Senin, 17 Juli 2023

Romansa dan Romusha


 

Ada satu karakter di drama Our Beloved Summer yang pada beberapa bagian betul-betul related dengan sama. Namanya Kim Ji-ung, sobat Choi Ung yang melihat dirinya sebagai pengamat di belakang kamera. Derita karena cinta bertepuk sebelah tangan adalah satu hal, caranya melihat kehidupan adalah hal lain lagi. Dalam satu kesempatan ia pernah bilang kira-kira begini: "hidupku bukanlah kepingan seni, melainkan satu episode dokumenter membosankan yang tidak ditonton orang.".

 

Bertolak belakang dengan usaha drama OBS untuk menyajikan sesuatu yang estetik dan romantisasi, baik dari segi visual maupun isi kepala dua karakter utamanya, saya justru seakan mendapat kesan bahwa ada satu pandangan lain yang coba disampaikan drama ini. Lewat karakter Ji-ung, saya justru mendapat pesan bahwa nggak ada yang salah dengan hidup yang hambar, tidak romantis, tidak berarti, apalagi estetik. Kalau hidupmu hampa bagaikan satu episode dokumenter beradegan repetitif tanpa satu pun ledakan kembang api... ya sudah. Memangnya kenapa? Tidak segala hal perlu diberi makna, apalagi diromantisasi.

Saya sedang merasa begitu. Setelah semua yang saya alami, saya sedang di titik bahwa hidup ini tak mesti istimewa. Ada 8 milyar manusia di dunia, kenapa harus merasa spesial? Saya sedang ada di titik tidak punya apapun yang bisa hilang. I have nothing to lose. Surprisingly, it feels easier that way.

Saya sedang dalam perenungan bahwa jikalau pun saya memang harus melajang sepanjang hayat, ya sudah. Menonton OBS yang penuh adegan bucin-bucinan, alih-alih memunculkan efek kupu-kupu di perut malah bikin saya membatin, "ahh, jadi hal-hal ini yang saya lewatkan, hal-hal ini yang tidak terjadi dalam hidup saya."

Orang-orang di Twitter sering bercanda bahwa hidupnya hanya bergenre romusha, yang dalam konteks ini diartikan bahwa hidup ini isinya hanya tentang banting tulang mencari nafkah. Dan saya pikir hal itu jadi kenyataan dalam hidup sendiri. Mengejutkannya lagi, rasa-rasanya saya tidak keberatan juga. Kalau ternyata hidup saya seperti di jaman prasejarah, di mana manusia dalam mode bertahan hidup, segalanya hanya tentang mengusahakan makanan dan tempat berteduh, ya sudah.

Tidak mengapa jika hidupmu tidak seperti lagu indie yang video klipnya sangat estetik. Seperti kata senior Ji-ung, hidup hambar pun tetap dapat disyukuri. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar