Kamis, 18 September 2014

Hei Kalian yang Hidup di Kota Kecil

Saat di tengah-tengah Car Free Day di sepanjang Jalan Siliwangi kemaren, terlintas di benak gue, hei, apa sih rasanya hidup di kota kecil?


SOC'S (Sepeda Onthel Comunity 'Songgom) di Cirebon

Gue kelahiran Tangerang Kota dan sekarang menetap di bagian kabupatennya. Tangerang yang deket sang kota megapolitan Jakarta dan banyak pabrik jelas merupakan kota besar (iya, kan?). Hal yang sama terjadi di kabupatennya. Tempat tinggal gue tuh berbatasan langsung sama Jakarta Barat. Dan soal pabrik jangan ditanya. Bener-bener daerah yang ditopang industri deh. Well, paling tidak, dengan apa yang gue rasakan di tempat tinggal gue, meskipun tergolong kabupaten, tapi udah sangat orientasi kekotaan gitu lah.

Lagi-lagi setidaknya menurut gue, kota kecil itu identik dengan daerah yang tenang, kalem, masyarakatnya ga neko-neko. Waktu gue berkeliling Cirebon, baik kota maupun kabupatennya, itu yang gue rasain: sebuah kota yang ga ngoyo. Entahlah, apa karena gue ke sana pas weekend jadi ga banyak aktivitas yang tampak di kota. Tapi emang begitu atmosfir yang gue rasakan selama di sana. Anteng-anteng aja masyarakatnya.

Waktu menikmati Car Free Day di Cirebon, ada pertunjukan tari-tari daerah. Lebih menarik menurut gue ketimbang nonton breakdance yang juga jadi selingan.  Menurut gue belom ada hal baru dari tari patah-patah asal barat tersebut. ABG-ABG yang nonton sih mungkin asyik nonton begituan. Kalau sekarang belom ada internet dan televisi masih menjadi barang mewah, mungkin orang-orang di kota kecil bakal lebih heboh kali ya nonton breakdance? Hehehe...

Tapi sejujurnya gue pingin juga sekian tahun menetap di kota kecil yang jauh dari hingar-bingar metropolitan. Dan mungkin itu juga yang dirasain orang-orang kota besar yang doyan travelling, menyambangi alam pedesaan. Rindu akan sebuah ketentraman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar