Langkah Jerman dan Korea Selatan sama-sama terhenti di babak
penyisihan grup Piala Dunia 2018. Gue yang sebetulnya udah nggak begitu excited
lagi nonton bola, semalem entah kenapa kepingin mantengin bola lagi. Bolehlah,
pikir gue malam itu. Yang main oppa Korea lawan Jerman yang biasanya mainnya
dinamis dan enak dilihat. Dan hepinya, gue menjadi salah satu saksi sejarah
persepakbolaan dunia yang bikin heboh semesta sejak semalem.
Korea Selatan, yang datang ke pertandingan cuma membawa 1 %
peluang—seperti
yang diungkapkan pelatihnya sendiri—secara tak terduga menang 2 – 0 lawan
Jerman! Di injury time pula! Padahal yaa Jerman udah digadang-gadang pasti
lolos 16 besar. Jerman gitu loh! Juara bertahan. Komposisi pemainnya juga
kebanyakan sudah kelas dunia. Jadi menakjubkan banget Tim Panser malah keok di
tangan tim yang cuma modal 1 %.
Gue inget salah satu pertandingan tim Jerman di Piala Dunia
juga. Kalau nggak salah Piala Dunia 2010. Waktu itu Jerman lawan Spanyol. Dan
gue gregetan setengah mampus nontonin permainan Jerman. Gila! Jerman yang
sepanjang turnamen main dinamis dan efektif, malah tiba-tiba drop nggak pede
pas lawan Spanyol! Bener-bener mengecewakan! Dan pada pertandingan kemarin gue
melihat—sebagai penonton sotoy bin angin-anginan—Jerman terlambat mengambil
inisiatif menyerang. Like.. chill out, we definitely win this game!
Di lain pihak, melihat hasil pertandingan tetangga sebelah,
Korea udah nggak ada peluang masuk 16 besar. Swedia berhasil menang 3 – 0 lawan
Meksiko, padahal lolosnya Korea baru bakal terwujud kalau Meksikolah yang
berhasil mengalahkan Swedia, sementara Korea sendiri mesti menang minimal 2 – 0
dari Jerman. Pada akhirnya cuma satu dari dua syarat itu yang berhasil
digenggam Korea; yang secara otomatis memulangkan mereka kembali ke Incheon
Airport. Tapi apakah mereka merasa gagal? I’m sure, they don’t. Son Heung Min CS
justru pulang dengan kepala tegak karena berhasil mempersembahkan kemenangan yang
membanggakan untuk seluruh rakyat Korea—dan Meksiko—di mana pun.
Maha Benar Netizen dengan Segala Bacotannya
Akun-akun media sosial pastinya nggak ketinggalan untuk
membahas hasil dramatis ini. Gue termasuk yang kepo tentang bagaimana netizen
negeri ini menanggapi pertandingan tersebut. Dan seperti sudah bisa diduga,
cemoohan soal plastik berserakan udah kayak koran abis sholat ied. Karena
sekarang Instagram menetapkan sistem top comment, makin banyaklah pengemis like
bertebaran dengan segala bacotannya yang sengaja dinyeleneh-nyelenehin,
dikasar-kasarin, dikontroversi-kontroversiin, demi namanya terpampang paling atas di kolom
komen. Cita-cita manusia sekarang emang sederhana sekali. Cukup dengan menjadi
top comment aja udah bahagia.
Atau sebetulnya mereka, sesimpel, well, otaknya kopong ajah.
Nyinyir sih udah jadi nama belakang netizen di mana pun,
terutama termasuk di Indonesia. Dan apa-apa yang berhubungan sama Korea pasti
akan dengan mudah dicela sebagai plastik. Lalu mereka ini pun
mengungkit-ngungkit soal lunturnya bedak pemain Korea sewaktu tanding dengan
Timnas di GBK beberapa tahun lalu. Lengkap sudah persepsi yang dibentuk netizen
maha benar ini, bahwa cowok Korea—semua penduduknya malahan—adalah plastik
gemulai.
Hem.
Yah.
Ngemeng-ngemeng, elo komen pake hape sejuta umat orang
Indonesia—Samsung— bukan? Udah gugel belom itu hape buatan mana?
*sigh*
Korea Selatan identik dengan operasi plastiknya bukan berita
baru lagi. Pun dengan boyband Kpop yang joget-joget di panggung dengan wajah
full make up yang berpotensi bikin cewek-cewek minder saking kalah cantiknya. Lalu
dengan dramanya yang terkenal menye-menye mellow abis. Katanya sih,
pertandingan Jerman VS Korea Selatan kemarin adalah drama terdramatis Korea,
soalnya Korea cuma mau pulang kampung kalau ditemenin Jerman. Hihihi.
Karena beberapa bulan terakhir pekerjaan lepas gue terkait
Hallyu, maka gue pun jadi lebih tau tentang Korea dari sebelum-sebelumnya.
Tahun lalu pun gue pernah menulis sekilas tentang prosedur oplas ini di
postingan Gue dan Hallyu (Part 4 : A Way of Life). Dan sekarang ini, setelah
lebih jauh lagi wawasan gue tentang Korea—terutama showbiz-nya—gue punya
pandangan sendiri tentang operasi plastik di sana. You know, gue orang yang
cenderung percaya kalau artis-artis sana—sekalipun yang sering masuk list
selebritis terlahir cantik alami—pernah ngerasain meja operasi. Gue
cenderung percaya bagian tubuh mereka pernah berada di bawah pisau dokter bedah
operasi plastik. Minimal prosedur minor semisal penggandaan kelopak mata atau,
entah prosedur apa namanya, buat ngejenongin jidat.
Tapi, nggak seperti
bayangan orang-orang selama ini, prosedur oplas ini nggak bakal merubah wajah
seseorang dengan sangat drastis. Kecuali yang rombak besar-besaran, mungkin.
Serius deh. Oplas bukan magic simsalabim ngerubah itik jadi angsa.
The end of the day, terlepas benar-tidaknya kesimpulan gue
tentang oplas itu, apa sih kepentingan kita menghujat mereka? Korea Selatan
kalah tanding bola, dibilang plastik mana bisa maen bola. Sebaliknya, kalau
Korea Selatan menang tanding bola, yahh, well, tetep dibilang plastik.
Duh, Dek (soalnya yang sering mencaci begini emang biasanya
abege-abege alay, dan kalau pun ternyata ada yang udah tuwir masih koplok aja
otaknya, yaahhh, sedih amat deh lo jadi orang!), masalah elo apa deh? Penting banget
jadi top comment? Sekalipun iya mereka oplas semua, trus itu memberi elo hak
buat menghujat? Emang bener sih, orang-orang yang suka menghujat ini cuma lagi
berusaha menutupi insekuritas alias ketidakbecusan dirinya sendiri aja. Yang
kebanyakan ngeluhin keadaan emang pecundang. Coba lihat negeri yang elo sebut
plastik itu, banyak aspek di negerinya yang jauh di depan dari negeri kita yang
congornya sering tiada banding ini.
Apa gue terdengar seperti pecinta Hallyu garis keras? Kalau
elo menanggapi begitu, berarti elo nggak nangkep poin tulisan gue. Bye.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar