Senin, 17 Oktober 2022

Review Serial Mini Amerika Netflix: MAID (2021)


Lagi heboh-hebohnya kasus KDRT penyanyi dangdut yang konon memilih rujuk sama suaminya, kini mari kita ulas serial mini original Netflix yang saya tamatin bulan lalu. Judulnya Maid. Berjumlah 10 episode dengan durasi per episode sekitar 47 - 60 menit. Serial yang resmi rilis di tanggal 1 Oktober 2021 ini terinspirasi dari buku memoar berjudul Maid: Hard Work, Low Pay, and a Mother's Will to Survive karya Stephanie Land.

 

Sinopsis Singkat

Pada sebuah malam, Alex Russel (Margaret Qualley) kabur dari pacarnya, Sean Boyd (Nick Robinson), dengan membawa anak balita mereka, Maddy. Alex tidak mempunyai rencana apapun, namun ia berakhir di selter penampungan korban kekerasan domestik. Demi mendapat hak asuh Maddy, Alex pun berusaha mencari pekerjaan dan tempat tinggal tetap. Ia mendapat pekerjaan sebagai pembersih rumah dan dengan bantuan subsidi pemerintah, ia pun berhasil menyewa apartemen murah.

Namun rintangan yang dihadapi Alex tidak sampai di sana. Ia harus menghadapi para klien yang menuntut, ibunya yang mengidap penyakit mental namun selalu hidup dalam penyangkalan, ayahnya yang tidak pernah menyesali penganiayaan yang dulu dilakukannya, serta trauma masa lalu yang kembali muncul. Ketika hidup Alex sudah agak tertata, tiba-tiba ia kembali terkurung dalam situasi harus kembali kepada Sean, dan menggantungkan hidupnya seutuhnya kepada lelaki itu.

Ketika Alex kembali bangkit dari keterpurukan, ia pun mengerahkan seluruh tenaga untuk tidak saja mendapat hak asuh penuh Maddy, namun sekaligus agar dapat hidup mandiri dan mengejar impian lamanya untuk kuliah di jurusan kepenulisan kreatif.

 


 

Sangat Amerika

Tinggal di trailers. Punya orang tua pecandu. Hidup luntang-luntung bekerja paruh waktu karena pendidikan rendah. Wah, tidakkah sangat Amerika? Well, ya, ini sebatas kesimpulan sotoy sih. Toh pengetahuan saya tentang kehidupan orang Amerika cuma berasal dari film dan media sosial. Tapi, apakah kesimpulan saya sama sekali nggak benar? I don't think so. Kalau kata anak Twitter ke diaspora ngehe who living abroad (inget ya, ke diaspora yang emang ngehe aja), Amerika jaman jigeum sudah nggak keren lagi. Gimana dong, berita yang sering terdengar dari negara itu sekarang nggak jauh-jauh dari berita penembakan di sekolah.

Saya sendiri masih punya impian di dalam hati untuk ke New York suatu hari nanti. Dari dulu punya impian ini. Tapi saya nggak menutup mata dengan fakta kelam tentang negara ini. Makanya, jujur, nggak tergoda dengan ajakan temen untuk ikutan jadi imigran ke sana untuk alasan bekerja atau pun menikah dengan orang sana. Coba aja lihat Alex; dia sendiri yang orang Amerika asli jungkir balik membayar semua kebutuhan hidup dari kerjaan sebagai pembersih yang dibayar per jam. Tapi, di luar problem kepemilikan senjata yang kian parah, saya masih melihat Amerika lebih baik dalam hal penegakkan hukum menyangkut anak-anak. Penanganan hak anak di bawah umur masih jauh lebih baik di sana ketimbang di negeri sendiri.

 

KDRT

Sean memang tidak pernah memukul Alex atau Maddy secara fisik. Paling jauh Sean hanya pernah melempar gelas ke arah Alex dan serpihannya nyangkut di rambut Maddy. Dalam beberapa waktu lelaki itu bahkan menunjukkan sikap bisa diandalkan. Tapi jangan salah, psikis manusia pun bisa di-abusive. Alex dibuat tidak berdaya; nggak punya kemandirian dan terpaksa terkurung di rumah. Sewaktu kabur ke dua kalinya dari Sean pun, Alex berlari tanpa membawa barang apapun. 

 


 

Korban KDRT konon tidak mudah lepas dari abuser-nya. Di selter penampungan pun Alex melihat sendiri seorang perempuan yang balik ke suaminya padahal dia hampir dicekik sampai mati. Ngenes, kan? Konon, butuh 6 - 7 kali percobaan "ah, dia pasti tobat," sebelum korban betul-betul bisa melepaskan diri dari abusernya. Jadi, agak bisa dipahami kan kenapa si penyanyi dangdut malah memilih rujuk? Endingnya seperti apa, apakah betulan tobat atau makin parah, kita nggak akan pernah tau.   

Dan omong-omong, Alex dan Sean terutama, datang dari keluarga disfungsional. Jadi kayak semacam lingkaran setan; korban berubah jadi pelaku. Untungnya keduanya sadar dan sepakat bahwa Maddy nggak boleh berakhir seperti mereka. Hiks.


Recommended?

Tentu. Walau kadang sih saya sebel sama Alex. Dia tuh tipe cewek yang nengoknya ke laki-laki potensial brengsek, alih-alih ke lelaki yang kelihatan punya hidup normal. Macam cewek-cewek yang tertantang sama badboy gitulah. Wkwkwk. Tapi, jelas, sebagai tontonan, Maid sangat layak.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar