Minggu, 17 April 2022

Review Drama Korea: TWENTY-FIVE TWENTY-ONE (2022)



Tontonan, dari negara manapun, memang ampuh sebagai tujuan melarikan diri sejenak dari dunia nyata. Saya sendiri masih suka takjub melihat berapa banyak ulasan serial yang saya tulis di blog ini setiap bulannya sejak Februari lalu. Dan kali ini saya mau tulis ulasan drakor Twenty-Five Twenty-One yang nge-hype banget di awal tahun ini. Saya ngebut 14 episode tepat seminggu sebelum dua episode final tayang demi nggak kena spoiler yang pasti bersiliweran sejagat Twitter. 


Sinopsis Singkat

Pada tahun 1998, krisis ekonomi melanda seluruh dunia. Banyak perusahaan bangkrut dan orang-orang kehilangan pekerjaan. Baek Yi-jin (Nam Joo-hyuk), seorang putra pengusaha kaya raya, turut terdampak situasi tersebut. Perusahaan ayahnya bangkrut dan dengan terpaksa ia harus hidup berpencar dari anggota keluarganya. Demi bertahan hidup, Yi-jin melakukan semua pekerjaan paruh waktu apapun yang tersedia, mulai dari loper koran hingga menjaga kios penyewaan komik.

Dalam satu kesempatan, Yi-jin bersua dengan Na Hee-do (Kim Tae-ri), remaja 18 tahun yang bermimpi menjadi atlet anggar. Namun seperti Yi-jin, krisis ekonomi juga melibas mimpi Hee-do. Klub anggar di sekolahnya tiba-tiba dibubarkan demi menghemat anggaran sekolah. Tidak ingin menyerah akan mimpi-mimpinya, Hee-do lantas melakukan segala cara agar dipindahkan ke SMA Taeyang. Di SMA umum itu klub anggar tidak akan dibubarkan karena Ko Yu-rim (Bona), atlet anggar peraih medali emas di ajang olimpiade.




Pada masa kini, Kim Min-chae (Choi Myung-bin), putri Na Hee-do (Kim So-hyun), menemukan buku harian ibunya saat ia menginap di rumah neneknya. Dari buku harian itulah, Min-chae menemukan kisah perjuangan hidup ibunya sekaligus kisah cinta pertama ibunya dengan Yi-jin.

 

Finding Mr. Kim

Alternatif judul untuk drakor TVN yang satu ini pastilah Finding Mr. Kim. Gimana nggak, dari episode awal sampai episode akhir, para penonton terus dibuat bertanya-tanya, siapa sih bapaknya Min-chae? Kenapa dia bermarga Kim dan bukannya Baek? Kemana itu si Mr. Kim yang bikin deg-degan satu fandom Twenty-Five Twenty-One? Yi-jin ganti marga kali nih jadi Kim, masa sih udah seindah itu kisah cintanya sama Hee-do trus ujug-ujug nggak end game?

 

Happy end?

 

Wkwkwk. Salah satu asyiknya nonton drama on going ya gini; ikut ngerasain hebohnya para penonton bikin teori segala macem yang bikin kita makin dag-dig-dug menunggu ending. Keputusan tepat banget sih saya maraton nonton sebelum episode-episode pamungkas. Coba kalau betulan nungguin kelar tayang, bisa males nonton duluan gegara terpapar spoiler.


Coming of Age

Seperti yang saya baca-baca di artikel wawancara para pemainnya, khususnya Bona, dalam menanggapi ending yang mengecewakan penonton, Twenty-Five Twenty-One sejatinya drama tentang kehidupan anak muda; tentang bagaimana orang-orang ini bertumbuh, bertahan dan memaksimalkan potensi yang mereka punya.

 

Poster khas coming of age

 

Di samping tokoh utama, drama ini juga menceritakan tiga karakter dewasa muda lain. Ada Ko Yu-rim si atlet anggar peraih medali emas yang hidupnya melarat dan menanggung banyak hutang. Awalnya Yu-rim memusuhi Hee-do karena takut tersaingi, tapi kemudian keduanya bersahabat dekat dan saling mendukung. Pada satu titik, peran Yu-rim mendapat spotlight sewaktu dengan terpaksa ia menerima tawaran naturalisasi dari Rusia demi uang.

Lalu ada karakter Moon Ji-woong (Choi Hyun-wook), pacar Yu-rim yang pede abis dan kocak, tapi sekaligus seorang pendukung yang hebat. Kemudian ada Ji Seung-wan (Lee Joo-myung), si gadis pintar sahabat Ji-woong. Dalam hidupnya yang serba tahu, Seung-wan sering dihinggapi perasaan bosan sebagaimana sering dialami orang-orang jenius: segalanya sudah ia ketahui, dan karenanya dunia tampak membosankan. Jiwoong dan Seung-wan mungkin satu dari sedikit kasus sobat cewek-cowok yang nggak berakhir jadian.

 

Kim Tae-ri dan Nam Joo-hyuk

Saya tertarik nonton karena ada Tae-ri. Sejak lihat poster doi pake baju kodok, saya sudah berminat nonton walau ketunda-tunda terus. Girl is never dissapointed. Sebagai Hee-do pun Tae-ri sukses banget. Dia yang udah berumur 30 tahunan ternyata masih cocok banget meranin tokoh anak SMA. Penampakan baby face-nya adalah satu hal, tapi kemampuan akting adalah hal lain lagi. Yakin deh kalau nggak dipegang aktris yang jagoan, karakter Hee-do mungkin bakal tampak nyebelin dan sok imut. Di tangan Tae-ri, Hee-do kelihatan segar sebagai remaja aneh yang tergila-gila pada komik, ceria, polos, sekaligus bertekad baja. Hee-do juga bukan tipe tokoh utama yang baik hati dan penyabar mampus; tokoh utama kita ini malah nggak tinggal diam saat dirundung. Motto hidup Hee-do memang melawan mati-matian.

Di lain pihak ada Joo-hyuk yang keluar sebagai pria idaman dari drakor yang biasanya kelewat ngayal. Saya baru kali ini nonton performa Joo-hyuk dan saya suka banget. Setiap episodenya kita akan melihat perkembangan karakter Yi-jin; dari si anak muda tersakiti yang dari sorot matanya menyiratkan penderitaan, hingga akhirnya bangkit perlahan-lahan meraih apapun yang terjangkau tangannya. Yi-jin bukan karakter sempurna paripurna, ada kadanya ujian hidup bikin dia menyerah dan kabur dari masalah. Tapi justru karena itu karakternya terlihat lebih realistis.  



Satu hal yang bagus dari pairing ini adalah bahwa hubungan keduanya beranjak perlahan, nggak ujug-ujug romansa, apalagi mengingat waktu pertama ketemu, Hee-do masih di bawah umur. Di awal-awal nggak ada kontak fisik yang gimana-gimana; cukup memperlihatkan kedua orang ini saling mendukung satu sama lain. Siapa yang nggak ngakak sewaktu Hee-do kegeeran mengira Yi-jin mau nge-piggyback dia, lalu berakhir seperti ini...

 


 

Atau adegan dumb and dumber sewaktu Yi-jin dan Hee-do main kartu taruhan dan berakhir Yi-jin dapet kotak pensil warna pink. Asli deh, ekspresi Tae-ri di sini passs banget. Itu salah satu adegan kocak favorit saya di drama ini. Kenyataannya, adegan komedi yang bikin ngakak di drama ini banyak banget. Siapa yang bisa melupakan adegan ikonik sewaktu Hee-do nangis-nangis pas ketahuan Yi-jin ngegambar sendiri komik Full House yang dirobek ibunya? Atau adegan sewaktu Yi-jin mengira Hee-do bakal mencium dia untuk kedua kalinya?

 

Recommended?

Kalau boleh mengungkap kekurangan drama ini mungkin adalah durasinya. Tapi ini preferensi pribadi sih, saya kadung merasa pas dengan drama durasi 50-an menit per episode. Bandingin sama Twenty-Five Twenty-One yang di kisaran 70 - 75 menit. Kerasa panjang banget buat penonton maraton kayak saya. Kapan kelarnya sih? Mau lompat ke episode berikutnya gitu loh.

Hal lainnya yang cukup mengganjal adalah fakta Hee-do nikah di usia 26 tahun. Entah ya, saya sih bukan bagian dari penonton yang kecewa dengan ending, hanya aja agak heran Hee-do kewong di umur segitu. Kayak keluar dari karakter Hee-do yang apapun dilakukan sepenuh hati. Jadi, kok bisa dia move on secepat itu untuk kemudian punya Min-chae?

Well, apapun, drama 16 episode ini sangat bagus. Akting pemainnya semuanya bagus dan pas. Nuansa retronya dapet. Komedinya banyak dan on point berkat akting para pemainnya. Kisah perjuangan masing-masing tokohnya menginspirasi sekaligus hangat. Cerita anggarnya buka tempelan semata; seimbang dengan cerita cinta dan persahabatannya. Pokoknya layak untuk kamu kasih kesempatan. Yuk, nonton!  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar