Selasa, 09 Mei 2023

Review Web Series Indonesia: DRAMA RATU DRAMA (2022)



Mumpung durasi langganan Vidio belum habis setelah beres nonton Duty After School, saya cari-cari sinema lain yang sekiranya menarik. Dan web series lokal berjudul Drama Ratu Drama saya pilih untuk jadi tontonan selanjutnya. Setelah rampung 8 episode, inilah kesan-kesan saya. Apakah kualitasnya lebih baik ketimbang sinetron yang tayang di televisi swasta?

 

Sinopsis Singkat

Navara Julieta atau Ijul (Enzy Storia) dikenal sebagai aktris spesialis antagonis. Bahkan citra orang jahat merempet sampai ke kehidupan nyata Ijul. Dicap sebagai perebut laki orang alias pelakor dan sekejam ibu tiri sudah menjadi makanan sehari-hari Ijul. Untuk memperbaiki citranya itu Ijul pun bertekad untuk mendapat peran protagonis di proyek sinetronnya selanjutnya.

Kesempatan memerankan karakter baik-baik hampir saja digenggam Ijul, sebelum akhirnya karakter Sendu di sinetron Kau Hilang Ku Healing dilimpahkan ke aktris lain bernama Amelie (Rachel Amanda). Berbeda dengan Ijul, Amelie justru memiliki citra sebaik malaikat berkat peran-peran protagonisnya dan kemampuannya menjaga image di mata penggemar. 




Ijul pun lagi-lagi harus puas mendapat peran antagonis. Hal ini turut mengecewakan papanya (Yayu Unru), yang dulunya pun terkenal sebagai aktor spesialis antagonis. Di sisi lain, pihak produser sinetron, Pak Luis (Chandra Pitok) memanfaatkan sensasi demi sensasi artis-artisnya demi menaikkan rating. Masukan dari putranya, Lex (Ibrahim Risyad), untuk meningkatkan kualitas cerita, alih-alih memanfaatkan sensasi, selalu ditolak mentah-mentah oleh Pak Luis.


Sinetron Stripping

Mau dihujat kayak gimana pun, sinetron tripping alias sinetron yang tayang setiap hari, bertahun-tahun, episodenya mencapai 1000 lebih dengan cerita yang sudah melebar kemana-manasinetron kayak gini, tetap punya penonton. Sudah banyak analisanya tentang mengapa cerita lebay nan melecehkan akal sehat manusia seperti yang ditampilkan sinetron-sinetron ini masih diproduksi. Dan sinetron macam inilah yang menjadi latar kehidupan seorang Ijul.

Kalau boleh menebak, sinetron rujukannya itu Cinta Fitri dengan karakter Mischa si antagonis yang nggak habis-habis akalnya untuk mencelakai Fitri. Atau mungkin sinetron lain yang polanya didaur ulang terus sampai busuk: karakter perempuan penyabar yang selalu disiksa suami, selingkuhan suami atau mertua. Pola kayak gini kayaknya masih kepake buat sinema Indosiar yang ajaib-ajaib itu.

Seperti judulnya, Drama Ratu Drama memperlihatkan sekelumit drama di belakang layar sinetron stripping, mulai dari jadwal kejar tayang, produser yang hanya memikirkan rating, gesekan antara pemain dan kru, sampai ke lingkungan kerja yang toxic. Rumah yang dipakai syuting pun adalah rumah legendaris yang selalu dipakai sinetron-sinetron Indonesiakalian pasti kebayang lah rumah yang mana.

Jujur, untuk penggambaran sinetron Kau Hilang Ku Healing itu udah dapet banget nuansa sinetron Indonesianya. Dari judulnya aja udah wew banget! Lalu editing close up dan berulang-ulang saat menyorot ekspresi si antagonis pun cocok. Dialog yang lebay dan voice over sambil berekspresi culas pun ada. Oh, nggak ketinggalan background music dramatis untuk menambah suasana tegang. Bagian riset layak mendapat kredit!

Nah, kalau penggambaran sinetron sebagai latar belakang Ijul udah dapet banget, lalu bagaimana dengan kisah web series-nya sendiri? Apakah bagus? Apakah kualitasnya jauh lebih baik dari sinetron stripping yang diparodikannya?

 

Karakter

Karakter yang tabiatnya jelek adalah satu hal, validasi atas tabiat jeleknya adalah persoalan lain. Karakter Ijul di sini diceritakan baik hati, berbanding terbalik dari citranya di sinetron. Dia ceria, peduli dengan orang di sekitarnya, suka bagi-bagi cup cakes buatan sendiri, patuh kepada orang tua dan semua sifat-sifat baik lainnya. Dan oh, Ijul adalah seorang pecinta lingkungan, yang kemana-mana bawa botol minum BPA free. Anti deh sama yang namanya botol plastik sekali pakai.

Tapi kata saya, Ijul itu tipe people pleaser yang jatuhnya menebar toxic positivity. Hobinya adalah bilang 'nggak apa-apa', baik ke diri sendiri, maupun ke orang lain yang bikin kesalahan. Bikin kesalahan itu wajar, tapi kalau bikin kesalahan berulang tandanya sudah waktunya ditegur lebih keras supaya mikir. 

Waktu dia nego gaji kru dengan Pak Luis dan tidak mendapat jawaban positif, doi malah bilang semuanya 'aman' alias ngasih angin surga bahwa bakal ada kenaikan gaji dan perbaikan jadwal kerja. Lalu si Ijul ini juga suka coba-coba berlagak bak mediator yang nggak memihak siapapun meski dia tau siapa yang salah dan bagaimana keadaan sebenarnya. Coba lihat bagaimana dia nggak punya stance sewaktu Amelie dan sutradara baku hantam padahal dia lihat sendiri siapa yang mukul duluan. Atau sewaktu Kak Romli (Teuku Rifnu Wikana) selaku Pimpinan Produksi akhirnya dipecat, si Ijul malah sok-sokan mau ngomong sama Pak Luis. Kebelet jadi superhero kayaknye yeee...

Trus si Ijul punya bokap yang terobsesi banget menjadikan Ijul sebagai pemeran utama sampai suka bikin onar di lokasi syuting. Anaknya cuma objek proyeksi dari ambisinya sendiri. Plus nih bapak tua suka guilt tripping: "Ya udah mulai sekarang nggak usah nurut sama Papa lagi.". Lah?

Tokoh bapak-bapak nyebelin lain adalah Pak Luis, bapaknya Lex. Giliran anaknya punya ide, ditolak mulu, katanya nggak usah ikut mikir, tinggal jalanin strategi dia aja. Tapi giliran ada masalah yang sebetulnya buntut dari kesewenang-wenangan dia, malah nyuruh anaknya tanggung jawab. Malah pake ngatain-ngatain goblok, lagi!

Untuk karakter Lex, saya justru bisa bersimpati. Kelihatanlah gimana serba salahnya doi; mau belain pekerja nggak bisa, ngebantah bapaknya juga nggak bisa. Problem doi cuma satu: nggak berani ngelawan bapaknya, dan ending atas masalah Lex ini sudah bagus. 

Tapi untuk karakter Ijul, saya betul-betul nggak bisa naruh simpati sedikit pun. Awalnya sih maklum; oh, mungkin emang di sini pengembangan karakter Ijul, dari yang people pleaser berubah pelan-pelan jadi orang yang lebih punya pendirian. Tapi ekspetasi saya malah nyungsep dengan bagaimana klimaks karakter Ijul dibuat.

Again, karakter yang tabiatnya jelek adalah satu hal, validasi atas tabiat jeleknya adalah persoalan lain.




Bisa-bisanya orang-orang di sekeliling Ijul bilang kalau dia keren karena udah berani blak-blakan di depan publik. Dan kamu perlu membaca blak-blakan dalam definisi bersumpah-serapah. Beneran ngata-ngatain semua orang pas acara award. Gilanya, malah dijustifikasi sama orang-orang. Hadehhh. 

Please, dari awal kan elo yang sok superhero, sok-sokan sabar dan sok baik-baik aja dengan segalanya. Elo sendiri yang nggak punya stance tapi malah tantrum, nyalahin semua orang dan berkoar kalau dirinya nggak punya salah sama sekali. Satu hal yang paling off buat saya itu pas dia ngungkit kalau si Amelie nggak punya temen. Anjirr? Jahat itu sih. Omongan Ibu Nini (Tetty Liz) pas lagi ngomelin Ijul itu udah yang paling mewakili sih. Dengan karakter yang begitu, sulit untuk menyukai apalagi sampai mendukung tokoh Ijul.


Akting

Berbeda dengan pendapat saya soal cerita dan karakterisasinya, perihal akting justru saya jempolin banget. Aktingnya nggak ada masalah meski beberapa aktor kayak miscast, secara fisik kurang sesuai dengan apa yang coba digambarkan. 

Misalnya kayak si Ijul yang selalu manggil dirinya sendiri dengan nama, alih-alih pakai "saya/aku", itu kedengeran natural, nggak cringe. Bawain karakternya juga nggak ganggu. Lalu aktor pemeran Lex juga pas aktingnya sebagai si anak serba salah. Trus Rachel Amanda juga meyakinkan sebagai artis carmuk yang beda sifat di depan dan belakang layar. Tapi nih ya, kalau ngomongin penokohan, saya malah ngerasa karakter Amelie lebih profesional ketimbang si Ijul. Alih-alih dibilang fake, kata saya sih kalau dalam hal kerjaan, si Amelie lebih ke yang tau cara nempatin diri. 

Tapi menurut saya, karakter yang paling juara aktingnya itu ada di tangan para senior; ya pemeran Pak Luis, pemeran Bu Nini, dan Kak Romli. Apalagi karakter Kak Romli; kesan mengayominya selaku pimpinan produksi yang selalu berusaha menuhin semua request kru dan pemain itu dapet banget.




Recommended?

Oke-oke aja sih. Lumayan jadi tau gimana proses sinetron stripping dengan kegilaan jadwal, konflik antar kru, sampai ke setting yang semuanya dibikin alias nggak syuting di lokasi asli. Tapi untuk kualitas ceritanya sendiri sih menurut saya baru di level mendingan aja. 

By the way, Drama Ratu Drama diadaptasi dari novel online di Storial. Buat saya yang sejak lama punya mimpi tulisan-tulisannya divisualisasikan dalam bentuk sinema, harusnya jadi penyemangat nggak sih, bahwa sekarang terbuka kemungkinan seperti itu dengan banyaknya platform nonton online yang bikin original series sendiri? Tapi, huft, udah lama banget nggak nulis fiksi...  



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar