Senin, 12 Februari 2024

Pengalaman Ikut Kampanye


Awalnya, seorang sahabat saya cuma sharing hal santai di WhatsApp di minggu terakhir Januari lalu. Katanya, dia mau teriak-teriak, kira-kira ada konser, kah? Saya kemudian menjawab spontan, gimana kalau ikut Kampanye terakhir Anies di Jakarta International Stadium tanggal 10 Februari 2024?


Saya bukan penikmat acara pidato atau orasi. Ikut kampanye dengan seorang politisi berorasi di atas panggung sudah jelas tidak masuk agenda hal-hal yang ingin saya lakukan agar hidup terasa 'penuh'. Minat saya terhadap politik hanya berhenti sampai di level melek dengan isu-isu terkini saja. Saya jelas bukan orang yang berminat ambil bagian di acara kampanye.

Tapi, kemarin untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya ikut serta menjadi peserta kampanye akbar Anies Baswedan bertajuk Kumpul Akbar Ber1 Berani Berubah. Dan kami benar-benar effort untuk ada di sana.

Saya sendiri, yang secara sadar sudah di tahap chronically online, bisa dikatakan selalu update dengan informasi-informasi terkini. Pas tau acaranya mulai jam 7 pagi langsung cari tau jadwal keberangkatan KRL paling pagi. Setelah itu muncul lagi informasi tentang tiket masuk.




Agak laen memang kampanye satu ini. Sudah macam konser saja, pakai tiket masuk segala. Tapi begitulah adanya. Dan dari berita ini disebutkan ada 3,5 juta akses pada menit pertama pemesanan tiket dibuka. Di Twitter sudah banyak keluhan perihal situs yang nge-down, dan berada di antrian setelah waktu tunggu 4 jam.

Sebetulnya banyak yang kecewa dengan sistem ticketing ini. Gila sih, emak-emak dan bapak-bapak yang gaptek tapi sudah niat dateng berbondong-bondong apa kabar? Masak batal berangkat sih? Saya sendiri galau, tiket sudah di tangan, tapi ijin ortu sobat saya itu belum keluar. Padahal, mengingat jadwal kereta pertama, saya sudah hopeless apakah bisa masuk stadion sebelum akhirnya diberlakukan sistem first come first serve di pukul 06.30, alias tiket masuk sudah tidak lagi diperhitungkan, siapa cepat datang, boleh masuk. Saya sudah di titik, ya udah deh nggak apa-apa kalau cuma bisa menikmati acaranya dari luar stadion. Gimana lagi, kan? Yang penting, ayolah, keluar! Kita rasakan pengalaman sebagai warga negara demokrasi!

Tapi kemudian Pak Anies merilis video ini di media sosialnya. Saya yang awalnya ingin membiarkan sobat saya itu merayu ibunya dengan tenang, jadi tergoda 'mendorong' supaya ijinnya segera keluar. 



Dan ijin pun akhirnya keluar! Lalu, sesuai dengan nasehat ibu sobat saya itu, malah lebih aman di dalam stadion daripada di luar. 

Setelah melalui berbagai riset seputar akomodasi, akhirnya saya booking hotel di daerah Mangga Dua. Daerah ini sudah paling maksimal jaraknya dari JIS. Hotel yang lebih dekat sudah full booked. Sekalipun ada yang tersisa pasti harganya tidak ramah di kantong. Lagi-lagi, agak laen kampanye satu ini.

Sesuai rencana, kami survei lokasi dulu hari Jumat-nya. Sambil niat nego-nego abang gojek untuk antar kami ke JIS juga besok shubuhnya. Dan di sekitaran JIS sudah banyak orang juga. Yang sambil ikutan mengais rejeki dari jualan merchandise Amin juga banyak.


Merchandise kampanye kok beli sendiri?


Setelah sudah terinformasi tentang gerbang masuk, kami pun balik ke hotel. Kesepakatannya, kami berangkat dari hotel jam 3 pagi!

Surprise surprise! Saya kebangun sekitar jam 2 pagi dan di luar kedengeran hujan lebat! Waduh, gimana ini? Pas kami siap-siap jam setengah tiga pun di luar masih hujan. Saya sempet ciut begitu dapat update di Twitter kalau gerbang barat sudah dibuka. Waduh, padahal saya pikir gerbang barat itu pintu awal penyortiran peserta.

 

Hari H Kampanye

Belum lama ini ada konser Dewa di JIS yang berbuah keluhan penonton perihal akses kendaraan di sana yang buruk. Konon orang-orang mesti jalan kaki berkilo-kilo jauhnya untuk mengakses transum terdekat.

Saya tahu berita ini, dan makanya menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk: jalan kaki 5 kiloan gara-gara akses macet. Untunglah saya dan sobat saya masih beruntung. Kami bisa ngegojek sampai ke JIS walau masih harus jalan kaki di tengah genangan air dan rombongan massa yang sudah sampai dengan berbagai jenis kendaraan.

Saya nyampe duluan, dan langsung ikut gelombang massa ke arah stadium. Ternyata memang loss di gerbang barat. Massa sudah masuk. Pas nyempetin ke toilet di luar stadion pun saya melihat orang-orang yang gelar terpal dan spanduk alias mereka udah nginep sejak semalam!


Langsung loss di gerbang barat



"Gue di sini!"

Untunglah pada saat itu sinyal masih ada. Saya dan sobat saya langsung reunian dan ambil bagian di antrian. Melihat situasi saat itu, saya sudah yakin skenario awal tentang pemilik tiket yang boleh masuk dulu, tidak mungkin lagi dijalankan. Masih pukul 4 lewat sedikit pun massa sudah rame teriak-teriak minta gerbang dibuka. Sementara itu dari tribun terdengar riuh; dugaan saya itu rombongan Anak Abah yang lagi latihan fanchant.




Jam setengah 5 akhirnya pintu barat dibuka juga. Langsung berjubel orang-orang mencoba masuk. Kami berdua saling mengaitkan lengan, jangan sampai lepas. Momen mengerikan ada pada saat kami mencoba masuk lewat lorong sempit. Aduh, saya ngeri banget di situ. Sedapat mungkin saya menciptakan ruang di sekitar saya supaya saya tetap punya space untuk leluasa bernafas. Rasanya pada saat itu kekurangan oksigen adalah kekhawatiran utama.

Lagi-lagi, skenario untuk memenuhi lapangan dulu, baru setelahnya tribun juga sudah batal. Semua orang mengisi titik yang paling mungkin dijangkau. Prediksi saya, hujan lebat memaksa panitia berimprovisasi. Apa boleh buat. Saya cuma ngeri aja kalau tidak ada pemeriksaan bawaan peserta yang masuk.

Akhirnya kami dapat kursi di tribun. Dengan situasi terpaksa, saya sholat shubuh di kursi dengan bertayamum sebelumnya. Terimalah ibadah hamba yang serba kurang ini, Ya Allah.




Sampai hampir jam tujuh, tribun saya masih dilewati penonton yang mencoba cari kursi sampai manjat pembatas tribun segala. Dan makin siang, kursi-kursi di tribun paling atas akhirnya terisi penuh.

Dari atribut partai yang dibawa peserta kampanye, saya bisa lihat kader dan simpatisan PKS yang paling banyak datang. Jujur, salah satu momen paling meriah adalah pada saat ibu-ibu kasidahan berjilbab oren bershalawat dan para peserta mengibarkan bendera-bendera partainya. Tapi, setelah melihat komen-komen di Twitter, durasi shalawat ini lumayan banyak dinyinyiri. 

Kalau dari pandangan saya sendiri, panitia sudah melakukan banyak improvisasi. Mulai dari pembukaan gerbang sampai pengisi acara. Run down acara jadi buyar. Seperti diakui Rahma Sarita dan d'Masiv sebagai pengisi acara, mereka semua mesti jalan kaki jauh-jauh karena akses menuju JIS sudah penuh. Jadilah, pengisi acara yang sudah hadir di tempat, men-delay acara dengan materi yang mereka punya.




Setelah para rapper yang selama masa kampanye menyumbang lagu-lagu untuk Amin, akhirnya acara kampanye dimulai live di Metro TV. Para pimpinan dari partai pengusung memberi kata sambutan.

Dan akhirnya tibalah acara puncak, yakni paslon nomor urut satu naik ke panggung untuk memberikan orasi. Gus Imin bersholawat lagi, dan kata-kata beliau yang merupakan sindiran ke kubu sebelah lumayan jadi pemberitaan. Lalu Pak Anies berorasi sekitar setengah jam. Kira-kira, mereka berorasi dari pukul 11 siang. Dan pada saat itu sudah panas menyengat banget sampai banyak orang di lapangan mulai melipir ke pinggir. Tapi saya lihat pintu-pintu masuk ke stadion mengalir lagi peserta dari luar. Kemungkinan pintu masuk dibuka. Atau dijebol?

Setelah d'Masiv tampil dengan dua lagu, kami memutuskan untuk pulang. Awalnya sih pingin nonton sampai Elvy Sukaesih tampil. Tapi ya sudahlah, sudah capek juga. Acara puncak dengan kemunculan Pak Anies dan Gus Imin sudah dilewati.




Kesan

Seperti perkiraan awal, kami jalan kaki pulangnya. Niatnya mau ke arah Stasiun Ancol. Dasarnya nggak tahu jalan di sekitar situ, kami malah ke arah Sunter. Akhirnya, setelah ketemu jalanan yang sudah lumayan lengang, kami naik ojek pangkalan ke Stasiun Tanah Abang.

Kesan saya setelah ikut kampanye, jujur, nggak begitu terasa wah. Barangkali karena susunan acara sudah buyar gara-gara pengisi acara telat nyampe di lokasi. Walhasil, ada momen-momen boring karena di stadion jadi hanya diberi video musik kampanye Amin berulang-ulang.

Kalau ditanya apakah saya mau ikut kampanye lagi di kemudian hari, jawaban saya adalah tidak. Tidak kalau acara kampanye yang dimaksud adalah acara kampanye panggung hiburan seperti ini. Misalkan nanti di putaran kedua, Amin lolos dan Pak Anies lanjut buat acara-acara Desak Anies, nah, itu baru saya mau datang. 

Masalah utamanya bukan karena boring atau bagaimana, cuma tahu diri aja kondisi tubuh nggak seprima jaman muda. Wkwkwk. Aduh, nggak kebayang kalau harus desak-desakan lagi. Mana saya tahan-tahanin minum sedikit-sedikit supaya nggak beser pula. Wkwkwk. Plus, saya bukan tipe yang heboh, padahal kamera paling hobi menyorot penonton yang heboh. Biar terlihat acaranya meraih gitulah. Atau minimal bawa poster yang menarik perhatian lah.



Padahal saya udah nyiapin kata-kata di posternya loh: "CAPEK-CAPEK NYARI KERJA SENDIRI, MALAH MILIH CALON TITIPAN PAMAN. YANG BENER AJA!! RUGI DONG!"

Catatan terakhir, meski satu JIS penuh sampai ke tribun paling atas dan orang-orang pun meluber di luar stadion, saya kira nggak bisa dijustifikasi bahwa Amin bakal langsung menang di putaran pertama. Rasa-rasanya nggak realistis aja. Masuk putaran kedua itu sudah yang paling mungkin dicapai. Pun saya rada kecewa dengan ekspetasi sendiri bahwa atmosfir kampanye sudah terasa di mana-mana. Abang gojek yang saya pakai jasanya PP JIS-hotel kayaknya nggak tahu kalau di JIS bakal ada kampanye akbar. Padahal, sebelumnya ada Desak Anies edisi ojol dan buruh. Nggak bisa dipungkiri bahwa sikap apatis masih banyak dilakukan masyarakat. Huft!





Tidak ada komentar:

Posting Komentar