Selasa, 17 Mei 2022

Review Dorama Jepang HE'S EXPECTING (2022)


 

Twitter memang secandu itu. Saya sering banget lupa waktu nge-scroll Twitter dan tau-tau aja udah makan waktu dua jam! Kalau sudah begitu suka nyesel sendiri; kalau waktunya dipake buat nonton serial atau film, saya bakal punya bahan untuk nulis ulasan di blog ini atau di Movienovi. Sebuah sesal yang tiada guna karena besok-besok diulangi lagi. Wkwkwk. Makanya saya demen banget kalau ada serial yang episodenya sedikit dan durasinya pendek-pendek. Kayak serial yang bakal saya bahas kali ini. Dorama original Netflix He's Expecting cuma punya 10 episode dengan durasi masing-masing 25 menit aja. Selera saya banget!

 

Sinopsis Singkat

Pada sebuah masa di mana mulai umum laki-laki hamil dan melahirkan, Kentaro Hiyama (Takumi Saito) mendapati dirinya hamil. Sebagai lelaki bebas dengan karir di bidang periklanan yang sedang menanjak, kehamilan ini jelas tidak diinginkan Kentaro. Ritme kerjanya seketika berantakan seiring hormon tubuhnya yang naik-turun selayaknya ibu hamil. Kentaro sering kali merasa cepat lelah, tidak fokus dan mual-mual. Sudah begitu bajunya hampir selalu basah tiap kali puting payudaranya mengeluarkan asi. Tanpa banyak pertimbangan, Kentaro memutuskan untuk menggugurkan janinnya. Namun untuk melakukan prosedur tersebut, Kentaro mesti mendapat tanda tangan pasangannya.

 


 

Setelah mengecek jadwal hariannya—yang juga include jadwal pertemuan-pertemuannya dengan perempuan dalam gaya friends with benefit—Kentaro meyakini bahwa janinnya adalah anak Aki Seto (Juri Ueno). Aki yang sama-sama mementingkan karir juga mulanya tak menginginkan anak. Ia dan Kentaro bahkan tidak pernah terikat hubungan pacaran. Namun ketika memikirkan ulang perihal aborsi, Aki mulai merasa bahwa memiliki anak kandung tanpa harus hamil dan melahirkan adalah sebuah berkah. Jadi, mereka mungkin bisa mempertahankan janinnya? Dari sisi Kentaro sendiri pun kehamilannya bisa menguntungkan, mengingat proyek iklan yang sedang digarapnya mengusung tema keberagaman.

Pemikiran Aki ini membuat Kentaro marah besar. Katanya, melahirkan atau menggugurkan akan sama beresikonya untuk tubuhnya. Aborsi pun bukan pilihan mudah untuk Kentaro. Namun Kentaro terenyak ketika nakes memberitahunya bahwa ia mesti mengurus dokumen kematian janinnya, merujuk usia kehamilannya yang sudah 12 minggu. Dalam masa kebimbangan ini Kentaro bertemu dengan bapak hamil lainnya, yang membuatnya akhirnya bisa berbagi kerisauan.

Kentaro akhirnya menempuh langkah berbeda dari rencananya semula. Bukan hanya tidak jadi aborsi, Kentaro bahkan mengajukan diri sebagai model pria hamil dalam konsep iklan keberagaman yang sedang digarap perusahaannya. Lalu, ketika dunia sudah mulai percaya pada fenomena kehamilan pria, Kentaro juga menginisiasi pengembangan aplikasi online, tempat para bapak hamil bisa berbagi pengalaman dan bahkan mengadakan pertemuan langsung.

 

Surreal

Nonton He's Expecting tuh berasa aneh, absurd sekaligus lucu. Serial ini nggak menjelaskan dari segi ilmu pengetahuan tentang bagaimana pria bisa hamil. Fokusnya bukan di situ. Pokoknya Kentaro dan Aki hidup di zaman yang SUDAH memang begitu adanya—pria hamil adalah sebuah keniscayaan. Nggak urus soal ovum, sperma, atau rahim. Pokoknya, bisa! Menjelang episode akhir pun bakal ada twist tentang eksistensi Kentaro yang berkaitan erat dengan fenomena pria hamil.

Pun serial ini tampak tidak berusaha membawa isu woke movement. Tapi itulah, saya sendiri jadi bingung dengan apa yang sebetulnya coba disampaikan serial ini. Switch gender roles? Maybe. Lucu juga ngeliat Kentaro tiduran sewaktu USG, sedangkan Aki berdiri di sebelahnya. Atau sewaktu Aki nanya, "benarkah itu anakku?". Wkwkwk. Tidakkah seperti kejadian umum di mana laki-laki mempertanyakan apakah si jabang bayi di dalam perut perempuan adalah benar darah dagingnya. 




Atau mungkin mau menyindir patriarki? Bisa jadi. Karena biarpun akhirnya laki-laki yang hamil, rupanya beban membesarkan anak dan merelakan karir demi mengurus si buah hati masih diberikan ke perempuan doang. 

Tapi, mungkin satu hal ini benar adanya sebagai nilai moral yang bisa diambil dari dorama He's Expecting: keep being alive, jangan menjadikan anak sebagai penghalang progres diri sendiri. Terdengar egois? Bagi kita orang Indonesia, mungkin. Tapi untuk masyarakat Jepang yang emoh nikah dan punya anak, pesan semacam ini boleh jadi malah menyemangati orang-orang untuk mau berkeluarga. Kayak Kentaro dan Aki gitu; pokoknya sepakat membesarkan anak mereka bareng-bareng tanpa harus mengorbankan impian pribadi masing-masing.


Manga

Sama seperti Keitaro Lives Alone, He's Expecting juga diangkat dari cerita komik alias manga. Judulnya Hiyama Kentaro no Ninshin. Tapi, nggak seperti nuansa dorama Keitaro yang komikal banget, He's Expecting justru terlihat seperti drama modern pada umumnya. Tapi, mengingat tema ceritanya sendiri, dorama satu ini masih 'sangat Jepang' alias weird. Bukan dalam artian yang jelek, cuma aneh dan absurd aja.




Juri Ueno

Wah, saya naksir banget sama karakter Aki. Dia adalah wanita karir umur 30-an pada umumnya yang masih menghadapi tuntutan masyarakat tentang pernikahan dan anak. Tapi Aki, barangkali seperti banyak wanita Jepang masa kini, juga sudah tidak tertarik dengan konsep pernikahan dan punya anak. Dan dia percaya diri dengan prinsipnya itu. Nggak seorang pun bisa memaksanya untuk menanggung peran gender yang tak lagi relevan. Dia mampu berpikir untuk dirinya sendiri, namun di saat yang sama tidak menampik tanggung jawab.

Saya pun suka banget dengan cara berpenampilan Aki. Persis seperti gaya kesukaan saya; unisex. Kebanyakan baju-baju Aki bersifat netral, nggak maskulin, nggak feminim. Pokoknya kesukaan saya banget.   


Recommended?

Ya. Meski seperti yang sudah saya tulis, sampai sekarang saya masih bingung dorama ini maunya apa. Tapi anggaplah sebagai tontonan yang memberi pengetahuan baru, tentang artis dan sineas yang punya imajinasi berbeda di belahan dunia lain, dan tentang gender roles yang sudah terlalu lama begeser ke hal-hal yang bukan berhubungan dengan fisiologi manusia.


 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar