Rabu, 23 Juli 2014

Menuju Istana part 2 (Pemberitaan Media)

Di bawah ini adalah rangkuman beberapa peristiwa yang mewarnai pesta demokrasi Indonesia 2014:

Jokowi seorang fenomenal. Semenjak mencalonkan diri menjadi Gubernur Jakarta 2012, media selalu aja menguntitnya.
Karena dianggap membawa perubahan bagi Jakarta, beliau pun digadang-gadang menjadi the next president. Tapi sebelum benar-benar mendeklarasikan diri, beliau selalu menyampaikan ndak mikir urusan copras-copres.

Gita mundur dari pemerintahan agar fokus mengikuti Konvensi Capres Partai Demokrat. Beliau menganggap konvensi sangat penting bagi bangsa, dan tidak ingin kegiatannya dalam konvensi berbenturan dengan kewajiban sebagai menteri.

Aburizal Bakrie alias ARB alias Ical yakin bahwa boarding pass menuju RI 1 hanya ia dan Mega yang punya. Beliau yakin hanya Golkar dan PDIP yang akan memperoleh suara di atas ambang batas pada pemilihan legislatif atau dikenal dengan istilah Presidential Threshold.

Menteri BUMN Dahlan Iskan ditetapkan sebagai pemenang konvensi PD. Beliau menyisihkan 11 peserta konvensi lain. Namun PD tidak dapat mengusungg presiden sendiri karena hanya memperoleh suara 10,19% dalam pileg atau tidak memenuhi syarat dalam UU Pilpres.

Rhoma Irama mendapat gelar profesor dari American University Hawai di tahun 2005. 

Jokowi mendeklarasikan dirinya untuk maju sebagai calon presiden Indonesia di Rumah Pitung. "Simbol Perlawanan" adalah jawaban Jokowi saat ditanya mengapa memilih Rumah Pitung.

Ketua Umum PPP hadir dalam kampanye Prabowo di GBK. Momen ini menjadi konflik internal PPP dalam menentukan arah koalisi, sebelum akhirnya memutuskan merapat ke kubu Prabowo.

Salah satu kandidat capres dari partai PKB, Mahfud MD, menjadi Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta. Sebelumnya, Mahfud disebut sebagai calon terkuat mendampingi Jokowi sebagai cawapres. Namun ternyata pilihan Jokowi jatuh kepada sosok Jusuf Kalla.

Waketum Partai Gerindra banyak menulis puisi selama masa kampanye pemilu. Puisinya tidak pernah menyebut langsung siapa gerangan yang dimaksud, namun diyakini beliau menyindir Jokowi.

Moderator debat capres bagian 1, Zainal Arifin melarang keras para pendukung capres bertepuk tangan saat para kandidat memaparkan visi dan misinya.

Dalam masa kampanye pilpres muncul tabloid Obor Rakyat di sejumlah pesantren. Obor Rakyat berisi berita-berita negatif tentang Jokowi.

Pilpres 2014 menjadikan koalisi terbagai dua kubu. Kubu Prabowo disebut koalisi gemuk karena didukung banyak partai antara lain, Gerindra, PPP, Golkar, PAN, PKS, PBB, sementara kubu Jokowi disebut ramping karena didukung lebih sedikit parpol yaitu PDIP, Nasdem, Hanura, PKB dan PKPI.

Politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul mendeklarasikan diri mendukung Jokowi. Hal tersebut sangat kontradiktif karena Ruhut dikenal sering nyinyir kepada Jokowi.


  
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar