Selasa, 14 September 2021

Hanya Modal Berani


Mari saya beritahu satu rahasia kecil saya: saya bukan orang yang percaya diri. Sebaliknya, saya orang yang sering merasa rendah diri. Jika melongok jauh ke masa lalu, hidup saya seringnya begitu: hanya modal berani.


Seharusnya ini perkara mudah. Bukankah hidup saya selalu begitu? Tidak cantik, tidak berharta, dan tidak cerdas luar biasa; hanya bermodal berani. Hanya terus meyakinkan diri bahwa tidak ada yang bisa saya lakukan untuk bertahan hidup selain menguatkan diri. Sepahit apapun, semenyakitkan apapun, sememalukan apapun; pada akhirnya saya hanya punya diri sendiri untuk diandalkan. Pada akhirnya pilihan yang tersedia hanya... hadapi saja! 

Jadi, bukankah seharusnya saya sudah sangat terlatih?

Seharusnya memang ini perkara gampang untuk saya... tidak, tidak juga. Dulu saya punya Mama. Dulu saya tidak mengalami tragedi ditinggal dengan cara menghancurkan hati seperti ini. Tidak semua hantaman membuatmu bertambah kuat; beberapa justru melemahkanmu. Jangan percaya mentah-mentah semua kata-kata bijak di internet. Episode-episode kehilangan orang terkasih tidak mungkin tidak merapuhkanmu. Kita manusia adalah makhluk yang lemah.

Ketika sendirian menyusuri jalan-jalan sepi nan terik di area perumahan saya, begitu saja saya merasa miris. Sungguh sunyi dan sepi. Kesadaran bahwa inilah realita masa depan yang harus saya jalani membuat saya merasa lebih miris lagi. Kesunyian dan kesendirian tidak pernah terasa semenakutkan ini. Ah, bagaimana mungkin? Saya introvert sejati yang justru mesti "bertapa" untuk mengisi daya. Hanya saja, sejak dua bulan lalu, makna kesunyian sudah terevisi habis-habisan di dalam kamus hidup saya.

Sebatang kara mungkin istilah yang berlebihan. Tapi, tanpa perlu mendramatisir pun, kenyataannya, saya tertinggal sendirian di Kartu Keluarga. Saya yatim piatu lajang di antara saudara-saudara yang sudah memiliki KK masing-masing. Saya ingat saat masih bolak-balik menunggui Mama di RS, air mata saya akan jatuh berlinang-linang tiap kali istilah 'sebatang kara' tercetus dari bibir saya. Well, sekarang mungkin saya sudah lebih ahli menahan air mata agar tidak jatuh setiap waktu, tapi istilah tersebut masih tetap terasa begitu getir.

Kata orang, dunia tidak akan menunggumu. Dunia tidak peduli seperti apa bentuk hatimu sekarang, tidak peduli apa yang kau alami di tanggal 14 Juli 2021, tidak peduli kau setuju atau tidak--pilihan yang kau punya hanyalah untuk menghadapi saja apapun di depan.


2 komentar:

  1. Mbk.. salam kenal... maaf, tiba-tiba mampir di blog ini karena baca review drama Mr Sunshine..tapi jadi baca yang lain juga.. tulisan mbk bagus-bagus, mengalir, dan aku menikmatinya. Aku pingin bisa menulis sebagus ini, tapi masih belum bisa. Aku juga yatim piatu, sejak belasan tahun lalu, dan.. masih lajang juga. Sedikit banyak aku bisa ngerasain perasaan mbak, walau bedanya aku anak pertama. Tetap semangat ya mbk.. Semoga mbk bisa segera bertemu seseorang yang akan mewarnai kehidupan mbk dan akan lebih bahagia.. Aamiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo. Terharu sekali membaca doa kamu. Amin paling serius! Doa yang baik-baik juga untuk kamu. Terima kasih juga sudah mampir dan menyempatkan untuk meninggalkan komentar. Have a nice day!

      Hapus