Jumat, 29 Juni 2018

Piala Dunia 2018 dan Plastik Korea Selatan


Langkah Jerman dan Korea Selatan sama-sama terhenti di babak penyisihan grup Piala Dunia 2018. Gue yang sebetulnya udah nggak begitu excited lagi nonton bola, semalem entah kenapa kepingin mantengin bola lagi. Bolehlah, pikir gue malam itu. Yang main oppa Korea lawan Jerman yang biasanya mainnya dinamis dan enak dilihat. Dan hepinya, gue menjadi salah satu saksi sejarah persepakbolaan dunia yang bikin heboh semesta sejak semalem.


Korea Selatan, yang datang ke pertandingan cuma membawa 1 % peluang—seperti yang diungkapkan pelatihnya sendiri—secara tak terduga menang 2 – 0 lawan Jerman! Di injury time pula! Padahal yaa Jerman udah digadang-gadang pasti lolos 16 besar. Jerman gitu loh! Juara bertahan. Komposisi pemainnya juga kebanyakan sudah kelas dunia. Jadi menakjubkan banget Tim Panser malah keok di tangan tim yang cuma modal 1 %.

Gue inget salah satu pertandingan tim Jerman di Piala Dunia juga. Kalau nggak salah Piala Dunia 2010. Waktu itu Jerman lawan Spanyol. Dan gue gregetan setengah mampus nontonin permainan Jerman. Gila! Jerman yang sepanjang turnamen main dinamis dan efektif, malah tiba-tiba drop nggak pede pas lawan Spanyol! Bener-bener mengecewakan! Dan pada pertandingan kemarin gue melihat—sebagai penonton sotoy bin angin-anginan—Jerman terlambat mengambil inisiatif menyerang. Like.. chill out, we definitely win this game!

Di lain pihak, melihat hasil pertandingan tetangga sebelah, Korea udah nggak ada peluang masuk 16 besar. Swedia berhasil menang 3 – 0 lawan Meksiko, padahal lolosnya Korea baru bakal terwujud kalau Meksikolah yang berhasil mengalahkan Swedia, sementara Korea sendiri mesti menang minimal 2 – 0 dari Jerman. Pada akhirnya cuma satu dari dua syarat itu yang berhasil digenggam Korea; yang secara otomatis memulangkan mereka kembali ke Incheon Airport. Tapi apakah mereka merasa gagal? I’m sure, they don’t. Son Heung Min CS justru pulang dengan kepala tegak karena berhasil mempersembahkan kemenangan yang membanggakan untuk seluruh rakyat Korea—dan Meksiko—di mana pun.


Maha Benar Netizen dengan Segala Bacotannya

Akun-akun media sosial pastinya nggak ketinggalan untuk membahas hasil dramatis ini. Gue termasuk yang kepo tentang bagaimana netizen negeri ini menanggapi pertandingan tersebut. Dan seperti sudah bisa diduga, cemoohan soal plastik berserakan udah kayak koran abis sholat ied. Karena sekarang Instagram menetapkan sistem top comment, makin banyaklah pengemis like bertebaran dengan segala bacotannya yang sengaja dinyeleneh-nyelenehin, dikasar-kasarin, dikontroversi-kontroversiin, demi namanya terpampang paling atas di kolom komen. Cita-cita manusia sekarang emang sederhana sekali. Cukup dengan menjadi top comment aja udah bahagia.

Atau sebetulnya mereka, sesimpel, well, otaknya kopong ajah.

Nyinyir sih udah jadi nama belakang netizen di mana pun, terutama termasuk di Indonesia. Dan apa-apa yang berhubungan sama Korea pasti akan dengan mudah dicela sebagai plastik. Lalu mereka ini pun mengungkit-ngungkit soal lunturnya bedak pemain Korea sewaktu tanding dengan Timnas di GBK beberapa tahun lalu. Lengkap sudah persepsi yang dibentuk netizen maha benar ini, bahwa cowok Korea—semua penduduknya malahan—adalah plastik gemulai.




Hem.

Yah.

Ngemeng-ngemeng, elo komen pake hape sejuta umat orang Indonesia—Samsung— bukan? Udah gugel belom itu hape buatan mana?

*sigh*

Korea Selatan identik dengan operasi plastiknya bukan berita baru lagi. Pun dengan boyband Kpop yang joget-joget di panggung dengan wajah full make up yang berpotensi bikin cewek-cewek minder saking kalah cantiknya. Lalu dengan dramanya yang terkenal menye-menye mellow abis. Katanya sih, pertandingan Jerman VS Korea Selatan kemarin adalah drama terdramatis Korea, soalnya Korea cuma mau pulang kampung kalau ditemenin Jerman. Hihihi.

Karena beberapa bulan terakhir pekerjaan lepas gue terkait Hallyu, maka gue pun jadi lebih tau tentang Korea dari sebelum-sebelumnya. Tahun lalu pun gue pernah menulis sekilas tentang prosedur oplas ini di postingan Gue dan Hallyu (Part 4 : A Way of Life). Dan sekarang ini, setelah lebih jauh lagi wawasan gue tentang Korea—terutama showbiz-nya—gue punya pandangan sendiri tentang operasi plastik di sana. You know, gue orang yang cenderung percaya kalau artis-artis sana—sekalipun yang sering masuk list selebritis terlahir cantik alami—pernah ngerasain meja operasi. Gue cenderung percaya bagian tubuh mereka pernah berada di bawah pisau dokter bedah operasi plastik. Minimal prosedur minor semisal penggandaan kelopak mata atau, entah prosedur apa namanya, buat ngejenongin jidat.

Tapi,  nggak seperti bayangan orang-orang selama ini, prosedur oplas ini nggak bakal merubah wajah seseorang dengan sangat drastis. Kecuali yang rombak besar-besaran, mungkin. Serius deh. Oplas bukan magic simsalabim ngerubah itik jadi angsa.

The end of the day, terlepas benar-tidaknya kesimpulan gue tentang oplas itu, apa sih kepentingan kita menghujat mereka? Korea Selatan kalah tanding bola, dibilang plastik mana bisa maen bola. Sebaliknya, kalau Korea Selatan menang tanding bola, yahh, well, tetep dibilang plastik.

Duh, Dek (soalnya yang sering mencaci begini emang biasanya abege-abege alay, dan kalau pun ternyata ada yang udah tuwir masih koplok aja otaknya, yaahhh, sedih amat deh lo jadi orang!), masalah elo apa deh? Penting banget jadi top comment? Sekalipun iya mereka oplas semua, trus itu memberi elo hak buat menghujat? Emang bener sih, orang-orang yang suka menghujat ini cuma lagi berusaha menutupi insekuritas alias ketidakbecusan dirinya sendiri aja. Yang kebanyakan ngeluhin keadaan emang pecundang. Coba lihat negeri yang elo sebut plastik itu, banyak aspek di negerinya yang jauh di depan dari negeri kita yang congornya sering tiada banding ini.

Apa gue terdengar seperti pecinta Hallyu garis keras? Kalau elo menanggapi begitu, berarti elo nggak nangkep poin tulisan gue. Bye.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar