Senin, 08 Desember 2014

Stop Pemaksaan Broadcast Message


Mulai sekarang stop menyebar broadcast massage pemaksaan. Jangan mau dibodohi (lagi) oleh oknum kupret yang membuat aturan semena-mena. Nasibmu tidak ditentukan oleh seberapa banyak teman yang kamu kirimi BM. Hidupmu tidak ditentukan oleh sekedar pesan berantai!


Kamu sudah amati pic di atas? Di situ tertulis penentuan level kasih sayangmu pada ibumu yang didasarkan seberapa banyak teman yang kamu kirimi forward pesan berantai tersebut. Saya dikirimi pesan tersebut oleh seorang teman beberapa waktu lalu. Dan saya hanya mengirim ulang ke seorang teman. Itu pun karena saya mau numpang capture untuk kebutuhan postingan kali ini. Hehehe. Samsung saya entah kenapa nggak bisa ambil screen shot.

Jadi, apakah saya tidak menyayangi ibu saya? Saya hanya mengirimkan ke seorang teman, jadi apakah saya terbukti secara sah dan meyakinkan tidak mencintai ibu saya?

Benar-benar suatu pembodohan yang tidak bertanggungjawab! Memangnya hatimu bisa dilevel-level berdasarkan pesan berantai bodoh??? Tanpa perlu berpikir keras pun kamu sudah bisa tahu jawabannya; ibu adalah curahan kasih sayangmu seutuhnya! Kamu tak butuh oknum pemaksa untuk menjadi juri yang menilai seberapa tinggi cintamu pada sosok seorang ibu!

Satu hari yang penuh kegalauan bertahun lampau, saya curhat via sms pada seorang teman. Saat itu sudah sekian lama saya menganggur. Padahal saya tinggal di kamar kost yang harus dibayar tiap bulan, dan ada pula biaya semesteran yang nggak mungkin ditunggak.

Saya nyaris putus asa, dan dengan sedih bercerita pada teman saya apakah saya sedang kualat karena tidak mem-forward sebuah sms berisi kutipan Al-Quran yang, ujung-ujungnya, dibumbui "ancaman" bahwa barang siapa tidak menyebar pesan tersebut akan tersendat rejekinya.

Sebetulnya, saya tahu ini pemikiran bodoh. Tapi rupanya saya benar-benar kalut saat itu, sampai termakan hasutan oknum penjual ayat. Dan teman saya langsung mengoreksi kekeliruan saya itu. Sama sekali tak ada korelasinya antara belum dapat kerja dan merantai sebuah pesan bodoh, demikian makna dari kata-kata teman saya itu.

Saya tidak suka dipaksa siapapun untuk mengambil keputusan. Saya tidak akan merantai pesan apapun kepada orang lain kecuali atas keinginan sendiri. Mem-forward satu pesan ke seribu teman BBM sekalipun nggak akan makan waktu lebih dari 3 menit, tapi bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah kamu harus benar-benar memahami esensi pesannya, dan menimbang dengan akal sehat, valid kah isi pesan tersebut?

Apakah kamu, seperti saya dulu, di tengah situasi percaya ga percaya? Kamu khawatir mendapat karma seandainya tidak meneruskan "petuah keagamaan" itu?

Jangan khawatir, Allah adalah satu-satunya sang pemberi takdir. Dan Dia pula satu-satunya Juri yang mampu menilai isi hatimu.

Jadi stop merantai, apalagi membuat, pesan-pesan demikian. Pesan keagamaan sudah sepatutnya disebarluaskan, tapi menambahkan "ancaman" rejeki yang terhambat dan penilaian dangkal tentang perasaanmu hanya berdasarkan total forward-an BM adalah sebuah tindakan offside. Hei, kamu yang numpang tenar dan mencari sensasi dengan berani-beraninya menulis tambahan omong-kosong di bawah pesan kebenaran, sejak kapan kamu jadi tuhan???
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar