Selasa, 01 Februari 2022

Review Drama Korea YOUTH OF MAY (2021)



Halo, saya kembali dengan tulisan review drakor! Terakhir kali saya menulis ulasan Mr. Sunshine tahun 2020. Sudah lama juga, meski sebetulnya dalam rentang waktu itu sampai hari ini saya sempat menonton Sweet Home di Netflix. Hari ini saya mau menulis ulasan drakor yang masih punya benang merah dengan series Sweet Home. Saya nonton maraton di aplikasi Vidio dan masih suka rewatch sampai sekarang.


Sinopsis Singkat

Youth of May mengambil setting tahun 1980 di Gwangju pada bulan Mei yang terkenal dengan peristiwa Gwangju Uprising. Drama ini bercerita tentang seorang mahasiswa kedokteran Universitas Negeri Seoul bernama Hwang Hee Tae (Lee Do Hyun) yang datang ke kampung halamannya di Gwangju untuk satu alasan: mengurus kepindahan seorang aktivis buruh yang sedang sekarat di rumah sakit Seoul ke rumah sakit di Gwangju. Hee Tae sangat bertekad sampai rela menjual mobil dan barang-barang di rumahnya demi biaya kepindahan ini. Pasalnya, ia sudah berjanji pada sahabatnya, Kim Kyung Soo (Kwon Young Chan), seorang aktivis yang dipaksa masuk militer karena tertangkap Pemerintah.

Alasan biaya ini juga yang memaksa Hee Tae membuat kesepakatan dengan ayahnya, Hwang Gi Nam (Oh Man Seok), seorang petinggi badan inverstigasi antikomunis yang sangat terobsesi dengan kekuasaan. Ayahnya pun mengatur perjodohan Hee Tae dengan seorang putri pebisnis farmasi, Lee Soo Ryeon (Keum Sae Rok), demi lobi-lobi politik. Namun Soo Ryeon yang merupakan aktivis kampus penentang rezim merasa sangat malu jika ketahuan akan dijodohkan dengan anak seorang kepala investigasi antikomunis yang jelas-jelas adalah musuh mahasiswa pejuang demokrasi. Untuk itu Soo Ryeon meminta bantuan sahabatnya, Kim Myung Hee (Go Min Si), untuk menggantikan dirinya hadir di kencan buta bersama Hee Tae. Sebagai gantinya, Soo Ryeon berjanji akan membayari tiket pesawat Myung Hee ke Jerman agar gadis itu dapat mengejar beasiswa kuliah.

Myung Hee yang bekerja sebagai perawat rumah sakit dan masih harus membiayai kebutuhan keluarga memang sangat ingin pergi ke Jerman dan berniat tidak akan pernah kembali ke Korea. Itulah sebabnya ia menyanggupi siasat dari Soo Ryeon. Rencana Soo Ryeon adalah membuat pria yang dijodohkan dengannya merasa ilfil dan akhirnya menolak perjodohan.

Sayangnya, Hee Tae sudah sejak awal menyadari bahwa ia dibohongi oleh Myung Hee yang bepura-pura menjadi Soo Ryeon di kencan buta. Sebelumnya Hee Tae sudah pernah melihat Myung Hee di rumah sakit, dan terkesan dengan sifat pemberani gadis itu yang tak ragu melawan pasien yang melakukan pelecehan kepada teman nakesnya. Namun Hee Tae sengaja mengikuti alur permainan Myung Hee karena ia terlanjur jatuh hati kepada gadis itu. Sampai ketika kebohongan Soo Ryeon dan Myung Hee terbongkar, Hee Tae tetap berkeras menemui gadis itu.

Perlahan, Myung Hee pun mulai jatuh hati juga kepada Hee Tae. Namun kisah cinta keduanya tidak berjalan mulus. Selain perjodohan Hee Tae dan Soo Ryeon yang harus tetap berlanjut demi kepentingan bisnis keluarga, gejolak politik pada saat itu juga sedang memanas. Akankah kedua sejoli ini memiliki happy ending?

 


Kenapa Youth of May?

Jadi, saya memang benar-benar menenggelamkan diri ke drakor. Hahaha. Well, ya, saya memang sedang butuh sesuatu untuk mengalihkan pikiran. Tapi selain itu saya sendiri memang sudah sejak akhir tahun lalu nonton on going nonton Snowdrop yang juga mengambil setting tahun 80-an. Di Twitter pernah ada yang menyandingkan dua drakor ini dengan caption lirik lagu Taylor Swift, "I think I've seen this film before, and I didn't like the ending.". Pun di autobase drakor Twitter lumayan sering menyebut-nyebut Youth of May dalam nada positif. Jadi begitulah ceritanya kenapa saya kembali nge-drakor.

Menulis sesuatu yang lebih informatif di blog ini lagi-lagi memang masih menjadi wacana untuk saya. Saya sadar postingan paling ramai pengunjung dan komentar di blog ini ya postingan ulasan drakor. Pun saya sangat berbahagia tiap kali melihat ada yang meninggalkan komentar di blog ini, apalagi sampai berterima kasih karena saya sudah menulis review. Percayalah, setiap komentar yang ditulis pembaca selalu saya baca baik-baik. Mengetahui bahwa seseorang di luar sana membaca tulisan saya dengan cermat saja sudah sangat membesarkan hati saya. Meski begitu, niat untuk konsisten menulis ulasan drakor lagi-lagi masih mentok di kepala. Mian.

 


 

Omong-omong, Youth of May adalah drakor kedua milik Lee Do Hyun dan Go Min Si yang saya tonton. Drakor pertama mereka yang saya tonton adalah Sweet Home, di mana keduanya berperan sebagai abang adik. Mantap kan, dari sodaraan ke sejoli. Wkwkwk. Dulu sih pas nonton Sweet Home saya cukup notis sama peran Do Hyun dan Min Si. Khusus Min Si, saya langsung ngerasa karakter dia di situ tuh penggambaran sebenarnya remaja Korea kebanyakan. Cuma ya gitu, sampai saat ini tema zombi-zombian bukan selera saya banget, jadi ya berlalu begitu aja begitu beres nonton. Nggak ada keinginan buat nulis ulasannya.

Konon pairing mereka di Youth of May dinotis K-netz loh, sampai-sampai dipasangin lagi di sebuah film pendek/iklan komersial berjudul Reincarnation Love. Untuk ukuran jaman sekarang di mana banjir drakor lain di TV-TV kabel Korea dan aplikasi nonton semacam Netflix, rating Youth of May terbilang lumayan. Apalagi kelihatan banget nih drama nggak punya banyak sponsor alias bujetnya minimalis. Sisi sejarahnya pun katanya dipuji cukup menggambarkan peristiwa Gwangju Uprising.

 

Manusia Pada Era Itu

Saya tidak tahu banyak tentang sejarah Korea, tapi agaknya negara gingseng ini punya kesamaan alur sejarah dengan negeri sendiri. Indonesia dan Korea sama-sama punya satu masa ketika orang-orang yang vokal mengkritik pemerintah akan ditangkap dengan tuduhan komunis. Apakah benar memperjuangkan ideologi komunis atau tidak bukanlah hal penting. Rezim hanya sedang memberi pesan ke seluruh masyarakat untuk hidup tenang-tenang jika tidak ingin digelandang ke kamp lalu menghilang tanpa jejak.




Hidup tenang-tenang pada masa itu artinya bungkam. Persis seperti yang Myung Hee lakukan sepanjang hidupnya sejak ia ditangkap dengan tuduhan pemberontakan, dan ayahnya meminta Myung Hee untuk mengiyakan apapun yang dituduhkan. Ya. Ya. Ya. Selalu 'ya' untuk setiap perkataan dan permintaan orang lain. Demi melanjutkan hidup dengan tenang, Myung Hee terbiasa mengutamakan orang lain di atas dirinya. Ia menahan diri karena sudah punya stigma yang melekat. Jangan buat keributan yang tidak perlu.

 



 

Untuk alasan yang berbeda, Lee Soo Chan (Lee Sang Yi), abang Soo Ryeon, juga hidup lurus-lurus saja. Ia putra pebisnis yang hidup dalam kebanggaan dan kenyamanan. Berulang kali ia dan ayahnya menasehati Soo Ryeon untuk berhenti dari kegiatan aktivismenya. Dunia tidak akan berubah sekeras apapun Soo Ryeon dan teman-temannya menyuarakan ketidakadilan. Tidakkah lebih baik fokus menjaga keluarga sendiri alih-alih mengadvokasi kepentingan masyarakat yang lebih luas?

 


 

Lalu ada mahasiswa macam Hee Tae yang dicap apatis oleh teman-temannya. Hee Tae sendiri tak pernah ambil pusing dengan anggapan itu, dan hanya menangkis dengan jawaban sarkastis. Memang benar ia hanya ingin hidup santai dan sering kali mencemooh teman-temannya yang berlagak 'sok pahlawan'. Namun diam-diam Hee Tae memiliki cara tersendiri untuk ambil bagian. Atau setidaknya ia merasa punya tanggung jawab moral kepada orang-orang yang babak belur digebuk aparat atas perintah ayahnya. 

Dan apakah para tentara yang menggebuk mahasiswa dan masyarakat sipil melakukan tugas mereka dengan senang hati? Beberapa mungkin iya, sedangkan selebihnya bertanya-tanya, "Bagaimana kita bisa membedakan pemberontak dan mahasiswa biasa?"


Myung Hee dan Hee Tae

Menulis apapun, sekalipun ulasan drakor, akan selalu menjadi medium curhat terselubung saya. Hahaha. Dalam Youth of May, saya rasanya bisa melihat diri saya di dalam sosok Myung Hee. Gadis perawat itu bilang akan menahan sekalipun dilempari batu lantaran bermain di belakang dengan tunangan orang lain. Ahh, don't get me wrong, saya hanya ingin bilang, ketika sudah menjatuhkan hati, seperti halnya Myung Hee, saya rasanya sanggup melakukan apapun. Orang itu hanya cukup meminta, maka saya akan melakukannya. Kalau kata Mbak Taylor, for you I would ruin my self a million little times.

 


 

Ya, tentu. Seorang Hee Tae hanya perlu menggandeng tangan saya Myung Hee, dan saya Myung Hee akan dengan senang hati berlari malam-malam bersamanya. Tidak peduli romantisme hanya boleh berlangsung sampai akhir Mei--tak mengapa. Di tengah kehidupan yang tidak pernah mudah, Myung Hee memutuskan meraih kesempatan untuk merasakan kebahagiaan meski ia tahu hanya akan berlangsung singkat. Saya bisa memahami itu. Actually I'm living for that day... if happy ever after seems too imposibble.

So, where's my own Hee Tae? Well, yah, karena Hee Tae hanya karakter fiksi, saya ikhlas jika diganti oleh a whole Lee Do Hyun saja. Hehehe.

 

My new oppa :p


Spoiler

Saya berkali-kali meneteskan air mata nonton Youth of May. Barangkali karena merasa terelasi oleh Myung Hee. Tapi lebih mungkin lagi karena emosi para aktornya nyampe ke hati saya, karena sebetulnya saya punya mix feeling untuk drakor satu ini. Dibilang bagus ya memang bagus. Akting pemainnya bagus. Kepribadian karakter-karakternya terasa dekat dan bisa dibayangkan. Tone layarnya cakep. Fashion Myung Hee lucu dan Lee Do Hyun ganteng banget, pacaran yuk, Bang?

Hanya saja saya punya beberapa keraguan. Barangkali karena drakor ini cuma punya 12 episode makanya beberapa hal seperti kurang tergali. Dalam hitungan hari, Myung Hee bisa minta berpisah lalu balikan dengan Hee Tae. Secepat itu, tanpa ada pergulatan batin yang lebih lama. Pun tidakkah lebih bagus jika momen Soo Chan dan Myung Hee lebih banyak lagi untuk menguji perasaan Hee Tae--supaya penonton paham betapa cowok itu merasa cemburu?

Lalu kebersamaan keduanya, apakah cukup untuk menunjukkan bahwa cinta mereka sedalam itu? Maksud saya, hubungan mereka bisa dibilang hanya berlangsung beberapa pekan, seandainya diceritakan dalam periode satu tahun misalnya; bertemu di bulan Mei 1979, memendam rasa, menunggu, lalu berjumpa lagi di bulan Mei 1980... tidakkah lebih meyakinkan? Tapi yah mungkin memang sengaja diceritakan pada saat itu juga; di kala sejoli sedang dibutakan cinta. Makanya secara naif bermaksud kabur buru-buru dari para pengganggu.

Dan cara salah satu karakternya mati seperti agak terlalu dipaksakan agar ada fragmen di masa depan. Memang masih terkait peristiwa yang banyak terjadi di tahun itu tentang bagaimana banyak orang raib tanpa diketahui nasibnya. Hanya saja alasan tokohnya harus pergi ke medan rawan agak menyebalkan buat saya. Tertembak di saat kerusuhan sepertinya lebih masuk akal.

 

Recommended?

Sebetulnya tidak ada hal yang benar-benar baru di Youth of May. Kasih tak sampai? Perjodohan demi bisnis keluarga? Kencan buta dengan orang yang salah? Bapak-bapak yang terobsesi dengan kekuasaan? Persahabatan yang diam-diam menyimpan luka? Anak yang membenci ayah sendiri? Ah, saya yakin para pecinta drakor sudah melihat semua premis di atas. 

Tapi toh memang tidak ada hal baru di bawah matahari. Untuk kemistri Do Hyun dan Min Si, untuk romansa manis yang menggugah, untuk dialek warga Gwangju yang lucu, untuk karakter Hee Tae si boyfriend material, untuk pilihan-pilihan hidup Myung Hee yang bisa dipahami, untuk interaksi Hee Tae - Jin Ah yang kocak, untuk cara melambai Hee Tae yang cukup memalukan, untuk sedikit gambaran sejarah di masa lalu; Youth of May masih sangat layak untuk masuk wacthing list kamu!



 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar