Satu waktu, selagi masih masa persiapan ke Raja Ampat, gue
pernah terpikir untuk naik kapal Pelni buat paling nggak ke dua kota lain di
Papua selain Sorong. Biak, Manokwari—wilayah mana aja, yang penting
kejangkau dalam jadwal libur kita yang sekitar 10 harian. Pikir gue waktu itu:
Papua kan tempat bermukimnya orang-orang yang rasnya bisa dibilang paling
berbeda dari wilayah manapun di Indonesia, jadi hayuklah liburan kali ini kita
pake untuk belajar budaya lokal setempat, nggak mesti ke tempat-tempat
bagusnya, lagian biaya trip ke Raja Ampat mahal-mahal pula, ngegembel ajalah
kita di kapal Pelni, hihihi.
Tentunya, ide gue ini mental dengan sukses begitu gue lempar
ke temen sesama trip. Wess, ya sudahlah. Untuk menuju keputusan mayoritas di
trip kali ini pun udah ribet nauzubillah. Nggak perlu deh gue tambah-tambahin
dengan ide ajaib segala macam.
Menjelang hari H, gue menemukan diri gue nggak begitu
excited. Beda dengan pengalaman liburan-liburan gue sebelumnya. Gue sinyalir
nggak lepas dari pengaruh miris hati melihat berapa banyak biaya yang gue habiskan
buat liburan ke sana. Hahaha.
Dan akhirnya itulah yang gue rasakan selama trip. Raja Ampat
indah, betul. Tapi gue nggak amaze. Padahal gue pun berpegang pada tulisan
seorang blogger yang bilang, cuma ada 2 kata buat Misool, yaitu bagus dan bagus
banget. Iya, bagus banget, tapi gue nggak amaze. Selama trip gue ngobrolin ini
dengan seorang temen gue yang ternyata berpendapat sama. Dan alasan kita hampir
persis: nggak bernyali buat snorkeling. Padahal yang dijual Raja Ampat itu kan
keindahan bawah lautnya.
Piye?
Bener-bener pelancong salah milih destinasi.
*tepok jidat*
Mengutip salah satu line dari novel favorit gue, “jika
kubiarkan terlepas dari tanganku, maka liburan kali ini akan cepat terserap
tanah dan tidak berbekas.” Biodegradable vacation. Balik ke Tangerang lagi, ya udah. Trus mau
apa? Indah, tapi gue nggak terpukau.
Tapi tentunya setiap perjalanan membuat gue semakin mengenal
diri sendiri. Salah satu yang utama ya itu, perihal milih-milih jenis liburan.
Gue pun memikirkan tentang manusia dengan insekuritasnya, motivasi orang
liburan, kenapa gue belom terpikir buat “mempersenjatai” diri dengan gopro
plus tongsis setiap liburan, tentang karakter orang yang jangan sampe gue kayak dia,
dan… cinta.
Great! Orang-orang pada snorkeling, gue malah sibuk
berkontemplasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar