Kamis, 28 Juni 2018

Biodegradable Vacation



Satu waktu, selagi masih masa persiapan ke Raja Ampat, gue pernah terpikir untuk naik kapal Pelni buat paling nggak ke dua kota lain di Papua selain Sorong. Biak, Manokwariwilayah mana aja, yang penting kejangkau dalam jadwal libur kita yang sekitar 10 harian. Pikir gue waktu itu: Papua kan tempat bermukimnya orang-orang yang rasnya bisa dibilang paling berbeda dari wilayah manapun di Indonesia, jadi hayuklah liburan kali ini kita pake untuk belajar budaya lokal setempat, nggak mesti ke tempat-tempat bagusnya, lagian biaya trip ke Raja Ampat mahal-mahal pula, ngegembel ajalah kita di kapal Pelni, hihihi.


Tentunya, ide gue ini mental dengan sukses begitu gue lempar ke temen sesama trip. Wess, ya sudahlah. Untuk menuju keputusan mayoritas di trip kali ini pun udah ribet nauzubillah. Nggak perlu deh gue tambah-tambahin dengan ide ajaib segala macam.

Menjelang hari H, gue menemukan diri gue nggak begitu excited. Beda dengan pengalaman liburan-liburan gue sebelumnya. Gue sinyalir nggak lepas dari pengaruh miris hati melihat berapa banyak biaya yang gue habiskan buat liburan ke sana. Hahaha.

Dan akhirnya itulah yang gue rasakan selama trip. Raja Ampat indah, betul. Tapi gue nggak amaze. Padahal gue pun berpegang pada tulisan seorang blogger yang bilang, cuma ada 2 kata buat Misool, yaitu bagus dan bagus banget. Iya, bagus banget, tapi gue nggak amaze. Selama trip gue ngobrolin ini dengan seorang temen gue yang ternyata berpendapat sama. Dan alasan kita hampir persis: nggak bernyali buat snorkeling. Padahal yang dijual Raja Ampat itu kan keindahan bawah lautnya.

Piye?

Bener-bener pelancong salah milih destinasi.

*tepok jidat*

Mengutip salah satu line dari novel favorit gue, “jika kubiarkan terlepas dari tanganku, maka liburan kali ini akan cepat terserap tanah dan tidak berbekas.” Biodegradable vacation.  Balik ke Tangerang lagi, ya udah. Trus mau apa? Indah, tapi gue nggak terpukau.

Tapi tentunya setiap perjalanan membuat gue semakin mengenal diri sendiri. Salah satu yang utama ya itu, perihal milih-milih jenis liburan. Gue pun memikirkan tentang manusia dengan insekuritasnya, motivasi orang liburan, kenapa gue belom terpikir buat “mempersenjatai” diri dengan gopro plus tongsis setiap liburan, tentang karakter orang yang jangan sampe gue kayak dia, dan… cinta.

Great! Orang-orang pada snorkeling, gue malah sibuk berkontemplasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar