Sabtu, 07 November 2020

Day 7: Views on Religion



Saya beragama Islam sejak lahir, dan insha Allah akan tetap Islam sampai mati. Ilmu agama saya sendiri amat minim. Jadi, alih-alih membicarakan ilmu agama, saya memilih untuk menulis tentang penganutnya di negeri ini.


Seperti semua orang tahu, agama Islam merupakan mayoritas di Indonesia. Bahkan negera ini adalah negara dengan penganut Islam terbanyak di dunia. Dan kita, warga Indonesia, selalu mengaku sebagai negara relijius. Perkara agama dijunjung tinggi-tinggi di negeri ini. Semua orang seakan memegang erat-erat keyakinan masing-masing.

Tapi, dari apa yang saya lihat, kita hanya sebatas pada semangat beragama. Penerapan? Jauh! Saya bicara tentang penganut agama saya sendiri. Bukan hal aneh melihat fenomena orang-orang Indonesia mengutuk Israel tiap kali Palestina membara. Atau, yang masih hangat, perkara Presiden Perancis Emmanuel Macron tentang negaranya yang menjamin kebebasan berekspresi.

Saya setuju dengan budayawan Mochtar Lubis kalau orang Indonesia berwatak hipokrit alias munafik. Kita orang Indonesia mementingkan penampilan luar. Kita orang Indonesia sangat memperhatikan bungkus luar. Makanya jamak terlihat para politisi yang mendadak berpenampilan soleh/soleha sewaktu kampanye. Atau para terdakwa kasus korupsi yang mendadak alim di persidangan.

Ah, korupsi. Negara ini seakan menjadikan KKN sebagai budaya. Makanya terus lestari sampai sekarang. Berpenampilan alim atau bahkan menduduki kursi di lembaga keagamaan tapi korupsi? Sering terjadi. Berkali-kali umrah dan haji tapi terjerat kasus korupsi? Ah, biasa. Lah wong pengadaan Al-Quran saja dikorupsi kok.

Lalu, sebelah mananya yang mencerminkan warga negara relijius? Padahal Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia. Akhlak. Itu dulu. Itu yang terutama. Tapi kita orang Indonesia mentok sampai ke penampilan luar dan ibadah yang bersifat ritual. Saya nggak bilang dua hal tersebut nggak penting. Yang mau saya tekankan adalah bahwa kita sudah terlalu jauh mengabaikan hal-hal dasar ajaran agama.

Kita bukan hanya diminta melaksanakan perintah-Nya loh. Kita juga diperintahkan untuk menjauhi larangan-Nya. Ini yang sering kita lupa.

Kita dilarang untuk berbohong.

Kita dilarang memakan hak orang lain.

Kita diminta untuk merasa malu untuk berbuat hal-hal zhalim.

Kita orang Indonesia sebatas bersemangat belajar agama. Mengamalkan ajarannya? Nanti dulu. Penerapan kita masih sebatas kulit luar. Makanya nggak heran kita juga gampang terbujuk rayu orang-orang yang penampilannya alim. Kita tahunya harus berpihak ke orang-orang (yang kelihatannya) sangat paham agama seperti ini. Yang penting seiman, kan?

 


Ada sebuah momen di masa lalu yang masih berbekas di otak saya sampai sekarang. Dulu di sebelah tempat kerja saya ada toko baju. Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap menjelang Lebaran toko ini selalu ramai pembeli. Salah satu pembelinya adalah seorang bapak-bapak yang duduk merokok di teras luar toko dengan tangannya menggenggam kantong plastik berisi baju baru.

Hmm. Tentu. Berbaju baru di Hari Lebaran adalah sebuah keharusan. Puasa Ramadhan? Ya gimana yaa... 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar