Minggu, 14 Agustus 2022

Review Serial Australia: STATELESS (2020)



Stateless adalah serial drama Australia yang tayang di kanal ABC tahun 2020. Di tahun yang sama, hanya selang beberapa bulan, Stateless tayang di Netflix. Serial ini punya 6 episode dengan durasi masing-masing sekitar 60 menit. Cate Blanchett, aktris asal Australia, duduk sebagai kretor sekaligus eksekutif produser dari serial yang sebagiannya terinspirasi dari kisah Cornelia Rau, seorang warga negara Australia yang ditahan secara tidak sah di bawah program penahan imigrasi pemerintah. 


Sinopsis Singkat

Sofie Werner (Yvonne Strahovski), seorang pramugari, muncul di pusat penahanan imigrasi Australia yang berada di tengah gurun. Sofie mengaku sebagai seorang warga Jerman yang kehilangan paspor dan bertekad agar dideportasi ke negara asalnya. Kenyataannya, Sofie adalah seorang warga negara Australia yang melarikan diri setelah terjebak dalam sekte sesat pinggiran kota. Sekte tersebut membuat Sofie yang memiliki jiwa tak stabil semakin menjadi-jadi.

Di pusat penahan imigrasi, kehidupan Sofie bersinggungan dengan orang-orang dengan masalah berbeda. Ada Ammer (Fayssal Bazzi), imigran gelap asal Afghanistan yang mencari suaka ke Australia demi menghindari penganiyaan di negeri sendiri. Lalu ada Cam Sandford (Jai Courtney), seorang ayah muda berhati lunak yang berusaha mencari pekerjaan dengan bayaran lebih baik demi keluarga. Dan Claire (Asher Keddie), birokrat ambisius yang ditempatkan sebagai pimpinan dengan tujuan menghindarkan pusat penahanan imigrasi dari skandal dan mata media. 



Dalam situasi pusat penahanan imigrasi yang tak luput dari konflik dan ketegangan, dapatkah keempatnya mencapai tujuan masing-masing?

 

Serba Salah

Perkara imigran gelap barangkali adalah salah satu masalah pelik di dunia. Serba salah. Mendahulukan kemanusiaan lalu menerima mereka dengan tangan terbuka? Atau menempatkan stabilitas kondisi negara di prioritas teratas karena tak jarang orang-orang ini membuat ulah di negeri yang didatangi? Lagipula, apakah negara lain perlu dan harus bertanggungjawab atas hidup warga negara lain, sekalipun mereka datang karena menghindar dari kejahatan di negeri sendiri?

Orang seperti Ameer pasti banyak di dunia: manusia bermartabat yang hanya ingin bekerja dan membangun keluarga dengan aman, namun terlahir di negeri konflik, lalu mati-matian menyebrang lautan demi mencari suaka. Lantas di negera transit ditipu oportunis, yang akhirnya mencoreng dokumen riwayat hidup sendiri karena terpaksa melakukan kejahatan demi mendapat uang untuk biaya perahu. Ujung-ujungnya, pihak imigrasi negara tujuan menghilangkan harapan Ameer mendapatkan visa karena dicap berpotensi melakukan tindak kriminal serupa. Keputusan final untuk imigran seperti Ameer bisa jadi hanya dua: ditahan bertahun-tahun di pusat penahanan imigrasi atau deportasi.



Saya sendiri adalah manusia lemah yang kerap memilih memalingkan wajah dari hal-hal yang pelik seperti ini. Ada sebuah berita yang pernah saya baca tentang negara yang menghanyutkan imigran gelap dengan semacam perahu kapsul. Kemungkinan dari orang-orang ini hanyalah benar-benar hanyut di lautan atau terdampar di negara lain lalu menghadapi program penahanan imigrasi yang sama di negara tersebut.

Sungguh serba salah dan tidak nyaman untuk dilihat. Nyawa setiap manusia sangat berharga dan tidak seorang pun pantas hidup dalam penganiyaan. Atau pun hidup terkatung-katung tanpa kejelasan status kewarganegaraan bertahun-tahun lamanya.

Ada seorang aktivis Indonesia yang vokal terhadap isu-isu kemanusiaan di Papua, sementara dirinya sendiri hidup terjamin di Australia. Jujur, kadang saya memikirkan negara kangguru ini punya banyak modelan SJW alias sosial justice warrior yang patut dipertanyakan ketulusan gerakannya. Inilah masalah yang terjadi di dunia yang terlalu banyak informasi; kita tidak tahu isu mana yang benar-benar patut didukung. Dan hoax sendiri memang bukan untuk membuat masyarakat percaya oleh sebuah berita yang didengungkan, namun untuk membuat siapapun tidak mempercayai apapun.

Sewaktu nonton Stateless saya menarik kesimpulan kalau serial ini bertujuan agar pusat penahanan imigrasi Australia memperbaiki ketentuan internal mereka. Lebih memperhatikan HAM dan semacamnya. Dan sekali lagi, saya tidak tahu harus memihak siapa. Serba salah. 


Recommended?

Bagus-bagus aja sih menurut saya. Menambah pengetahuan juga tentang manusia-manusia di belahan dunia lain. Serial ini bisa bikin saya bersimpati kepada Ameer, tersentuh dengan kelembutan hati seorang Cam, dan pingin yang terbaik atas segala usaha seorang Claire. Sementara karakter seorang Sofie cukup menyebalkan untuk saya; sangat tidak stabil walau kemudian memang diketahui dia punya penyakit mental.

Kesimpulannya, boleh banget ditonton!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar