Senin, 22 September 2014

Sejarah (Sulit Untuk) Ditulis Apa Adanya

"sejarah harus ditulis apa adanya"


pepatah kuno

Lalu Bung Karno bilang Jas Merah (jangan sekali-sekali melupakan sejarah). Tapi ibarat sebuah keluarga di lingkungan masyarakat, jika sebuah aib terjadi di keluarga tersebut, maka sebisa mungkin aib itu ditutupi dan diganti dengan cerita yang lebih "halus". Dalam sekuel film XXX, Darius yang sebenarnya menyelamatkan presiden dari upaya penyanderaan Menteri jahat, sama sekali tak disebut namanya dalam konferensi pers resmi kenegaraan. Ironisnya, si Menteri jahat dimakamkan dengan upacara terhormat dan dikenang atas jasanya menyelamatkan presiden.

Lalu dalam buku serial Trio Detektif Misteri Labah-Labah Perak, peran Jupe, Pete dan Bob dalam upaya menyelamatkan kekuasaan Pangeran Varania dari pejabat jahat sengaja tidak diumumkan dengan pertimbangan kebanggan nasional.

Dua contoh di atas memang sekedar fiksi. Tapi saya yakin prosedur semacam itu terjadi di mana-mana, di negara mana pun. Sejarah harus ditulis apa adanya. Tapi prakteknya tidak semudah itu. Sejarah kemungkinan tidak ditulis apa adanya. Ada banyak yang ditambah, dikurangi dan dimodifikasi. Dalam satu judul film James Bond, M menyuruh Manny Penny menyebarkan berita kronologis kematian seorang milyader kepada media. Berita yang hendak disebar tentunya sudah dimodifikasi~untuk tidak mengatakan dimanipulasi.

Itulah yang sungguh terjadi. Dan kita bingung dibuatnya. Karena sebuah cerita terkait sebuah kepentingan.

Konspirasi.

Lalu kita pun semakin bingung. Sejarah memang mestinya ditulis apa adanya. Biarpun hitam, meskipun kelam. Jujur saja. Karena jika tidak begitu, kita akan berpikir dengan penuh cabang di kepala. Kita menduga, menebak, ada udang di balik batu, bahwa semuanya hanyalah permainan penguasa. Dan kita penonton bodoh yang disuguhi cerita bohong. Karena rupanya segalanya justru tidak seperti "sejarah" di buku.

Jadi kejadian 11 September sebetulnya bikinan Amerika sendiri? Jadi PKI sebetulnya hanya isu untuk merebut kekuasaan dari Soekarno?

Konspirasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar