ba
Reun punya prinsip tersendiri, dan meski dia bukan tipe yang senang menolong
orang lain, tapi dia berusaha supaya lingkungannya nggak sedikit pun mengubah
prinsip yang dipegangnya. Sounds real, right? Dan ya ampun, emang orang Korea
itu kerja lembur bagai quda banget yaa. Kerja lembur sampe tengah malem, trus
kadang-kadang masih lanjut minum-minum dulu. Ddabong!!
Recommended?
Saya nonton Miss Hammurabi secara
on going alias nungguin dengan sabar setiap minggu. Salah satu yang keren dari
drama ini—dan saya mulai berpendapat inilah salah satu keunggulan drama
keluaran JTBC—adalah original sountrack-nya. Waktu pertama kali denger dan
mengiringi monolog sepi dari Im Ba Reun, saya langsung jatuh cinta sama
lagunya.
“It’s all right, it’s all right, oh please don’t say you’re sorry.”
Kenapa ya, mendengar seseorang
bilang ke kita bahwa “nggak apa-apa” —it’s fine, it’s all right, it’s okay—itu
melegakan banget? Bahkan dari sebuah lagu yang kalau didengar lagi tiap
liriknya bukan mutlak tentang orang yang lagi bilang “nggak apa-apa” ke orang
yang hidupnya lagi berantakan berat.
“Nggak apa-apa, sis, hidup memang pahit.
Nggak apa-apa. Nggak harus kok jadi orang yang tegar mulu. Nggak apa-apa
sesekali merasa marah. Itu manusiawi. Kamu sudah berbuat banyak. Kamu sudah bekerja keras.”
Hah.
Tsah.
Emosional kalau sudah ada yang bilang "it's all right" di latar belakang.
So? Saya suka kok drama ini.
Bagus, walau ya itu tadi, belakangan cukup menyebalkan. Hehehe. Selamat
menonton!
Setujuu banget, agak terganggu dengan karakter utama ceweknya dari episode awal. Merasa dia egois banget gitu membela dengan membabi buta tanpa liat dampak buat yg lain
BalasHapusHalo. Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan komentar.
Hapus