Minggu, 23 Oktober 2022

Review Drakor EXTRAORDINARY ATTORNEY WOO (2022)


 

Extraordinary Attorney Woo (EAW) adalah salah satu drama Korea terfenomenal tahun ini. Episode demi episode ratingnya naik terus sampai dua digit. Sejak ramai-ramai jadi pembicaraan di medsos, saya lumayan tertarik tapi menunggu sampai dramanya tamat. Alasan kenapa saya urung nonton on going padahal bisa seru-seruang nge-hype dramanya di Twitter bisa dibaca di sini. Dan omong-omong, EAW sebetulnya sudah selesai saya tonton sebelum Weakest Beast


Sinopsis Singkat

Woo Young-woo (Park Eun-bin) adalah perempuan 27 tahun penyandang spektrum autis berotak jenius. Ia juga memiliki kelebihan photographic memory. Dengan keenceran otaknya tersebut, Young-woo berhasil meraih peringkat 1 di ujian pengacara. Selagi menjadi mahasiswa Universitas Seoul, Young-woo terkenal dengan gelar PPW alias Pemenangnya Pasti Woo Young-woo. Namun, meski jenius, Young-woo tetaplah penyandang autis hingga ia kesulitan mendapat pekerjaan.

Namun, berkat koneksi ayahnya yang belakangan terkuak, Young-woo mendapat pekerjaan di firma hukum terkenal, Hanbada. Di sana ia mendapat mentoring dari pengacara senior, Jung Myung-seok (Kang Ki-young), bekerjasama dengan teman satu alumninya yang baik hati, Choi Su-yeon (Ha Yoon-kyung), serta belajar makna kompetisi dari pengacara muda ambisius, Kwon Min-woo (Joo Jong-hyuk). Dari satu kasus ke kasus lain, Young-woo menunjukkan kecakapannya sebagai seorang pengacara, yang mampu menemukan titik terang dari setiap tuntutan.


Visualisasi setiap Young-woo mendapat ilham


Dalam kehidupan pribadi, Young-woo terlibat kisah asmara dengan pengawai bagian ligitasi baik hati, Lee Jun-ho (Kang Tae-oh). Selain itu, asal-usul Young-woo yang dibesarkan oleh ayah tunggal pun membawa cerita sendiri yang memberi warna di dalam kehidupan ekstra Young-woo.

 

Karakter Penyandang Autisme

Woo Young-woo adalah penyandang autis dalam spektrum yang secara umum tidak membutuhkan perawatan atau konseling secara reguler. Ayah Young-woo (Jeon Bae-su) bahkan pernah bilang selagi Young-woo ada yang kasih makan, maka anak perempuannya itu bakal baik-baik aja sekalipun bukan dia yang urus. Antara satu penyandang autisme dengan yang lain bisa sangat berbeda. Dalam satu kasus, ada tokoh penyandang autisme pula, tapi dengan keadaan yang sama sekali berbeda dengan Young-woo.

Sebagai penyandang autisme, Young-woo adalah golongan jenius. Ia belajar di sekolah umum dan bahkan tercatat sebagai siswa terbaik. Berkat kehebatan otaknya itulah Young-woo mampu merasionalkan dan sadar sepenuhnya atas keadaannya sendiri. Misalnya, ia sadar sudah membuat ayah dan orang-orang di sekitarnya kesepian, tapi tidak tahu cara mengubahnya karena secara umum penyandang autisme hidup di dunianya sendiri. Kalau di dunia manusia normal ada "saya dan kamu", maka di penyandang autisme hanya ada "saya".

 


 

Sejujurnya, buat saya pribadi, EAW masih too good to be true. Kayak... waw, sulit dipercaya perjalanan karir Young-woo relatif mulus. Kita sering mendengar budaya kerja yang sangat kompetitif di Korea sana, tapi di EAW hampir semua orang terlihat suportif ke Young-woo. Kayak nggak singkron dengan realita aja gitu, walau bukan berarti lingkungan kerja yang suportif tidak ada di Korea. Young-woo sendiri hobi berceloteh hal-hal trivia tentang paus dan lumba-lumba. Perempuan ini juga seringkali mengoreksi kata-kata orang lain, yang mana di dunia nyata akan terlihat seperti orang sok pintar. Di dunia kerja kamu seperti ini dan aman-aman aja? Ehm, I don't think so. Beruntunglah Young-woo yang memiliki rekan kerjanya seperti Su-yeon si matahari musim semi dan Myung-seok yang mau mengabaikan hal-hal remeh dari mulut Young-woo. 

Pun, hubungan asmaranya dengan Jun-ho... hmm, entahlah, apakah bisa langgeng sampai nanti di musim kedua yang konon sudah direncanakan. Seperti pemikiran Jun-ho di awal, berhubungan dengan Young-woo membutuhkan tekad yang sangat besar. Kata orang, apa artinya sebuah hubungan kalau ketika bersamanya, kita masih saja merasa kesepian?

Sampai di sini, semoga saya tidak terdengar seperti orang brengsek.




Satu Kasus Setiap Episode

Kurang lebih seperti Miss Hammurabi, EAW juga tidak mengetengahkan kasus besar yang gimana-gimana. Kebanyakan mengangkat kasus perdata tentang warisan, ganti rugi nama baik, hak cipta, sampai tuntutan atas sarana umum. Masing-masing episode menceritakan kasus yang berbeda. Dan tentunya, Young-woo berperan besar dalam banyak kemenangan pembelaan Tim Hanbada. Ingatannya yang sangat kuat dan mendetail sering kali menjadi kunci tiap kali Tim Hanbada mentok dalam pembelaan mereka. Tidak di kampus, tidak di Hanbada, gelar PPW masih melekat di seorang Young-woo; si jenius yang namanya bakal tetap sama baik dibaca dari depan maupun belakang, seperti katak dan tomato.

 


 

Tapi jujur, meski ke belakang saya makin mengernyit nonton Miss Hammurabi, saya tetap masih sukaan Miss Hammurabi ketimbang EAW. Mohon maaf, tapi saya nggak peduli-peduli amat sama kasus yang diangkat EAW. Di luar karakter istimewa Young-woo, menurut saya cerita EAW biasa-biasa aja. Saya pun rasanya jengah dengan karakter perempuan elegan tapi dingin seperti Tae Su-mi (Jin-kyung). Ada beberapa gaya berakting ala aktor Korea yang sulit saya deskripsikan, tapi kalau melihatnya saya langsung tahu kalau saya jengah. Nah, karakter seperti Tae Su-mi adalah salah satunya. Pun saya ngerasa sudut pandang yang dibawa karakter oppa kesayangan Koo Gyo-hwan dalam salah satu episode terkesan naif. Mian...


Perempuan elegan nan dingin


Recommended?

Saya ngerasa so-so aja sama drama ini. Dari semua aspek dalam drama; kasus hukum, persahabatan dan sejarah hidup Young-woo, saya merasa lebih tertarik dengan kisah asmara Young-woo dan Jun-ho, yang sayangnya terasa too good to be true juga pada akhirnya. Mungkin nanti di musim kedua bisa diceritakan kalau Young-woo gabung ke firma hukum yang fokus menangani kasus kaum marjinal. Atau bisa juga Young-woo menjadi pengacara independen yang bebas memilih perkara sesuai hati nuraninya, alih-alih kasus yang mendatangkan komisi besar. Sekadar saran walau sampai di sini rasanya saya nggak minat-minat amat lanjut nonton musim keduanya nanti.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar