Jumat, 28 November 2014

Presiden Kita Hari Ini Bagian 2

socio-politica.com
Ternyata hari ini kita punya presiden berlatar belakang juragan mebel alias tukang kayu. Sebagai profesi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari jelas bisnis semacam itu lebih dari cukup. Tapi sebagai background apalagi sebagai batu loncatan menuju RI1???
Sejarah mencatat presiden-presiden kita sebelumnya adalah cendekiawan, mantan militer dan ketua umum partai. Tapi hari ini?

Menurut cerita Jokowi bahkan dulunya pernah tinggal di bantaran kali. Pernah digusur pula sama pemerintah. Sekolahnya pun institusi lokal aja.

No offense, tapi sekarang kamu bisa ngerti kan gimana perasaan Prabowo sewaktu kalah pilpres dari Jokowi. Anjir banget kalah dari juragan mebel kelas kampung. Hehehe.

Baru-baru ini Jokowi melawat ke Tiongkok untuk menghadiri forum APEC dan mendatangi presiden Tiongkok untuk membicarakan kerjasama. Sebelumnya muncul berita di Kompas.com bahwa menurut seorang pengamat, Jokowi sebagai kepala negara wajib menggunakan Bahasa Indonesia di konferensi internasional sebagaimana diamanatkan UU. Pastinya berita begini menjadi sasaran empuk buat sebagian orang. Banyak yang menuding itu cuma akal-akalan si pengamat yang berkomplot dengan pemerintah supaya masyarakat tidak mengolok-olok Jokowi yang berbahasa Indonesia di pertemuan internasional itu. Katanya itu cuma untuk menutupi kenyataan sebenarnya bahwa sang presiden memang nggak fasih berbahasa Inggris.

Sebetulnya banyak kepala negara yang menggunakan bahasa ibunya di forum internasional. Tapi bagi saya tujuan komunikasi yang utama adalah komunikan mengerti apa yang disampaikan si pemberi kabar. Menggunakan bahasa yang dimengerti kedua belah pihak bisa memperlancar tujuan tersebut. Jadi kalau menggunakan misalnya, bahasa Inggris, karena kedua pihak mengerti, kenapa tidak? Efektif, itu mestinya yang jadi poin utama.

Tapi... jeng-jeng-jeng, Jokowi tampil di APEC menggunakan Bahasa Inggris. Menurut beliau APEC bukan acara kenegaraan jadi nggak bisa berbahasa Indonesia.



Seperti yang Jokowi katakan, ini adalah sebuah presentasi, bukan pidato. Ia menjelaskan seperti apa Indonesia; negara kepulauan yang besar dan potensial. Ia jelaskan apa yang ia inginkan untuk dibantu para CEO yang hadir di situ. This is your opportunity, kata Presiden.

Dan opini pun berkembang. Kita memang sangat Melayu; senang berkomentar. Ada yang bilang bangga melihat Jokowi demikian pede bicara tanpa contekan alias teks. Ada yang mengaku malu mendengar Bahasa Inggris Jokowi yang ngepas (koreksi bernada humble bisa kamu temukan disini). Ada yang memuji karena tak ada RI1 yang pernah melakukannya; prentasi tanpa teks mengajak investor untuk mengembangkan usaha di Indonesia. Ada juga yang bilang Jokowi tak ubahnya sales yang sedang mengobral Indonesia.

Pendapat saya yang pertama... hehehe, lagi-lagi saya tergelitik melihat bapak ini. Astaga Bahasa Inggrisnya standar sekali. Dan beberapa kali beliau juga sempat terjeda lama mencari kata yang pas (price... emm, the cost!). Ke dua, salut karena, well, urusan jadi beda dari yang lain emang Jokowi jagonya. Ke tiga, salam 3 jari :p


Intinya sih apa yang dikatakan Pak Jokowi; janji dan visi-misi harus terus kita pantau bagaimana realisasinya. Tapi 1 hal yang perlu diingat, segalanya butuh waktu. Kita harus banyak bersabar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar